14 || UKS

242K 15.3K 3.3K
                                    

Good Morning, Jeder!🖤

Awali pagi dengan ALGASYA hahahha, absen dulu 'hadir' di sini!

*****

"Bantu gue jadian sama Alga," Renata bersandar di tembok toilet, suaranya menyambut Asya yang baru saja keluar dari salah satu bilik dengan jaket yang melingkar di pinggangnya.

"Aku?" Asya menunjuk dirinya lalu menggeleng. "Gak bisa. Maaf."

"Kenapa? Lo adeknya kan?" serang Renata langsung, ia mendekati Asya dengan mata memicing pada jaket di pinggang Asya. "Itu jaket kesayangan Alga di loker. Mustahil dia kasih ke lo cuma-cuma kalau lo bukan siapa-siapanya."

Lalu bibir Renata mengkerut. "Gue aja gak di kasih," ucapnya.

"Aku bukan adiknya Kak Alga."

"Terus? Kenapa kemarin gue denger lo panggil-panggil dia Kakak lo?!" mata Renata menyalak garang. "Kalau lo bukan adeknya, gue gak mau baik-baikin lo lagi," ancamnya.

"Yaudah," jawab Asya lalu pergi begitu saja.

"Gue belum selesai ngomong!" Renata menarik tangan Asya agar kembali ke posisi semula.

"Jawab yang bener, lo adeknya atau bukan?!" gertak Renata, seperti biasa, ia selalu galak dan berapi-api.

"Bukan!" jawab Asya. "Aku sama Kak Alga itu---"

"Baguslah," ujar Renata. "Sebenernya gue juga gak percaya. Muka kalian gak ada mirip-miripnya, apalagi sifat, bener-bener langit dan bumi. Eh, langit dan tanah liat. Lo terlalu rendah buat jadi adeknya Alga."

"Gue gak tau kenapa Alga baik sama lo, yang jelas jangan kegeeran. Alga emang gitu, dia gak buruk kaya yang orang-orang tau. Tapi tetap, jangan salah artiin sikapnya," peringat Renata. "Dia nggak mungkin suka sama lo. Bisa jadi dia cuma kasian."

Renata sangat mengenal Alga. Lama sejak mereka mengenal satu sama lain. Alga memang dingin, tapi ia berhati lembut. Sosok lemah seperti Asya pasti membangkitkan rasa empatinya.

"Dan ini gue ambil," Renata menarik paksa jaket hitam di pinggang Asya. "Kalau ini kotor Alga pasti sedih."

Renata pergi begitu saja sambil membawa jaket Alga. Dalam hati gadis itu merasa lega, sejak melihat Asya ia sudah menandainya sebagai musuh.

Renata benar-benar benci cewek lemah dan manja. Asya pasti adalah salah satunya. Spesies perempuan seperti itu adalah beban, maka dari itu Renata tidak senang jika harus bersikap baik padanya.

Untung saja kemarin hanya salah paham, nyatanya Asya bukanlah adik Alga seperti yang Renata fikirkan.

"Gitu dong itu baru Kakak aku!"

Mengingat ucapan Asya itu, Renata langsung mencari beberapa dokumen tentang Alga hari ini, tertera di sana jika Alga adalah anak tunggal. Jadi Renata yakin hubungan Asya dan Alga tidak sedekat itu. Bisa saja mereka hanya sebatas kenal biasa. Baguslah, ia tidak perlu repot mencari muka di depan gadis menjengkelkan itu.

Sepeninggal Renata, Asya berjalan keluar dari toilet. Baru beberapa langkah, gadis itu berhenti karena melihat Darren berdiri tak jauh darinya. Bersandar pada tembok putih dengan tangan terlipat.

ALGASYA ; STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang