VC 4 || Kanila?

2.4K 367 23
                                    

ㅤㅤ
ㅤㅤ
V I P —

ㅤㅤ
ㅤㅤ

"Berarti tanda nya, kemungkinan besar DNA yang ada di kondom itu selain Zena, adalah DNA pelaku?" ucap Algo sambil menebak-nebak.

Telihat Arkas tersenyum puas. "Bingo! Kemungkinan besar itu memang DNA pelaku, tapi kayaknya polisi tetap ada di jalan buntu," sahut nya.

"Kenapa emang?"

"Karna mereka udah cocokin DNA yang ada di alat kontrasepsi itu sama DNA lo dan gue, hasil nya negatif. Alias gue sama lo bukan pemilik dari alat kontrasepsi itu." jawab Arkas.

Mendengar hal itu, Algo semakin mengerut kan keningnya."Tunggu. Kalau misal nya alat kontrasepsi itu ga ada DNA kita, kenapa polisi masih mencurigai kita? Kenapa kita masih ada di daftar tersangka? Padahal bukti-bukti mereka ga ada yang akurat." timpal Algo.

"Awal nya gue juga mikir begitu. Tapi setelah gue rangkumin semua bukti-bukti nya, gue jadi ngerti. Alasan kenapa polisi masih mencurigai kita itu karna semua bukti TKP hanya merujuk kepada kita doang. Kalau lo liat disini, di keterangan ini tuh tertulis kalau TKP pada saat itu dalam keadaan bersih. Seperti apa yang lo bilang kan Al, kalau toilet itu adalah tempat umum. Yang di mana DNA orang-orang pasti tertinggal disana. Entah rambut lah, atau sidik jari. Tapi ini engga ada DNA lain selain rambut nya Shenan sama disik jari nya Jaccy." Arkas menjelaskan dengan terperinci.

Sementara Algo hanya mangut-mangut tak jelas. Ia merasa bingung, dan aneh terhadap kasus ini. Algo yakin sekali kasus ini bukan lah kasus biasa. Semua nya terasa mengganjal.

"Ar, gue rasa dari awal ini bukan kesalahan polisi, melain kan emang pembunuh nya yang sengaja ngebuat kita jadi tersangka."

Algo benar. Dari awal kasus ini memang terlalu mudah untuk menentukan tersangka, namun sulit juga untuk menangkapnya. karna tidak ada bukti konkret. Seakan-akan pembunuh ini memang sengaja ingin bermain-main dengan polisi, menggunakan mereka berempat sebagai kambing hitam mainan nya.

Arkas mengangguk-ngangguk bersemangat, ia mengerti apa yang Algo maksud.

"Ah... Lo bener Al. Bukti-bukti ini menunjuk kepada kita doang, sampai-sampai polisi belum menemukan orang yang bisa mereka curigai selain kita. Dengan kata lain polisi sama saja menggunakan kita sebagai kunci atau informan. Karna kita yang paling dekat sama Zena. Mungkin polisi berfikir kalau suatu saat kita bakal buka mulut tentang Zena." Jelas Arkas.

Algo terkekeh. "Dasar polisi sialan. Mereka manfaatin kita buat nangkap pembunuh nya."

"Tapi... Si Elzar gimana? Bukan nya dia juga tersangka?" Algo kembali bertanya pada teman nya itu.

"Ohh, kalau Elzar di bebasin dari tersangka. Karna dia punya alibi pas waktu kejadian lagi di bandara mau terbang ke belanda buat ujian universitas nya. Jadi dia cuman di tetapkan sebagai saksi aja, dan ga ada bukti jelas yang mengarah ke dia juga sih. Jadi polisi juga ga bisa nuduh dia." jawab pemuda tampan itu.

"Tapi al," lanjut Arkas berbicara. "Lo coba liat ini deh." Arkas menunjukkan sebuah profil seseorang, yang tertulis 'Saksi mata'

"Kayak nya dia saksi mata yang liat kejadian nya secara langsung deh." tambah Arkas.

"Berarti dia yang ngeliat pembunuh nya secara langsung dong?"

VIP CLASS [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now