Part 7

20 6 0
                                    

"Nih lo tulis puisi atau pantun!" Benny yang tengah mengelap keringat dengan tisu menatap kertas origami warna biru muda dan juga pena warna merah yang diberikan Allea. Dia harus segera menyuruh teman-temannya untuk menulis karena tuga praktik kesenian itu akan dikumpul dua hari lagi. Allea tidak suka bekerja terburu-buru, jadi dia memanfaatkan ketidakhadiran guru yang mengajar di kelas hari ini.

"Tulisan gue jelek. Lo kan tau. Cari yang lain aja deh!"

"Udah! Cuma lo doang yang belum. Mau dapet nilai nggak sih lo?" Allea kembali memaksa. Benny memang terkenal paling malas menulis. Dia sering menyuruh Allea atau Tifa untuk menuliskan catatannya. Allea dan Tifa jelas kompak menolak permintaan Benny, tetapi Benny sering mengiming-imingi Allea dengan menggantikannya piket kelas. Alhasil Allea setuju untuk beberapa kali, tetapi setelahnya Benny tidak menjalankan tugas kebersihan yang dijanjikan, Allea langsung memutus kerja sama.

"Ya ampun, ribet bener dah!" kesalnya sambil membuang tisu ke sembarang tempat. "Gue mesti nulis apa?" katanya sambil memutar-mutar pena.

"Apa aja, puisi, pantun, lirik lagu, atau tips-tips yang bermanfaat. Terserah lo deh, yang penting tulis nama biar ada nilai." Benny menatap langit-langit kelas yang hanya terdapat kipas angin besar di tengah ruangan. Panas siang cukup terik dan untungnya guru Ekonomi hari ini tidak masuk. Mereka hanya diberikan tugas oleh guru piket. Apakah Benny sudah mengerjakan tugasnya? Tentu saja belum, dia masih menunggu contekan dari Amanda yang memang pintar di kelas.

"Nggak ada ide gue!" akunya jujur sambil malas-malasan. Allea ingin sekali membenturkan kepala Benny ke meja saking kesalnya.

"Ya udah! nggak ada nilai buat lo! Ini nilai semesteran!"

Benny tampak tidak terlalu peduli dengan gertakan Allea. Dia benar-benar tidak pandai dalam membuat pantun atau puisi. Bisa dikatakan dia paling malas dengan pelajaran mengarang seperti itu. Sementara Allea sudah ke bangku temannya yang lain untuk mengumpulkan coretan tangan mereka dan juga beberapa aksesoris menarik yang dibuat oleh temannya untuk memperindah majalah dinding kelas mereka.

"Fa, bikinin punya gue dong. Gue nggak tau mesti buat apa." Benny mencolek bahu Tifa yang saat ini tengah mencatat catatan di papan tulis.

"Bikin sendiri dong! Gue males mikir," tolak Tifa kesal.

"Bantuin temen ngapa sih Fa! Temen lo tuh galak bener kalo gue sampe nggak buat ini! Kayak dia aja yang jadi gurunya!"

Mau tidak mau Tifa tertawa mendengar gerutuan Benny. Bagaimanapun sebenarnya tujuan Allea baik. Sudah bagus mereka hanya diminta menulis puisi, pantun, atau lirik lagu saja. Sisanya Allea yang mengerjakan semuanya. Namun, memang dasar Benny si pemalas dan pembangkang yang selalu berlawanan dengan Allea yang rajin serta penurut. Benny benar-benar tidak mempunyai ide. Selain otaknya buntu, dia juga kurang enak badan. Pagi tadi tubuhnya panas dan sedikit pusing, ibunya menyuruh Benny untuk tidak masuk, tetapi Benny menolak karena beberapa saat yang lalu dia sudah tidak masuk selama tiga hari.

"Tulis tips gimana bisa gaet cewek paling cantik di sekolah! Udah gue kasih ide tuh!" Benny menarik rambut Tifa dengan kesal.

"Yang ada gue nggak bakal dapet nilai kalau tipsnya begitu!" kesal Benny dan disambut Tifa dengan tawa keras. "Tau ah! Males mikir gue."

Allea kembali duduk di bangkunya lalu menoleh ke belakang. Dilihatnya Benny mencoret-coret kertas origami pemberiannya dengan gambar tidak jelas. Tentu saja Allea murka bukan kepalang dengan tingkah Benny. Kertas origami yang dia miliki hanya tinggal beberapa lembar lagi.

"Gue ngasih kertas bukan buat dicoret-coret gambar begitu! Lo bisa nggak sih sekali-sekali serius Beng? Ini nilai buat semesteran! Lo udah beberapa kali nggak bikin tugas ini. Nilai lo kecil, lo mau nanti nggak ada nilai?" kesal Allea sambil menarik kertas yang sudah Benny coret-coret.

ETERNITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang