Part 4

36 7 0
                                    

Saat jam kosong di kelasnya, Allea menghabiskan waktu dengan membaca novel setelah tugas yang diberikan guru selesai dia kerjakan. Saat ini di kelasnya cukup berisik. Ada yang mengobrol, ada yang bertugas mencatat siapa yang ribut di kelas, ada yang diam-diam jajan di kantin sekolah, ada juga yang bernyanyi sambil bermain gitar yang posisinya tepat di belakang Allea. Tifa saat ini bergabung bersama rombongan tersebut. Benny tentu saja tengah semangat bermain gitar dan teman-teman yang lainnya bernyanyi. Jangan mengharapkan ketua kelas atau wakil ketua kelas untuk meredakan keributan tersebut, karena mereka juga bergabung untuk bernyanyi di sana.

Entah sudah berapa lagu yang mereka nyanyikan, yang jelas semua lagu tersebut sangat populer di radio maupun di MTV Ampuh dan semua liriknya nyaris hapal di luar kepala Allea. Namun, dia tidak terlalu tertarik dengan kerumunan teman-temannya di belakang, fokusnya saat ini berada di novel yang tengah dibacanya. Dia berada di bagian terakhir cerita dan buku itu harus dia kembalikan ke taman bacaan setelah pulang sekolah ini. Ceritanya bertema cukup berat untuk anak remaja sepertinya. Jujur saja dia tidak terlalu mengerti mengenai percintaan. Allea hanya tahu dari cerita-cerita yang dia baca, atau dari cerita-cerita pendengar radio yang sering menelepon, dan sebagian kecil dari lirik lagu.

Setelah selesai membaca, Allea merenung memikirkan kedua tokoh cerita yang memiliki kisah cukup tragis di akhir. Kisah percintaan mereka tidak berakhir bahagia. Jujur saja sebagai pembaca remaja seperti dirinya yang belum pernah membaca cerita dengan akhir kisah sedih seperti beberapa saat yang lalu cukup membuat Allea berpikir apakah cinta bisa sangat menakutkan. Dia ingin sekali merasakan sensasi jatuh cinta kemudian mengalami perjalanan yang seperti orang ceritakan di kisah-kisah hidup mereka. Dia ingin memiliki perasaan senang dan sedih seperti yang orang katakan. Namun, dia tidak tahu harus memulai dari mana menimbulkan perasaan cinta yang kata orang bisa timbul dalam sekejap mata kepada orang yang tidak terpikirkan sekali pun. Dia pun bertanya-tanya bagaimana perasaan suka itu bisa datang menyelinap di relung hati anak manusia saat pertama kali jatuh cinta.

"All! Gabung sini dong!" ajak Tifa saat melihat Allea hanya melamun.

Allea menoleh sebentar kemudian membalikkan tubuhnya untuk ikut berkumpul. Di dalam pikirannya saat ini masih menari-nari tentang akhir cerita novel yang dibacanya hingga membuat Benny heran bukan kepalang melihat tingkah Allea yang pendiam. Biasanya tidak akan ada celah bagi Allea untuk membuat Benny berceloteh atau sekadar berguyon hal-hal yang tidak lumrah.

"Hei anaknya Arsan. Lo kenape?" tegur Benny yang sengaja memanggil Allea dengan nama ayahnya.

"Kagak kenape-kenape, Johan. Gue lagi laper," jawab Allea yang menyebut nama ayahnya Benny. "Bagi duit dong. Mau jajan gue di kantin."

"Minta sama Arsan sono! Babe lo kan juragan kebon sawit ama karet!" Allea dan Benny memang sering berbicara dengan logat Betawi karena memang lebih menyenangkan saat berada di tongkrongan teman sekelas.

"Lah anaknya Johan juragan Tanah Abang ama percetakan. Mane, bagi duit buat jajan. Komisi pagi tadi lo nyotek PR gue!"

"Anaknya Arsan tiap hari bener minta duit. Bener-bener dah! Kawin juga belom, mesti nanggung idup anak orang! Lo kate gue kagak punya keperluan?" Teman-teman mereka yang lain mulai bernyanyi kembali tanpa mempedulikan perdebatan Allea dan Benny yang sudah pasti akan berlangsung lama.

"Biarin, duit lo juga."

"Udah deh kalian berdua ribut terus. Pacaran ajalah ya, dunia kayaknya merestui." Wawan mengambil alih gitar yang tadi dipegang Benny.

"Dih ogah! Amit-amit," tolak Allea terus terang.

"Turun harga pasar dari Jelita ke Ikan Lele Gorila. Kebanting jauh."

"Dih sok ganteng banget lo! Dia aja yang bodoh suka sama lo!"

"Mending gue, lah lo ada nggak yang suka?"

ETERNITYWhere stories live. Discover now