🐇 } duabelas { 🐇

2.3K 260 17
                                    

🐇 Happy reading 🐇

.

.

[ Ar-Soul ]

.

____________________
_____


   Sudah dua minggu, Arkeno tetap tak mau keluar kamar. Hanya mengintip pintu dan mengambil nampan yang sudah di siapkan. Tak sekolah, hanya makan lalu kembali termenung dalam pikiran.

Ora pun hanya diam di kursi, terus menatapnya tajam tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

Ketika dirinya ingin mengakhiri, Ora selalu saja punya banyak cara untuk menyelamatkan hidupnya.

Kenapa? Bukankah pemuda itu bisa mengambil jiwa lain untuk mengisi tubuh ini lagi?

Dan saat ia membuka ponsel begitu banyak sumpah serapah juga kata kata buruk dari nomor bertuliskan nama Angel. Banyak panggilan dari Alshad, juga pertanyaan dari gurunya.

'KENO CUKUP!!'

Arkeno terdiam, berdiri di atas pagar balkon dengan penuh keseimbangan. Tak berbalik, namun Ora tau bahwa si empu akan mendengar alasan mengapa ia melarangnya.

'Cukup Arkeno! Hidup itu berharga, kenapa kamu gak mau hargain kehidupan kedua kamu? Kamu minta apa bakal aku turutin, keno! Gak perlu deket sama iblis busuk yang dari dua minggu lalu selalu aja nempelin kamu!? Aku yang bawa jiwa kamu, seharusnya kamu cuma milik aku, keno.'

Tubuh itu berbalik, menatap wajah Ora dnegan skeptis. "Iblis?"

Lalu asap hitam muncul di sampingnya, berdiri memegang kaki halus Arkeno yang masih menapak, senyumnya terlihat sinis.

"Ah, ketauan deh."

Karena terkejut, kedua kakinya melesat. Tapi sebelum sampai di tanah dirinya sudah melayang, di gendongan si 'iblis' yang sekarang membawanya menaiki kasur yang sudah tak terbentuk.

Berantakan.

'Kamu ngapain di sini? Aku gak pernah ngusik kamu!'

Iblis itu tertawa remeh. "Aku gak akan ngusik kamu dan gak akan pernah. Aku tertarik sama jiwa ini .."

Arkeno memejamkan mata ketika lehernya di endus dengan intens, kedua sisi pinggangnya di remat.

" .. jiwa ini bukan apa yang kamu pengenin, kan?"

'Dia punya aku.'

"Bukannya 'cuma' tubuh ini, ya? Kamu cuma cinta sama tubuh ini, bukan jiwanya, Ora."

'Aku yang bawa jiwa dia, jadi jiwanya milikku, Belphe.'

"Bukannya dia yang pengen mati? Jadi, aku berhak atas jiwanya."

"Apa? Cinta?"

Arkeno tak mengerti pembicaraan keduanya, tapi yang ia tau adalah Ora mencintai tubuh ini.


Ar-soul [hiat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang