Chapter 9: The Mysterious Brian

43 7 5
                                    

Kupicingkan mata ke arah langit yang semakin lama semakin berwarna oranye. 

Hari sudah hampir senja, namun Pangeran Han dan Bella tak kunjung kembali. Aku mengkhawatirkan mereka, jangan sampai mereka tertangkap oleh prajurit kerajaan. 

Kulihat Alexandra sedang mengamati sekitar hutan dari arah luar gua, sementara Flo—malaikat pembimbingku, ia tertidur. Mungkin ia lelah menunggu, atau mungkin karena kebiasaannya seperti yang kubilang.

Karena terlalu khawatir sesuatu terjadi, akhirnya aku memutuskan untuk mencari mereka. Alexandra yang tadinya ingin ikut denganku, langsung kutolak untuk menemani Flo disini. Bukan apa-apa, aku hanya tidak ingin membawa Flo kemana-mana, karena kutahu ia sudah lelah berada di tempat ini, aku tidak ingin membebankannya.

Setelah kuyakinkan Alexandra bahwa aku akan baik-baik saja, aku pun pergi mencari Bella dan Pangeran Han.

Aku keluar dari hutan dengan perasaan gelisah dan khawatir. Kecurigaanku terhadap para prajurit anak buah Kaisar Hongzhi membawaku ke kerajaan secara tidak sadar.

Selama berada di tempat ini, aku terus memikirkan Bella dan Pangeran Han.

Bagaimana kalau mereka tertangkap?

Bagaimana kalau Kaisar Hongzhi menghukum mereka?

Bagaimana kalau...

Ah... Semua pikiran-pikiran itu membuatku frustrasi. Bingung harus berbuat apa kalau-kalau memang benar mereka tertangkap.

Apabila itu terjadi. Tugas ini akan menjadi semakin rumit.

Bagaimana kalau aku dan Bella bernasib sama seperti Flo dan Alexandra?

Terjebak disini.

Tidak bisa kembali sampai mereka benar-benar menyebrangi jembatan kehidupan.

Tidak, Rebecca. Kau harus fokus.

Kusampingkan semua pikiran negatif itu serta mencoba tetap tenang untuk mencari kemana perginya Bella dan Pangeran Han.

Kuperhatikan sekitar kerajaan sambil bersembunyi di balik pohon, mataku tertuju pada sosok malaikat pria berpendar di sekitar kerajaan. Kusipitkan mataku untuk memastikan aku tidak salah lihat. 

Tunggu, sepertinya aku mengenal orang ini. 

Kulihat ia terbang memasuki kerajaan. Sesegera mungkin aku mengejarnya. 

Aku mendekat menuju gerbang kerajaan secara tenang dan diam-diam.

Tapi... Ah sial. Para penjaga pintu kerajaan ini menghentikan langkahku, secepat mungkin aku bersembunyi di balik pilar, hampir saja aku ketahuan. Kututup mataku untuk memikirkan apa yang harus kulakukan sekarang, kembali untuk mencari Bella dan Pangeran Han atau mengejar sosok misterius ini.

Tak berapa lama kemudian ia keluar dari kerajaan bersama Kaisar Hongzhi. 

Aku sempat berpikir, apa jangan-jangan dia adalah malaikat penyelamat juga?

Kuperhatikan baik-baik wajahnya dari belakang pilar mencoba sekuat tenaga agar tidak ketahuan. Tapi...

Brian?!?

Bagaimana mungkin?

Apa yang ia lakukan disini?

Setelah bercakap-cakap cukup lama. Akhirnya Brian pergi meninggalkan kerajaan. Kulihat Kaisar Hongzhi dan para prajuritnya kembali memasuki kerajaan dengan wajah yang amat serius dan kaku.

Setelah kupastikan mereka semua sudah berada di dalam, aku berlari secepat mungkin meninggalkan kerajaan.

