Part 1

80 11 4
                                    

Azallea Illiana Kohler baru memasuki masa Sekolah Menengah Atas di tahun 2006. Tahun yang masih sangat indah di masa remaja kala itu. Internet di ponsel nyaris belum ada dan ponsel pintar pun belum tercipta. Hari-harinya diisi dengan kegiatan membaca buku atau majalah remaja yang terbit satu minggu sekali. Tidak lupa radio antik milik neneknya yang selalu menemani Allea di kamar. Mencari gelombang radio yang menyiarkan lagu-lagu terbaru atau mendengarkan cerita dari penelepon sambil membuat pekerjaan rumah adalah kegiatannya sehari-hari.

Ponsel teranyar milik Allea tiba-tiba berbunyi nyaring. Khas nada era Nokia yang sedang berjaya di masa itu. Ponsel pertama yang dibelikan ibunya saat dia masuk Sekolah Menengah Atas. Pesan singkat masuk ke nomornya dengan ketikan yang disingkat-singkat agar menghemat karakter untuk satu kali kirim pesan karena pada masa itu biaya satu kali mengirim pesan cukup mahal untuk kalangan remaja yang hanya meminta uang dari orangtua seperti Allea.

From : Beng-Beng

Sdh bwT PR blm? Klo Sdh Bsok nYonTek. Hehe.

Tren pesan singkat pada masa kejayaan papan ketik ponsel dengan tujuh belas tombol dan penggunaan huruf besar kecil yang entah maksudnya apa. Allea membalas pesan tersebut dengan cepat tanpa pikir panjang.

To : Beng-Beng

Enk aJa. BwT sNdRi.

Ponsel Allea kembali berbunyi

From : Beng-Beng

BuSet MeDiT BgT Loe. Kta Nnk Gw, OrNg PliT KbRaN SmPiT.

To : Beng-Beng

PknYa Ga Mw, Ga uSh sMs Lgi, pLsa Gw aBiEz....

Allea mengisi daya baterai ponselnya setelah itu kembali mengubah gelombang radio yang menyiarkan lagu pop nasional dan melanjutkan mengerjakan pekerjaan rumah. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah delapan malam ketika pekerjaannya sudah selesai. Dia kemudian menyiapkan buku pelajaran untuk sekolah besok dan tidak lupa menyelipkan satu novel yang akan dia baca di jam istirahat atau jam kosong. Novel itu dia pinjam dari taman bacaan dekat sekolahnya dan dia merupakan anggota tetap dengan peminjam paling banyak buku selama beberapa bulan ini.

"Allea! Makan." Allea mengecilkan suara radio ketika mendengar panggilan dari neneknya.

"Iya, Nek. Sebentar lagi." Allea selesai menyiapkan buku untuk besok pagi dan kembali mengecek buku-buku agar tidak ketinggalan. Dia tidak ingin dihukum hanya karena ketinggalan buku pelajaran atau ketinggalan pekerjaan rumah yang sudah susah payah dibuatnya.

Mengingat tentang hukuman sekolah, dia memiliki teman sekelas yang sering sekali mendapat hukuman karena terlambat masuk sekolah, tidak membuat pekerjaan rumah, malas mencatat pelajaran, dan ribut di kelas. Ada beberapa temannya yang seperti itu dan rata-rata didominasi oleh kalangan anak laki-laki. Namun, yang paling menonjol tentu saja Benny. Benny Riangga Nugros adalah nama lengkapnya. Di kelas dia paling banyak bicara dan dujuluki Beng-Beng oleh teman-temannya yang lain. Seperti cokelat Beng-Beng yang berwarna hitam dan tidak bisa diam, itulah ciri khasnya.

"Nek, minta duit lebih ya buat besok. Mau beli tabloid Keren Beken yang baru," kata Allea sambil mengambil lauk sayur sop kesukaannya.

"Dua hari yang lalu kan sudah beli."

