VC 22 || PONDOK MAWAR

1.9K 223 38
                                    

ㅤㅤ

ㅤㅤ
- V I P -

ㅤㅤ

Rintik hujan yang terus mengguyur permukaan tanah. Kadang membesar dan kadang juga mengecil. Cuaca hari ini benar-benar tak kondusif. Genangan air dimana-mana, membuat sepatu pantofel hitam itu basah akibat cipratan air hujan. Kanila berteduh sekejap di halte bus, sembari menunggu kedatangan bus yang akan di naiki.

Setelah 15 menit menunggu, Kanila melihat bus yang ingin ia tuju datang ke arah nya. Dan cepat-cepat gadis itu masuk ke dalam bus itu sambil membawa payung hitam di tangannya.

Di perjalanan, Kanila hanya melihat kendaraan yang padat serta rintikan hujan yang menghalangi pandangannya. Di tengah hari seperti ini bahkan tidak terlihat matahari sedikit pun.

Rambut, dan pakaian hitam yang sudah ia rapihkan di rumah, jadi sedikit terlihat tidak karuan karena terkena air hujan. Tapi untungnya gadis itu masih terlihat cantik walau dengan pakaian dan tata rambut yang sederhana.

Kanila memikirkan bagaimana pemakamannya hari ini? Terlebih lagi di cuaca yang seperti ini.

Setelah menempuh jarak yang cukup jauh. Kanila sampai pada halte bus tepat di depan pemakaman umum. Kanila pun berjalan memasuki area pemakaman yang becek dan sedikit berlumpur karena tanah.

Kanila berdiam diri dari kejauhan sambil memegang payung hitamnya untuk melindungi dirinya dari hujan. Gadis itu bersembunyi di balik pohon untuk melihat orang-orang yang bersedih di depan nisan yang bertuliskan nama Jaccy tersebut.

Ia melihat Jarez dan juga beberapa teman lainnya disana. Namun sorot mata Kanila berhenti tepat di seseorang yang selalu mengganggu pikirannya.

Orang itu tampak sedang menangis sesenggukan sambil mengelus-ngelus papan nisan yang ada di hadapannya. Semua orang yang berduka disana mulai pergi satu persatu, termasuk keluarga Jaccy. Namun, orang itu tetap setia berdiri di hadapan makam Jaccy.

Deras nya hujan membasahi setiap inci dari tubuh orang itu. Namun, dia tetap tidak tergubris. Bahkan air hujan sekali pun sama sekali tidak mengganggu dirinya. Rasanya seperti air hujan ini menutupi semua kesedihannya. Cuaca yang gelap dan mendung itu seakan-akan mendukung suasana hatinya.

Kanila yang melihat nya dari jauh pun, ikut merasakan kesedihan yang teramat dalam dari orang itu. Melihat suasana pemakaman yang sepi, Kanila mencoba untuk mendekati orang itu.

Kanila berjalan ke arah nya dari belakang. Gadis itu berusaha memayungi orang yang ada di depan nya. Melindungi dari guyuran air hujan. Kemudian orang itu langsung menyadari keberadaan Kanila di belakangnya.

Dia berbalik ke arah Kanila dengan tatapan sendu. Untuk pertama kalinya Kanila melihat orang itu dengan titik terlemah nya.

"Algo..." Tak ada kata lain yang bisa Kanila ucapkan selain nama nya.

Algo yang merasa lemah pun, menjatuhkan diri nya di pelukan Kanila. Wajah nya ia benam kan di ceruk leher Gadis itu. Kanila mematung, ia membiarkan Algo bersandar pada dirinya, sampai membuat lelaki itu lebih tenang.

Hari ini akan menjadi luka yang membekas bagi lelaki itu. Walaupun Kanila tidak tahu, seberapa pedulinya Algo terhadap Jaccy semasa gadis itu masih hidup, tetapi yang jelas. Algo sudah menganggap Jaccy seperti keluarganya.

Mereka mempunyai hubungan yang erat. Sehingga sulit bagi Algo untuk tidak bersedih atas kepergiannya. Dan perlu berhari-hari untuk menenangkan diri.

VIP CLASS [PROSES TERBIT]Where stories live. Discover now