***

Aku kembali ke hutan menuju tempat peristirahatan kami. Nampak langit mulai berubah warna lagi menjadi jingga keunguan pertanda malam sudah tiba. Sesampaiku disana kulihat Bella dan Pangeran Han sudah berada di sekitar gua bersama Alexandra dan Flo.

"Akhirnya kau kembali. Aku mengkhawatirkanmu karna kau pergi sendirian." Alexandra langsung menyapaku.

Aku tersenyum, seketika mengeluarkan wajah serius setelah mengingat kejadian barusan yang kulihat di kerajaan.

"Rebecca, ada apa?" Bella menyadari perubahan mimik di wajahku. "Kau darimana?" lanjut Flo.

"Teman-teman, aku perlu bicara dengan Bella sebentar." kataku lalu menarik tangan Bella menjauhi gua. Bella yang kebingungan langsung menanyakan, "Ada apa sebenarnya?"

"Bella, kau ingat malaikat yang mendapat pendar hijau sangat cerah di malam penaikan jabatan waktu itu?" tanyaku berharap Bella mengingatnya.

"Tunggu sebentar... maksudmu pria dengan pakaian aneh itu?" Bella menyipitkan mata mencoba mengingat-ingat.

"Bukan yang itu, yang satunya lagi."

"Oh ya, aku ingat. Pria pendar hijau cerah yang tidak lama lagi akan menjadi seorang Dewan itu kan? Kenapa?" tanya Bella sambil membetulkan poninya yang terjatuh kembali menuju tempatnya semula.

"Begini. Aku pernah bertemu dengannya beberapa kali dan aku lupa mengatakannya padamu. Aku bertemu untuk pertama kalinya setelah malam penaikan jabatan selesai, kemudian aku bertemu dengannya lagi di perpustakaan saat aku dihukum oleh Dewan Aurora."

"Ya, lalu?" tanya Bella lagi karena tidak masih mengerti.

"Dia adalah malaikat pencabut nyawa, ia tahu sangat banyak ilmu tentang akhirat, dan ia bisa membaca pikiran dan.."

"Hm?"

"Rebecca, bicaralah baik-baik. Ada apa?"

"Aku baru saja melihatnyanya di Kerajaan, sedang bercakap-cakap dengan Kaisar Hongzhi. Aku tidak tahu mereka membicarakan apa, aku tidak mendengarnya. Tetapi yang pasti..."

Aku dan Bella saling menatap, cukup lama. Akhirnya Bella angkat bicara.

"Aku mengerti! Maksudmu, ada tujuan apa seorang malaikat pencabut nyawa berada di tempat yang seharusnya malaikat penyelamat ditugaskan?"

"Kau benar, syukurlah kau mengerti. Bantu aku mencari tahu, Bella. Aku benar-benar penasaran."

Aku dan Bella kembali mendekat ke teman-teman yang lain yang berada di dalam gua. Kulihat wajah mereka seperti kebingungan. Bella yang sudah mengerti maksud dari kecemasanku mulai menampakkan keseriusannya.

"Kita ada perkara baru. Ada malaikat pencabut nyawa disekitar sini." aku menatap mereka satu persatu.

"Apa yang dilakukan seorang malaikat pencabut nyawa di sekitar hutan dan kuburan? Siapa yang akan ia cabut nyawanya disini?" Alexandra langsung menangkap maksud dari perkataanku. Flo mengangguk. Pangeran Han masih terdiam kebingungan.

"Aku ada tugas buat kalian semua, disela-sela pencarian kita terhadap 3 malaikat penyelamat yang lain, kita harus mencari tahu apa maksud kedatangan malaikat pencabut nyawa pendar hijau cerah yang kutemui di sekitar kerajaan tadi. Pendarnya sagat cerah, kalian pasti langsung mengenalinya." jelasku kepada mereka. Seketika mereka langsung menatap satu sama lain.

Rebecca: Life After DeathWhere stories live. Discover now