Chapter 3 : In the Library

77 9 6
                                    

Sekarang aku disini, di depan perpustakaan yang sangat besar, bahkan terlalu besar. Ukurannya tak terbayangkan, bangunannya sangat indah, terdapat berbagai ukiran-ukiran indah disini. Kurasa malaikat-malaikat lain mempunyai jiwa seni yang tinggi.

Aku masih bingung, seberapa luas Akhirat ini kalau perpustakaannya saja sebesar ini.

Aku berjalan memasuki pintu utama, dan kau tahu apa yang kulihat? Jutaan buku yang tersusun rapi di ribuan rak, banyak sekali, dan sekarang aku tidak tahu mau kemana. Dimana buku peraturannya?

Tidak ada petunjuk apapun disini, dan tidak ada siapapun. Kemana penjaganya? Hanya ada rak yang dipenuhi buku yang entah apa isinya, aku tidak tahu, tersusun rapi di dalam sebuah ruangan yang sangat besar.

Kucoba terus berjalan mengamati beberapa buku, karena penasaran, aku membukanya satu per satu. Tidak ada buku peraturan disini, hanya ada buku-buku tentang ilmu-ilmu berbagai malaikat, ada ilmu menciptakan hujan, ilmu membagi rejeki, ilmu mencabut nyawa manusia, dan masih banyak lagi.

Aku masih berjalan mengamati setiap sudut ruangan ini, semua buku-buku ini membuatku pusing, kemana aku harus mencari buku peraturan itu?

"Ada yang bisa ku bantu?" tanya seseorang dari belakang yang sontak membuatku kaget.

"Astaga! Ada orang rupanya. Ku pikir tidak ada siapapun disini." Ternyata Brian, dia hampir saja membuat jantungku copot.

"Rebecca. Apa yang kau lakukan disini?" tanyanya kemudian. Ingin sekali rasanya kujawab 'Menurutmu aku sedang apa? Menjalakankan tugas di perpustakaan? Yang benar saja!'.

"Aku? Aku sedang mencari buku. Kau sedang apa disini? Apa kau tidak punya tugas untuk kau selesaikan? Maksudku, kau tidak sedang ingin mencabut nyawa manusia?" tanyaku berusaha bercanda dan membuatnya tertawa tapi ternyata gagal, Brian tidak tertawa. Sungguh memalukan.

"Aku liburan." jawabnya singkat lalu membuka buku yang tadi ku baca, Ilmu mencabut nyawa. Aku menaikkan satu alisku.

Apa?

Bukan tentang jawabannya yang singkat. Bukan juga tentang buku yang ia baca. Liburan macam apa di perpustakaan sepi seperti ini?

"Kau... sedang liburan?" tanyaku bingung berusaha mencari jawaban yang pas, liburan di perpustakaan, apa-apaan.

"Ya. Aku lebih memilih liburan di tempat sepi dan tenang seperti perpustakaan ini." Jawaban macam apa ini? Apa ia tidak tahu yang namanya gunung? Di gunung kau bisa menenangkan pikiranmu, mendengarkan suara air terjun yang menenangkan, mendengarkan kicauan burung yang merdu, tanpa khawatir kau akan di ganggu oleh mereka, maksudku, kau kan sudah mati.

"Di Gunung kau tidak akan mendapatkan ilmu apapun." jawabnya tiba-tiba. Aku mengernyitkan alisku, "Bagaimana kau tau isi pikiranku?"

"Itu gunanya membaca buku." jawabnya singkat lalu beranjak menuju rak di sebelah.

"Kau tidak jalan-jalan? Ke Pantai? Atau ke taman-taman indah yang ada di bumi bersama kekasihmu?" 

Oops!

Aku tidak sadar mengatakan hal itu.

"Membosankan. Lagipula aku tidak mempunyai kekasih. Rebecca, apa kau bertanya sesering ini kepada orang lain?" tanyanya kemudian membuatku terdiam. Memangnya kenapa? Aku kan hanya ingin tahu. Dia kenapa, sih?

"Ini adalah buku ilmu membaca pikiran, kalau kau mau." Sebuah buku berjudul 'Bagaimana Cara Membaca Pikiran?' ia berikan padaku.
Hmm, jadi dari buku ini ya.

"Tentu saja. Kau bisa mengetahui isi pikiran orang lain tanpa bertanya terlebih dahulu. Memang sedikit tidak sopan, tapi ini menyenangkan. Asal kau tahu, hanya beberapa malaikat yang mengetahui isi buku ini. Malas membaca bukan hanya dialami oleh manusia, malaikat pun begitu."

"Wow. Berarti aku akan menjadi bagian dari beberapa malaikat itu." aku menatap buku ini berharap malam nanti aku tidak ketiduran kalau sedang membaca, "Tapi Brian, bisakah kau berhenti membaca pikiranku?" tanyaku kesal.

"Berhentilah memikirkan hal yang aneh-aneh jika berada di dekatku." balasnya lalu membalikkan badan membelakangiku. Aku tahu pasti dia sedang tersenyum. Menyebalkan!

Tapi benar kata Brian, aku harus berhenti memikirkan hal yang aneh-aneh, termasuk memikirkan Dewi Aurora yang masih marah padaku karena perbuatan memalukanku. Jangan sampai dia tahu.

"Oh iya. Katamu tadi kau sedang mencari buku, sini kutunjukkan dimana letak buku peraturannya." sahut Brian tiba-tiba membuyarkan lamunanku.

"Kau tahu dimana letaknya? Ah iya, tentu saja kau tahu letaknya. Disini kan tempat liburanmu." tiba-tiba Brian berhenti dan aku menabraknya, "Kau bilang apa tadi? Kau mengejekku ya?" tanyanya dengan tatapan mengintrogasi.

"Oops, sorry. Aku....tidak bermaksud." jawabku terbata. Memang aku tidak bermaksud, kalimat itu langsung saja terucap tanpa kusadari. Kenapa aku menjadi seperti ini di dekat Brian?

"Berhentilah memikirkan aku." Menyebalkan sekali! Aku harus membaca isi buku ini agar bisa membaca pikirannya juga.

"Ini buku yang kau cari." katanya sambil menyodorkan sebuah buku yang berjudul 'THE RULES'.

"Sekarang kau pulanglah lalu baca buku-buku itu dengan baik, jangan ketiduran." lanjutnya lalu pergi meninggalkan aku. Huh, awas saja kalau aku sudah baca buku ini. Akan kubaca semua isi kepalamu, Brian yang menyebalkan!

Rebecca: Life After DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang