Part 6

21 6 0
                                    

Allea masih berkutat dengan majalah remaja edisi lama yang dia punya. Dia tenggah menggunting beberapa artikel dan juga huruf dengan berbagai jenis serta warna. Kelas mereka tengah mendapat giliran membuat majalah dinding di sekolah untuk minggu depan sebagai nilai ujian praktik tugas Keterampilan. Sambil mendengar radio dan juga segelas es teh manis yang menemaninya berkutat dengan kegiatan tersebut di ruang tamu beralaskan karpet tebal dan juga tumpukan majalah serta sampah kertas. Sebenarnya beberapa temannya berniat datang untuk membantu setelah pulang sekolah langsung ke rumah Allea, tetapi urung dilakukan karena satu temannya pulang karena sedang datang bulan yang sialnya hari itu cukup deras dan beraklibat mengotori rok sekolahnya, lalu satu temannya lagi pulang karena ada les di luar sekolah. Sisanya Tifa yang sialnya ikut-ikutan pulang karena merasa pasti akan membosankan. Alhasil Allea sendiri yang mengerjakan pekerjaan tersebut.

Pekerjaan ini memang harusnya dilakukan satu kelas, tetapi Allea malas apabila harus mengajak lebih banyak teman-temannya untuk bekerja bersama-sama. Selain karena malas apabila ada pendapat yang berbeda darinya, sisanya hanyalah diisi dengan ketidakjelasan yang justru membuat pekerjaan semakin lama tertunda. Dia melakukannya seorang diri saja cukup. Uang hasil patungan kelas untuk membeli dua karton warna hitam dan juga beberapa pena warna-warni untuk menulis serta kertas origami yang bisa menambah keindahan majalah dinding.

Rencananya besok Allea akan membawa kertas origami warna-warni dan juga pena warna-warni ke sekolah untuk dia bagikan kepada teman-temannya. Allea hanya menyuruh mereka menulis pantut, puisi, atau juga lirik lagu sebagai isi di majalah dinding kelas mereka. Sisanya bisa Allea susun dan selesaikan sendiri di rumah.

Saat dia tengah berkutat dengan gunting dan juga kertas serta suara lagu dari radio, pintu rumahnya diketuk. Allea mengintip dari jendela. Ternyata yang datang adalah ibunya. Jujur saja Allea merasa senang dengan kedatangan ibunya setelah hampir dua bulan mereka tidak bertemu. Allea membuka pintu kemudian menyambut ibunya.

"Nenek kamu mana?" tanya ibunya setelah masuk rumah.

"Lagi jahit, katanya mau buat sarung bantal untuk di rumah kosan." Allea mengikuti ibunya yang berjalan menghampiri neneknya. Biasanya ibunya akan mampir ke rumah neneknya bila dia sedang ada pekerjaan di sekitaran tempat tinggal Allea dan neneknya sekarang.

Sebenarnya hubungan anak dan ibu itu baik-baik saja. Tidak ada masalah sama sekali. Hanya saja mereka hidup terpisah karena selain neneknya tidak ada teman di rumah jadi Allea yang tinggal bersama neneknya di rumah besar dengan beberapa pintu kontrakan yang disewakan untuk anak kuliahan atau pekerja. Rumah kontrakan itu berada di sebelah rumah utamanya. Ibu dan ayahnya sendiri tinggal di luar kota dan sering berpergian dinas ke luar negeri. Mereka cukup sibuk dengan karir mereka. Adiknya besar dalam asuhan pengasuh dan juga neneknya.

Pernah terlintas beberapa kali di benak Allea bahwa orangtuanya tidak menyayanginya. Maklum saja, dia sudah diasuhan sang nenek semenjak kecil dan juga nyaris seluruh hidupnya bersama sang nenek dengan peran kedua orangtuanya yang sangat sedikit, terutama ibunya yang diharapkan bisa menemaninya beranjak remaja justru sibuk dengan pekerjaannya. Dia sudah biasa melakukan segala sesuatu sendiri tanpa peran orangtua di dalam hidupnya. Allea bahkan nyaris lupa bagaimana saat dia sedih lalu dipeluk atau ditenangkan oleh sang ibu. Dia juga nyaris tidak pernah menghabiskan masa liburan sekolah dengan orangtuanya. Baginya sudah ada jarak yang terlalu besar dan dia sebagai remaja yang baru beranjak dewasa hanya bisa bergulat kesedihannya yang kadang tiba-tiba datang dengan membaca atau mendengar lagu. Kadang dia iri melihat ibu Tifa memeluk dan mencium anaknya tanpa ragu saat akan pergi ke luar rumah. Pada akhirnya Allea berpikir ini hanyalah soal komunikasi yang kurang dan dia berusaha untuk tidak memusingkan hal tersebut serta menerima keadaan yang dia alami. Bagi Allea, sudah bisa hidup dengan kehidupan sekolah yang menyenangkan pun adalah berkah.

"Kamu lagi buat apa?" tanya ibunya yang menuju dapur alih-alih melihat neneknya di ruang keluarga yang tengah menjahit. Ibunya masih memakai baju kerja dan membawa tas kecil, artinya dia tidak akan menginap di rumah neneknya.

"Majalah dinding. Tugas sekolah," jawab Allea sambil membuka bungkusan yang dibawakan ibunya. Makanan dan kebutuhan sehari-hari seperti gula diet untuk neneknya beserta teh yang Allea yakin dibeli ibunya di tempat pembuatan teh langsung. Ada juga susu cokelat untuknya dan juga kue kering beberapa toples yang terdiri dari nastar, kastengel keju, dan putri salju. Tidak lupa sekotak kue brownis cokelat srikaya kesukaan neneknya.

"Gimana sekolah kamu? Sudah selesai ulangannya?"

"Dua minggu lagi semesteran. Minggu depan ujian praktik baru dimulai."

"Mama mau beliin kamu komputer, kata Nenek kamu suka pulang sore gara-gara main di warnet?" Allea akui dia terkejut dengan perkataan ibunya. Jujur saja dia tidak berani meminta komputer setelah beberapa bulan lalu baru dibelikan ponsel oleh ibunya. Allea akui dia memang butuh komputer selain untuk belajar juga untuk bermain game. Dia sering bermain di rumah pamannya yang mempunyai komputer, oleh sebab itu dia tertarik untuk bermain game di komputer.

"Iya, soalnya main Friendster asik sekali," jawab Allea sambil membuka toples nastar. Nastar kesukaannya bertekstur lembut dan sangat gurih dengan wangi mentega yang sangat khas.

"Nanti Mama minta tolong sama Om Ari buat belikan komputer untuk kamu." Om Ari adalah adik mamanya yang bekerja di perusahaan listrik negara. Dia tinggal tidak jauh dari rumah neneknya dan sudah memiliki istri serta anak. Pamannya satu itu memang sangat mengerti urusan elektonik jadi tidak heran apabila ibunya memercayakan membeli komputer untuk Allea kepada adiknya.

"Pasang internet juga ya?" tanya Allea yang kini mengikuti ibunya menemui sang nenek. Tadi ibunya sengaja ke dapur karena haus dan langsung mengambil air minum di kulkas.

"Iya." Mau tidak mau Allea senang bukan main. Dia bebas bermain internet tanpa perlu mengantre di warung internet lagi. Nanti Allea akan mengabari Tifa dan mengajaknya bermain di rumah.

"Ma, nanti buatin nasi goreng ya." Allea tiba-tiba ingin makan nasi goreng buatan ibunya. Ibunya mengangguk dan langsung memeluk neneknya sementara Allea kembali ke ruang tamu dengan setoples nastar yang menemani pekerjaannya. Dia hanya tinggal menggunting beberapa bagian lalu menyusunnya. Sisanya bisa dia lakukan besok saat teman-temannya selesai menulis puisi atau pantun di kertas origami yang akan dibagikan Allea. Allea sangat yakin nilai kesenian mereka akan tinggi karena dia sudah berpengalaman membuat majalah dinding.

Saat dia kembali ke ruang tamu, radio di sana sedang mendendangkan lagu Fix You dari Coldplay. Lagu yang akhir-akhir ini sangat sering berseliweran di MTV. Allea bernyanyi kecil sambil sibuk mengunyah dan tangannya sibuk menggunting kertas. Setelah selesai ini, Allea berniat membaca novel Harry Potter yang belum selesai dia baca.

TBC...

ETERNITYWhere stories live. Discover now