🐇 } sepuluh { 🐇

2.5K 276 32
                                    

🐇 Happy reading 🐇

.

.

[ Ar-soul ]

.

____________________
_____


  Arkeno termenung menatap jalanan sepi dengan angin sepoi yang menerpa, pertanyaan yang sebelumnya terlontar tentang mengapa ia bisa di bully, tidak sama sekali ia jawab.

Pasalnya, dirinya pun tak tau.

Dan ia baru sadar, bahwa dari cerita Ora tadi malam, kenapa si Angel bisa berada di dalam rumah gedong itu juga membuat dirinya tak ikut foto dalam figura keluarga.

Bahwa, ia adalah anak dari pemilik rumah, dari orang yang sebelumnya ia anggap majikan atau sepupu.

Menjengkelkan, ia kira hidup barunya akan lebih beruntung dalam keluarga namun malah membuatnya terus saja ingin cepat ke akhirat.

Arkeno menghela nafas. "Kenapa gue baru sadar, bajingan!!"

Apa ia harus mulai mencari pekerjaan? Ia tak mau jika pulang sekolah akan di lempari barang, lagi. Atau bisa saja wanita itu sedang bersembunyi dalam cangkang ketika ada papa dari Arshaka.

Terik matahari tak sedikiti pun membuatnya berpindah tempat, dengan es tea jus dalam plastik yang ia genggam, sudah cukup menyegarkan diri.

Ora belum juga kembali.

Arkeno memajukan bibir bawahnya, menatap sepatu hitam sambil menggeretu. Ia kesepian tak ada teman mengobrol.

Sampai tiga pemuda yang asik berangkulan pundak, lewat di hadapan, salah satu dari mereka menepuk pundaknya.

"Bro, putus cinta?"

Arkeno menggeleng acuh.

"Broken home, yaa?"

"Enggak."

Ketiganya berjongkok serentak, menatap wajah Arkeno yang sudah memerah.

"Lah, terus lu ngapain sendirian di sini? Lu--oh?"

Mereka bertiga terdiam, ketika salah satunya mencium seragam milik Arkeno. Bau kain pel, dan membuat ketiganya saling berpandangan.

"Kenalin, gue Gevan anak pertama."

"Gavin, kedua."

"Gue Geno, terakhir. Ayok kita main ps di rumah gue, mau?"

Arkeno menyerngit, ini modus penculikan yang terbaru kah? Mereka kan tidak saling kenal, bahkan ketiga pemuda di depannya baru mengenalkan diri.

"Gak, gue mau pulang."

Yang tertua, memegang lengannya. "Mau di anter?"

Wajahnya terlihat penuh perhatian, kelembutan, dan Arkeno jarang sekali menemukan laki laki dengan garis wajah sesempurna ini.

"Gak usah."

Ar-soul [hiat]Where stories live. Discover now