4.Pesantren

640 27 0
                                    

Hari yang cerah dengan sinar matahari yang hangat serta kicauan burung-burung, membuat gadis yang masih bergelut dengan selimut merasa terganggu, namun enggan untuk membuka mata. Sampai suara ketukan pintu terdengar.

Tok tok tok

"KAY BANGUN UDAH PAGI," teriak Ranti didepan pintu kamar Kay.

"Ihhh apaan sih mah, Aku masih ngantuk," jawab Kay dengan suara serak khas bangun tidur.

"KAMU LUPA KALAU HARI INI MAU KEPESANTREN,"Omel Ranti.

Membuat Kay refleks langsung duduk.

"Lah iya hari ini kan gue mau kepesantren," kata Kay pelan.

"Tapi bodo amat orang gue gak mau" kata Kay lagi lalu kembali berbaring dan menutup mata.

"Kay ayok Cepet siap-siap, ini mamah sama papah udah siap," kata Ranti sedikit keras.

"Enggak, Aku gak mau," tolak Kay masih memejamkan matanya.

"Ya udah, kalau gitu si udin mamah jual,"ancam Ranti, sontak membuat Kay langsung membuka mata.

"Iya ini Aku mandi," kata Kay lalu turun dari kasur menuju kamar mandi dengan langkah gontai.

Selang hampir setengah jam akhirnya Kay turun dengan memakai celana jeans sobek-sobek serta baju kaos putih polos dengan kemeja kotak-kotak yang diikat dipinggang, dan jangan lupa kerudung pasmina hitam yang dililit dileher. Sambil menyeret dua koper besar serta merangkul satu tas super besar menuju ruang makan.

"Mah pah aku udah siap nih," kata Kay sambil menatap kedua orang tuanya yang sibuk menata meja makan.

"Ya udah sini du__," ucapan Ranti terhenti karena melihat penampilan anaknya.

"Astagfirullah Kay, kamu itu mau ke pesantren atau ngebegal orang sih?,pakaian kok kayak preman," omel Ranti.

"Mah gak baik pagi-pagi ribut, Kay sana cepet kamu ganti baju,"kata Abraham.

"Sama kurangin tuh bawaan kamu, cukup bawa yang penting aja," lanjut Abraham sambil menunjuk bawaan Kay dengan dagu.

"Salah lagi," kata Kay sambil kembali menuju kamarnya, ia lalu berganti baju dan mengurangi barang bawaan sampai hanya tersisa satu koper dan tas selempang kecil saja.

Setelah semua sudah siap kini mereka berangkat menuju Pesantren.

"Mah nanti bangunin aku kalau udah nyampe," kata Kay lalu memejamkan mata.

_____🖋

Tak terasa mereka telah sampai dan hari juga sudah siang.

"Papah duluan ya ke sana, kamu bangunin Kay," kata Abraham dan keluar menuju beberapa orang yang sedang menunggu kedatangan mereka diteras rumah.

"Assalamu'alaikum kiai, Nyai , Gus," salam Abraham sopan.

"Wa'alaikumsalam," jawab ketiganya.

"Ayok masuk," ajak kiai Jaya.

"Iya kiai," sahut Abraham lalu mereka semua masuk.

Di tempat lain tepatnya didalam mobil Ranti sedang berusaha membangunkan Anaknya.

"Kay cepet bangun udah nyampe," Kata Ranti sambil mengguncangkan badan Kay pelan.

"Iya bentar," sahut Kai masih memejamkan mata.

"Cepet Kay, kita udah ditungguin," kata Ranti lagi.

"Ck iya iya," sahut Kay setengah sadar sambil turun dari mobil dengan mata tak sepenuhnya terbuka.

"Ck iya iya," sahut Kay setengah sadar sambil turun dari mobil dengan mata tak sepenuhnya terbuka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Assalamu'alaikum," salam Ranti didepan pintu.

Sedangkan Kay tengah menempeli mamanya dengan mata terpejam, jadi jika mamanya berjalan dia hanya mengikuti.

"Wa'alaikumsalam," jawab semua, Ranti pun masuk.

"Jadi ini putri saya yang ingin mondok disini," ucap Abraham memberi tahu.

"Kay ayok salim dulu," sambung Abraham namun tak ada jawaban.

"Kay," panggil mamanya sambil menepuk pundak Kay agak keras yang ada dibelakangnya.

"Apa mah," jawab Kay membuka matanya sedikit.

"Salim dulu sama kiai dan Nyai," pinta Ranti.

Kay hanya menurut, dia pun berhenti menempeli mamanya dan berjalan dengan mata sedikit terbuka.

Bukannya menyalimi kiai Jaya atau istrinya, Kay malah mengulurkan tangannya ke arah tembok. Membuat kiai Jaya serta istrinya tertawa pelan.

"Kay kamu mau salim sama tembok," kata Ranti geregetan dengan Kay.

"Hah," cengo Kay, lalu membuka mata dengan sempurna.

"Hehehe," kekeh Kay lalu segera menyalimi kiai Jaya dan Nyai Roro.

"Lucu,"batin laki-laki disamping Nyai Roro.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang