🐇 } sembilan { 🐇

2.4K 274 17
                                    

🐇 Happy reading 🐇

.

.

[ Ar-soul ]

.

____________________
_____

   Arkeno berjalan lesu, menyusuri koridor yang sepi lalu menaiki tangga kayu perlahan. Pintu berkarat juga kropos di depan menarik perhatiannya, mungkin itu adalah markas anak nakal di sekolah.

'Jangan masuk sana, gak ada apa apa. Kamu jangan mati dulu, aku gak mau ada orang lain yang ngisi tubuh ini pake jiwa lain kalo beneran mati. Plisss ..'

"Siapa yang mau bunuh diri, sih?"

Tanpa peduli, ia membuka paksa pintu yang sebelumnya tertutup rapat. Kini menampakkan hamparan semen juga kursi kayu rapuh di tengah, apa ini tempat persembahan? Jangan konyol.

Rooftop sekolah.

Arkeno ingat, ia dan dua temannya seringkali bolos dan berakhir mengumpat di tempat yang sama seperti ini.

'Keno, jangan nangis ..'

"Siapa yang nangis, anjir? Mana ada gue nangis, noh liat!"

Ora memeluk tubuhnya dari depan, memaksa Arkeno agar ia juga ikut melingkarkan tangan. Bisikan lembut juga menenangkan membuat ia memejamkan mata, menikmati semilir angin sambil mengatur nafas. Rasa amarah yang menggebu tidak boleh di biarkan terlalu larut, itu akan menimbulkan titik kebencian yang seterusnya akan tersebar dan memenuhi hatinya.

Semua rencana tuhan adalah yang terbaik, jadi Arkeno cukup menikmatinya saja. Tidak usah banyak protes, jika di beri musibah ia akan berdoa agar di beri juga kemudahan bersamanya, jika ia beri sebuah kebahagiaan maka ia berjanji akan membaginya sama rata bersama Ora.

Arkeno tidak tau, bagaimana bisa dirinya kini menyembunyikan wajah di ceruk leher sambil menangis. Meluapkan segala kebingungan juga kegelisahan yang sedari kemarin bersarang di sana.

Pergi dan muncul di kehidupan baru sebagai orang lain, tidak mudah. Dirinya tak sedikitpun di beri ingatan atau petunjuk. Misinya hanya merubah takdir hidup, yang selalu menjadi pertanyaannya adalah memangnya apa takdir yang di miliki oleh Arshaka?

'Jangan sedih, nangis sepuasnya, luapin semuanya, aku siap kalo kamu minta buat jadi sandaran. Aku di sini, jangan sedih. Aku gak akan pernah ninggalin kamu sendirian lagi.'


[ Ar-soul ]


"Wah, ada si cupu di sini."

  Arkeno sontak menoleh ke belakang, kini bangkunya di kelilingi oleh tiga orang bertubuh bongsor. Dirinya masih berada di atap sekolah, menikmati hari juga menetralkan amarah.

Kenapa harus ada lagi berandal yang menguji kesabarannya, ya tuhan.

"Ngapain lu di sini? Biar gak kena bullyan temen lu?"

Arkeno menggeleng. "Mau aja."

Cicitannya membuat ia mendengus, dasar tubuh lemah bagaimana mungkin ia justru bergetar takut sedangkan hatinya memberontak ingin mengumpat terus.

Ar-soul [hiat]Where stories live. Discover now