O.O

3.2K 230 14
                                    

"Bawa kapak dengan genteng."

"Cakep."

"Burung terbang makan kedondong."

"Cakep."

"Wahai bapak yang sangat ganteng."

"Cakep!"

"Buka kan gerbang dong."

"Gak."

Haera langsung merengut kesal saat mendengar jawaban Pak kumis-satpam sekolah dia. "Dih Pak, udah saya kasih pantun bagus juga!"

"Tetap gak bisa neng Hera."

"Hae-ra Pak! Bukan He-ra!"

"Loh mulut saya suka hati saya toh! Wes lah non mending balik wae, ora bakal saya buka." Pak kumis berucap sambil memainkan kumisnya lalu berbalik ke pos satpam menyesap kopi hitamnya yang tertunda.

"Huh, gak cees lah kita Pak!" Haera mendengus dengan sebal, sementara Pak kumis hanya geleng-geleng kepala.

"Sejak kapan memang kita cees?"

"Jahat! Huuu bapak jelek wlee!" Haera menjauh dari gerbang sambil memeletkan lidahnya meledek, namun saat ia ingin berbelok ia melihat 3 orang anak lelaki yang ia tahu itu merupakan siswa sekolahannya, tengah berjalan ke arah gang samping sekolah. Ah kenapa Haera tidak kepikiran?!

Seharusnya dari tadi ia masuk ke dalam sekolah lewat dinding samping sekolah saja ngapain susah-susah merayu Pak kumis untuk buka gerbang sampai memberi pantun dengan hasil sia-sia.

"Woy!" Panggil Haera dengan sedikit berbisik menghampiri 3 anak lelaki tersebut.

"Njir telat lo?" tanya salah satu dari mereka yang memiliki wajah panda, Jinan.

"Iye, bantuin gue naik juga dong. Pelajaran Pak Jevan anjir bisa abis gue."

"Ogah, kalo gue bantuin lo naik ntar gue bisa melihat cancut lo," sahut lelaki dengan pipinya yang seperti tupai, Hanif.

"Dih itumah emang mau lo liat cancut gue!" Haera pun beralih ke arah satu orang yang dari tadi hanya menyimak, "Erik bantuin gue, ya? Pleaseee?"

"Najis sok imut." Bukan Erik yang ngomong tapi Jinan.

"Anjing lo, dasar Jin!"

"Iya, Ra nanti dibantuin sama kita."

Mendengar itu Haera berdecak senang, "emang Erik doang yang the best, gak kayak dua kerdil ini!"

"Nyenyenye."

Akhirnya Haera pun dapat masuk ke sekolah dengan bantuan Erik karena Jinan dan Hanif yang tidak mau mengalah, mereka sudah lebih dulu melewati dinding.

"Ayo, Rik pegang tangan gue." Haera membantu Erik dan mencoba menariknya.

"Kawan macam apa kalian bukannya bantuin gue narik Erik!"

"Suka hati lah!"

"Ayo, Rik kelas, tinggalkan nenek lampir ini."

"HANIF ANJING!"

PLAK

Dan sepatu pun melayang di wajah mulus Hanif dengan tepat sasaran.

***

Haera berlari disepanjang koridor yang sudah sepi karena memang bel masuk sudah berbunyi 10 menit yang lalu.

Dengan bodohnya, tanpa mengetuk dan mengintip terlebih dahulu, Haera langsung membuka pintu kelasnya dan menjadi pusat perhatian di sana.

My Teacher || NoHyuckWhere stories live. Discover now