8.Mesjid

490 21 2
                                    

Hari mulai sore dan waktu sholat Ashar pun tiba.

"Kay bangun," kata Ayu sambil menggoyangkan tubuh Kay pelan.

"Kay," panggil Ayu lagi.

"Ihhh lima menit lagi," sahut Kay serak khas bangun tidur, namun dengan mata masih terpejam.

"KAY BANGUN SHOLAT ASHAR,"teriak Ayu didekat telinga Kay.

Sontak Kay langsung duduk dan menatap tajam sang pelaku.

"Berasa budek nih telinga gue gara-gara lo," marah Kay seraya menggosok telinganya pelan.

"Ya maaf, abisnya kamu dibangunin dari tadi gak bangun-bangun," kata Ayu cemberut.

"Makin jelek muka lo kalau kayak gitu," kata Kay dan turun dari kasur.

"Eh kamu mau kemana?" Tanya Ayu membuat langkah Kay terhenti.

"Katanya mau sholat Ashar, ini gue mau siap-siap," sahut Kay lalu melanjutkan jalannya menuju koper dan mengambil setelan baju santai yang akan ia kenakan.

"Ya udah yuk," ajak Kay setelah keluar dari kamar mandi dengan kaos lengan panjang, celana agak longgar dan hijab yang biasa dia pakai saat berada dirumah.

"Kamu yakin ke mesjidnya pakai celana itu?" Tanya Ayu seraya menunjuk kearah celana Kay.

"Emang gak boleh?" Tanya Kay mengangkat sebelah alisnya.

"Y-ya g__," kata Ayu terpotong oleh ucapan Lili yang sedari tadi diam.

"Udah lah, ayo cepet," kata Lili dingin dan keluar duluan.

"Eh Li tunggu," kata Ayu lalu berjalan ke arah Lili.

"Woy tungguin gue juga dong," kata Kay lalu dengan cepat mengambil mukena dan sajadah lalu menyusul Ayu dan Lili.

_____🖋

"Hampir aja kita telat," kata Ayu setelah sampai di depan mesjid.

"Hm," jawab Kay dan Lili serentak.

"Hm mulu perasaan jawabannya," kata Ayu cemberut dan masuk lebih dulu.

Kay dan Lili hanya diam dan mengangkat bahu mereka acuh sambil saling menatap satu sama lain lalu menyusul Ayu.

Saat akan menggelar Sajadah tiba-tiba Ayu berbicara.

"Kay, kamu di shaf depan aja," kata Ayu dan menunjuk shaf kosong didepan mereka. Kebetulan sekali mereka berada di barisan ke dua.

"Kok gue sih, lo aja," sahut Kay.

"Kamu gak liat apa, itu mana muat buat aku, kan badan kamu lebih kecil," kata Ayu sebagai alasan, sebenarnya bukan itu alasan kenapa dia tidak mau di depan.

"Ya udah deh iya," sahut Kay pasrah.

Setelah menggelar sajadah dan akan memakai mukenanya tiba-tiba Kay terlihat bingung sendiri.

"Lah ini kok mukena gue cuma ada atasannya sih?,bawahannya mana?"batin Kay dengan ekspresi panik dan bertanya-tanya.

"Kamu kenapa nak?, ayo cepat pakai mukenanya ini sudah mau iqomah," Kata seseorang yang berada di sebelahnya.

Sontak Kay langsung menatap orang tersebut, betapa terkejutnya dia ternyata yang disampingnya adalah istri pemilik pondok pesantren ini.

"Pantes aja si putu ayu gak mau di shaf depan,"batin Kay lalu menatap Ayu.

Dan dibalas Ayu dengan senyum pepsodent.

"Nak Kay," kata Nyai Roro.

"Eh em i-ini mukena Aku gak ada bawahannya, kayaknya ketinggalan diasrama deh Nyai," sahut Kay agak canggung.

"Ya udah kamu pakai mukena Umi aja, kebetulan Umi bawa dua. Ini," kata Nyai Roro sambil menyerahkan mukenanya.

"Gak apa-apa nih Nyai?" Tanya Kay meyakinkan.

"Iya pakai aja," sahut Nyai Roro sambil tersenyum.

"Makasih ya Nyai, jadi enak," sahut Kay tersipu.

Membuat Nyai Roro terkekeh pelan.

_____🖋

Setelah selesai sholat dan tadarusan, kini Kay beserta teman sekamarnya sedang berjalan menuju asrama putri.

"Eh Li, bukannya hari ini ya giliran kita masak di ndalem?" Tanya Ayu memecah keheningan antara mereka bertiga.

"Hm," jawab Lili.

Huhhhh

Ayu menghembuskan nafasnya pelan, padahal mereka sudah berteman lama tapi sikap temannya itu masih saja seperti dulu saat mereka pertama bertemu.

"Ndalem?,apa tuh?" Tanya Kay bingung.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now