O.4

1.1K 142 5
                                    

Sekarang adalah jam pelajaran olahraga, mata pelajaran terakhir hari ini. Haera suka pelajaran ini karena bisa main di luar kelas tapi Haera paling tidak suka kalau sudah praktek olahraga.

Secara dia ini kan kaum-kaum rebahan alias males gerak. Dan sekarang dia lagi nunggu teman-temannya di luar toilet yang lagi berganti baju. Karena dia sudah selesai duluan ganti bajunya jadi dia nunggu di luar aja, gantian sama yang lain.

Lagi asyiknya melamun sambil menyender di dinding Haera menangkap sebuah suara yang sangat dia kenal dan saat ia menoleh ke belakangnya dari balik tembok ada Jevan yang tengah mengobrol bersama seorang guru cantik yang sangat Haera kenal, Bu Mirna namanya.

Ah Haera paling malas melihat pemandangan ini dapat ia dengar beberapa murid tengah membicarakan kedua guru tersebut secara mereka berdua ini merupakan couple ala-ala favorit murid-murid SMA Cipta Harapan.

Tak sedikit murid yang suka menjodoh-jodohkan kedua guru muda tersebut, yang satunya anggun dan cantik dan yang satunya lagi tegas dan tampan. Bukankah sangat serasi?

Tidak, tidak, Haera tidak cemburu dia hanya kesal.

"Yuk kelas." Lamunan Haera buyar kala Naya menepuk pundaknya.

"Hah? Oh iya ayok."

"Bjir Pak Jevan sama Bu Mirna tuh depan, sapa yok" ucap Yesha.

Saat tepat mereka berempat melewati kedua guru tersebut, mereka menyapa kecuali Haera yang hanya tersenyum--paksa dan membuang muka saat bersitatap dengan Jevan.

Jevan melihat itu, tapi ia mengabaikan.

***

"Weh kumpul di lapangan! Gue mau panggil Pak Chandra." Terdengar sang ketua kelas menginterupsi anak-anak kelas 12 IPA 5 untuk ke lapangan.

Haera bersama ketiga temannya pun keluar kelas menuju lapangan.

"Langitnya mendung, semoga hujan gue males olahraga." Naya memulai pembicaraan di sela-sela mereka duduk santai di pinggir lapangan saat melihat langit yang menggelap seperti ingin turun hujan.

"Mendung belum tentu hujan, PDKT belum tentu jadian." Tiba-tiba Yesha menyahut begitu.

"Dih melankolis banget lo," ucap Rena tertawa sambil memukul pelan pundak Yesha.

"Iya buat Haera yang lagi PDKT."

Haera yang sedari tadi hanya diam melamun langsung menoleh. "Kok gue?!"

"Ya lo ngaku aja deh lagi PDKT sama seseorang kan?!"

"Ya ampun masih aja dari kemarin. Dibilang gue lagi gak deket sama siapa-siapa."

"Yesha!"

Disaat perdebatan antara Haera dan Yesha tiba-tiba ada suara memanggil Yesha, itu Hanif. Kalian masih ingatkan dengan Hanif?

Yesha pun berdiri menghampiri, terlihat mereka mengobrol-ngobrol akrab. Haera, Rena serta Naya yang melihat itu tentu mengernyit dan membatin.

'Sejak kapan tu anak deket sama Hanif?'

Saat Yesha kembali, tatapan menyelidik langsung ia terima. "Napa dah lo pada?"

"Cih nuduh-nuduh gue lagi PDKT sama seseorang ternyata lo yang lagi PDKT, sama Hanif lagi!" sungut Haera.

"Perasaan, lo bukannya sukanya sama Erik ya? Kok malah deketnya sama Hanif? Pindah haluan lo?" deretan tanya dari Rena.

"Gila sih Yesh gue gak nyangka ternyata lo sama Hanif?!" sahut Naya sok dramatis.

"Naon sih goblok! Gue sama Hanif kan tetanggaan! Ya wajarlah deket."

"Alesan, bilang aja sih lagi PDKT sama Hanif, kalo emang tetanggaan kenapa selama ini kayak orang gak kenal?" Haera makin mengompori, bales dendam karena dari kemarin dia yang diceng-cengin.

"Monyet lo, Ra!" Yesha sudah ancang-ancang mau menampol Haera.

Tapi Haera langsung lari dan terjadilah aksi kejar-kejaran antara Haera dan Yesha di lapangan.

"Woy Pak Chandra nya gak masuk, kita olahraga bebas!" Ketua kelas yang baru saja kembali, memberi tahu anak kelas dengan lantang.

"YESS!" seru anak kelas senang termasuk Haera dan Yesha yang lagi lari-larian dipending dahulu.

Namun bertepatan dengan itu hujan malah turun, Haera langsung lari berteduh ke pinggir lapangan sementara Yesha malah menari-nari seperti orang gila di tengah lapangan.

"Hujan woy Yesha!" teriak Haera.

Namun Yesha malah mengajak untuk hujan-hujanan. "Woy ujan-ujanan ayok!"

Baru Haera ingin menolak namun Naya dan Rena malah berlari mengikuti Yesha hujan-hujanan. "Haera gece!"

"Gak mau! Gue gak suka basah!"

Seakan tuli Naya malah menarik paksa Haera ke lapangan menikmati hujan. "Seru, Ra! Udah mau pulang ini gapapa basah-basahan."

"GAK MAUUU! MAMAA HUEE BASAH! NAYA BABI!"

Yesha dan Rena yang melihat Haera merengek seperti itu malah tertawa. Haera memang tidak suka hujan, dia lebih suka hari yang cerah, seperti kepribadiannya.

"Kenapa pada demen sama hujan sih? Basah lembab, terus bikin sakit lagi. Apalagi kalo udah geledek, ngeri."

Tapi Haera tidak tahu, dalam hujan kita bisa menyembunyikan sebuah luka dan tangis.

Akhirnya empat sekawan itu pun bermain hujan-hujanan dengan Haera yang masih merengek tak suka. Anak-anak kelasnya yang lain pun ikut-ikutan bermain hujan seperti anak kecil.

"HEH BOCAH GENDENG, MASUK KELAS! MALAH HUJAN-HUJANAN!"

+*+*++*+*+











•°•MY TEACHER•°•

wrwrwrwr aku update lagi mumpung
tidak sibuk (cih sok sibuk kau)

Aku seneng tau baca komen kalian
gitu walau cuma beberapa tapi
kayak ada perasaan seneng gituu
The real bahagia itu sederhana (⁠ ⁠╹⁠▽⁠╹⁠ ⁠)

Terimakasih yang sudah sempetin
komen, sangat berharga
untuk aku(⁠ ⁠˘⁠ ⁠³⁠˘⁠)⁠♥

Sampai jumpa di chapter selanjutnya~(⁠ ⁠◜⁠‿⁠◝⁠ ⁠)⁠♡

°•°to be continued°•°

My Teacher || NoHyuckTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon