7.Teman Sekamar

546 23 0
                                    

"mbak Kay ya?," tanya santri wati menghampiri Kay yang baru saja masuk kearea asrama putri.

"Iya, kok tau," jawab Kay.

"Saya dikasih tau Nyai Roro mbak," jawab sang santri.

"Nyai Roro, siapa?, gue gak kelan tuh," sahut Kay.

"Maaf, masa mbak gak tau, itu loh ibunya Gus Adam," sahut Bulan.

"Owh, ada apa lo nyamperin gue," tanya Kay menaikkan sebelah alisnya.

"Saya cuma di suruh nganterin mbak ke kamar, mari mbak saya antar," kata Bulan.

"Gak perlu gue bisa sendiri, dimana kamarnya?" Tanya Kay.

"Tapi mbak__," Kata Bulan terpotong ucapan Kay.

"Ribet banget sih, lo gak mau kan kalau lo telat sholat Zuhurnya?" Tanya Kay.

"Kamar mbak di atas paling ujung disebelah kanan, kalau gitu aku duluan mbak assalamu'alaikum," sahut Bulan cepat dan pergi.

Terlihat asrama putri mulai kosong, karena para santri wati sedang ke mesjid utama untuk menunaikan sholat zuhur. Tapi masih ada beberapa santri yang masih diasrama, entah halangan, telat atau apa.

Kini Kay tengah menaiki tangga untuk menuju kekamarnya.

"Ck,Mana sih kamarnya," decak Kay kesal sambil melihat sekitar.

"Paling ujung sebelah kanan," gumam Kay sambil terus berjalan tanpa memperdulikan santri lain yang melihat kearahnya.

"Nah ini dia," seru Kay dan langsung masuk tanpa permisi.

"Astagfirullah," pekik seorang gadis yang tampak sedang membersihkan kamar.

"Lo ngapai dikamar gue," tanya Kay dengan nada sedikit tinggi.

"Eh tunggu dulu kok, satu dua tiga, kok kasurnya ada tiga?, jangan bilang kalau gue harus tidur bertiga sekamar," kata Kay sambil menghitung jumlah kasur yang ada.

"OMG,"teriak Kay, membuat gadis yang ada dikamar itu menutup telinga.

"Jangan berisik," kata gadis itu.

Sontak Kay langsung menatapnya.

"Btw kasur gue yang mana?" Tanya Kay.

"Owh itu yang paling pojok," kata gadis itu sambil menunjukkan jarinya pada kasur didekat dindin.

Tanpa mengucapkan terima kasih Kay langsung berjalan ke arah kasur dan membaringkan tubuhnya. soal koper, dia meninggalkannya di depan pintu.

"Nama kamu siapa?" Tanya gadis itu sambil menaruh koper Kay didekat lemari baju yang telah disiapkan.

"Kay," jawab Kay dengan mata terpejam karena kelelahan.

"Aku Ayu, salam kenal," kata gadis yang bernama Ayu tersebut seraya duduk di kasusnya yang bersebelahan dengan Kay.

"Hm," jawab Kay dan memalingkan tubuhnya menghadap dinding.

"Kamu gak sholat?" Tanya Ayu.

"Gak," jawab Kay datar.

"Kok gitu?" Tanya Ayu lagi.

"Serah gue dong," sahut Kay sedikit ngegas.

"Gak boleh gitu, sholat itu wajib tau, gak takut dosa apa," cearamah Ayu, baru kenal saja sudah membuat Kay Kesal apa lagi nanti kalau sudah jadi teman.

"Bacot banget sih nih cewek,"batin Kay geram.

"Bisa gak sih diam, gue lagi cape banget ini," kata Kay seraya berbalik menghadap Ayu dengan menatap tajam.

"Y-ya udah deh kamu tidur aja lagi," jawab Ayu kikuk karena di tatap seperti itu.

Meraka pun melanjutkan aktifitas masing-masing tanpa ada yang bersuara. Hingga suara ketukkan pintu terdengar.

Tok tok tok

"Assalamu'alaikum," salam seseorang dan membuka pintu.

"Wa'alaikumsalam," jawab Ayu, sedangkan Kay masih asyik berbaring sambil menutup mata.

"Eh, udah pulang Li dari mesjidnya?" Ayu bertanya kepada gadis yang baru saja datang itu.

"Hm," jawabnya.

"Kapan sih kamu angetnya?, perasaan dingin mulu kek es batu," kata Ayu.

Gadis itu hanya mengangkat bahu acuh.

"Owh iya Li, itu teman baru kita namanya Kay," kata Ayu memperkenalkan Kay.

Mendengar namanya disebut membuat Kay membuka matanya dan menatap Ayu.

"Nah Kay, ini Lili," kata Ayu memperkenalkan Lili pada Kay.

"Hm," dehem keduanya bersamaan tanpa sengaja.

Membuat Ayu menatap mereka bergantian.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now