Bab 1 - Sang Nyanyian

146 10 1
                                    

Kata Gangga, aku terlahir dari nada-nada terakhir yang dinyanyikan Saraswati. Dia bercerita, kalau saat itu, Saraswati telah sampai di akhir usia. Dewi purba nan murni itu menua dan terus menua. Genangan dan lumpur pekat mengering ... terus mengering, hingga akhirnya berubah menjadi debu-debu gersang.

Sayang sekali, aku tak memiliki keberuntungan untuk bertemu langsung dengan ibuku. Yang aku tahu, sebelum ibu kembali ke swargaloka, ibu menitipkanku pada Gangga. Selain berpesan agar Gangga menjagaku, dia memberi sebuah batu tulis dan kapur. Di atas batu itu tertulis satu pesan terakhir Saraswati:

Gunakan batu ini untuk bicara. Jangan pernah mengeluarkan suara dari mulutmu.

Suaraku memang terkunci. Gangga menjelaskan kalau kekuatan dewata yang aku miliki ada pada suara. Sekali aku mengeluarkannya, maka kekuatan dewata itu akan musnah dan aku akan berubah menjadi manusia biasa.

"Dia melahirkanmu dari nyanyian. Kau memiliki kekuatan dewata darinya. Kau bisa mendengar suara hati manusia, merasakan perasaan mereka. Namun, manusia berbeda dengan dewa. Yang bisa kaulakukan hanya mengamati," Kata Gangga setiap kali mengulangi kisah itu, "Kau tak bernama. Karena nama, hanya akan mengikatmu. Ingat-ingatlah ini, anakku... setiap kali kau memendam keinginan dan perasaan pribadi, maka engkau akan semakin fana."

Apa tujuan aku dilahirkan, Bu? tulisku saat Gangga selesai menjelaskan.

Gangga menggeleng pelan, "Kau tidak dilahirkan untuk mengangkat senjata, tapi, kau dilahirkan untuk bertempur melawan kekerasan hati."

Kekerasan hati?

Kata-kata ini sungguh aneh.

Bagaimana bertempur jika tidak mengangkat senjata? Bagaimana melawan jika tidak terlibat? Aku sungguh bingung.

Tapi, Gangga selalu memperingatkan, "Sekali kau memutuskan terlibat, maka saat itulah, saat kematianmu akan ditentukan."

Mendengar Gangga membahas kematian itu sudah cukup membungkam rasa ingin tahuku. Karena itu, aku memilih untuk tidak membahas hal ini lebih lanjut. Gangga pun tampaknya setuju. Dia memilih menjelaskan bagaimana cara menggunakan kekuatan-kekuatanku. Dia mengajarkanku bagaimana membantunya menjaga dunia manusia. Dia mengajarkan hal-hal lain yang perlu aku ketahui. Sebagian besar waktu kami, digunakan untuk mengamati apa yang terjadi di dunia manusia dan membahasnya.

 Sebagian besar waktu kami, digunakan untuk mengamati apa yang terjadi di dunia manusia dan membahasnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di tanah Arya ini, selama berabad-abad, sistem catur wangsa berlaku secara turun temurun. Wangsa Brahmana merupakan para pembimbing spiritual, Wangsa Ksatriya memegang pemerintahan. Wangsa Waisya terdiri dari para pengusaha mandiri. Dan terakhir, Wangsa Sudra menjadi pelayan bagi tiga wangsa di atasnya. Orang-orang terbuang kemudian menjadi kaum paria, termasuk di dalamnya adalah para budak rendahan dan orang-orang cacat.

Aku terlahir di masa pemerintahan Maharaja Yayati. Dia adalah leluhur dari Dinasti Kuru. Istri pertama Yayati, adalah putri dari Shukracarya, guru bangsa Asura. Sementara istri keduanya, adalah ibu dari suku Puru.

Yang menarik dari Yayati, raja ini terkutuk untuk menjadi tua sebelum waktunya. Hanya putranya, Puru yang berani menggantikan Yayati menanggung kutukan itu. Puru ikhlas menjadi tua demi menyenangkan hati Sang Ayah. Dia membiarkan ayahnya pergi dari istana untuk menikmati semua kesenangan duniawi.

Namun rupanya, semua kesenangan itu tak mampu membuat Yayati puas. Setelah melalui tahun-tahun yang panjang, Yayati akhirnya kembali ke istana. Dia mengembalikan kemudaan kepada Puru, lalu menasihati putranya tentang keseimbangan jiwa.

Setelah Maharaja Puru mendapatkan kemudaan, beliau naik tahta lalu memerintah dengan adil bijaksana. Tidak banyak kisah yang dapat kuceritakan di masa pemerintahannya. Selain sistem yang berlaku teratur, dan manusia-manusia yang menjalankan hidup dengan bersuka cita.

 Selain sistem yang berlaku teratur, dan manusia-manusia yang menjalankan hidup dengan bersuka cita

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Legenda Negeri BharataWhere stories live. Discover now