"Itu kan tabloid Gaul, ini beda lagi Nek. Ada poster besar edisi khusus. Ada cerbung yang ingin aku baca juga." Allea memohon kepada neneknya yang tengah mendengar berita malam di televisi. Allea adalah penggemar tabloid Keren Beken dan Gaul. Begitu pula dengan majalah Kawanku, Hai, dan Gadis yang pada saat itu sangat populer. Tidak ketinggalan majalah Ponsel yang membahas ponsel keluaran terbaru beserta harga dan keunggulan ponsel-ponsel tersebut kemudian majalah Bola dan juga Soccer yang dibeli Allea karena dia sangat menyukai olahraga sepak bola. Pada zaman tersebut hiburan anak remaja memang hanya sebatas itu dan juga situs Friendster yang mulai ramai digandrungi anak remaja, tetapi terbatas penggunaannya karena hanya diakses di komputer atau laptop yang terhubung ke internet. Pada saat itu warung internet di dekat sekolah Allea selalu penuh oleh remaja yang baru memiliki Friendster dan juga mIRC untuk berkenalan dengan orang dari berbagai negara.

"Uang kiriman ibumu belum ada, nanti saja kalau sudah dikirim. Kamu itu jangan banyak beli majalah terus. Uangnya ditabung, majalah nggak bisa dimakan."

"Nggak ada kerjaan kalau nggak ada bacaan."

Neneknya tidak melanjutkan berdebat karena percuma Allea memiliki seribu satu alasan agar neneknya memberi uang dan membiarkannya membeli tabloid kesukaannya yang memang sangat diminati anak muda pada masa itu. Biasanya dia akan membawa majalah atau tabloid miliknya ke sekolah dan akan dipinjam bergilir oleh teman-temannya di kelas atau juga antar kelas. Seringnya dia menyewakan majalah atau tabloid miliknya dengan harga murah, lumayan untuk sekali jajan di kantin sekolah. Dia juga sangat suka membuat majalah dinding di sekolahnya dan juga mengirim puisi agar ditampilkan di majalah dinding sekolah.

Setelah selesai makan, Allea kembali ke kamarnya lalu menyalakan radio untuk mendengar cerita dari penelepon. Sesi acara ini adalah kesukaannya di gelombang radio besar ibu kota. Mendengarkan cerita orang-orang dan juga kirim salam ke orang terdekat yang lama tidak bertemu adalah hal biasa pada masa itu di stasiun radio.

Ketika Allea mendengarkan suara pembawa acara di radio, ponselnya berdering lagi. Kali ini pesan singkat dari sahabat sebangkunya yang bernama Tifa. Mereka tidak sengaja duduk di satu bangku karena hanya tempat tersebut yang tersisa kosong.

From : Mama Tifa

AlL, BsK bWa BkU CtTn aQ yA. JgN Lpa. Ga uSh bLz, InI pKe Hp MaMa aQ...

Tanpa diingatkan oleh Tifa pun, Allea sudah memasukkan buku catatan milik sahabatnya itu ke dalam tas sekolahnya. Dia kemudian berbaring sambil memperhatikan poster pemain bola yang tertempel di dinding kamarnya. Di sudut kamarnya ada gitar yang hanya berfungsi sebagai pajangan karena Allea tidak bisa memainkannya, gitar itu milik kakak sepupunya.

"Hai pendengar sesi Fresh Foam, baru saja kita dengarkan cerita milik Mbak Dian dari Kebon Jeruk. Ceritanya menarik sekali ya, mengenai cinta bertepuk sebelah tangan. Aduh, berat sekali ya cinta bertepuk sebelah tangan. Apakah ada di sini pendengar sekalian yang sama kisahnya seperti Mbak Dian? Kalau ada boleh berbagi cerita di sini. Kita masih buka sesi curhat sampai jam sembilan malam ya. Hubungi kita di nomor biasanya."

Suara penyiar radio sangat merdu menemani lamunan Allea tentang cinta bertepuk sebelah tangan. Jujur saja dia tidak mengerti bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan. Dia belum pernah mengalami jatuh cinta selama ini. Mungkin terdengar aneh menurut sebagian remaja lain, tetapi itu benar adanya bahwa dia memang belum pernah jatuh cinta. Dia ingin sekali tahu rasanya jatuh cinta.

TBC...

ETERNITYWhere stories live. Discover now