39 || The Darkness

149K 10.8K 7.5K
                                    


DOUBLE UPDATE LUNAS🐣

****

"Kak Alga, aku minta maaf." Asya mengejar Alga, sudah puluhan kali ia mengatakan hal yang sama. Jangankan menoleh, Alga justru mempercepat langkahnya tanpa memperdulikan Asya yang kesulitan mengejarnya.

Asya menyeka wajahnya, ia benar-benar tidak bisa menahan rasa sesak serta rasa bersalah yang bersarang. Padahal dia tidak pernah berani menangis, tapi sekarang ia bahkan tidak tau cara menghentikan tangisannya.

"Kak Alga," panggil Asya sekali lagi. Tapi tetap tidak ada jawaban darinya. "Maaf, maaf, maaf."

Kejadian itu membuat beberapa pasang mata di lorong rumah sakit itu menatap mereka, lebih tepatnya menatap Asya dengan pandangan kasihan.

Gadis itu terlihat menyesal, ia menangis sampai terisak-isak dan berusaha mengejar. Tetapi sosok dengan pakaian gelap di depannya sama sekali tidak perduli. Ia mengabaikannya dengan tanpa belas kasihan.

Asya berlari lebih cepat dan akhirnya berhasil menggapai lengan Alga. Langkah Alga juga berhenti di sana, tetapi pemuda itu tetap memandang ke depan tanpa perduli padanya.

"Aku nggak akan nuduh-nuduh Kak Alga lagi. Aku minta ma-maf," ujar Asya susah payah. Wajahnya penuh dengan air mata. Lalu suaranya melirih. "J-jangan buang aku."

"Aku mohon," pinta Asya sambil menggoyangkan lengan kekar pria itu. "Kak, tolong jawab. Jangan diem aja. Tolong jawab."

Alga menatapnya, kedua iris mata mereka saling bertemu. Namun hanya beberapa detik karena setelah itu Alga menghempaskan tangan Asya dan meninggalkannya begitu saja.

"Kak Al--- Awh!"

Brak!

"ADUH, JALAN PAKE MATA DONG!"

Alga berhenti setelah mendengar kegaduhan dari belakangnya. Kepalanya sedikit menoleh sampai melihat Asya yang meminta maaf pada suster yang ditabraknya sembari membantu memungut obat-obatan serta barang-barang yang berjatuhan ke lantai.

Melihat itu Alga memiringkan kepalanya dengan senyum samar. Tangan gadis itu gemetar, ia terus-menerus melirik Alga memastikan tidak ditinggal olehnya. Mau tidak mau, Alga merasa terhibur. Ini yang dia inginkan. Saat Asya bergantung sepenuhnya padanya.

Saat Asya begitu ketakutan karena tidak bisa tanpanya.

Saat Asya hanya menginginkan dirinya.

Saat Asya mustahil memikirkan hal lain apalagi melarikan diri karena isi pikirannya hanyalah Alga.

Menangis, memohon, dan memohon. Semua itu menjadi hiburan menyenangkan. Alga lebih baik melihat Asya seperti itu. Lebih baik Asya menangis, dari pada membencinya.

"Kak Alga!"

Saat gadis itu kembali mendekat, Alga juga kembali melangkah meninggalkannya dengan sengaja. Tanpa Asya tau, sepanjang jalan bibir laki-laki tampan itu tidak melunturkan senyuman puasnya sama sekali.

****

Alga baru berhenti saat sudah berada di parkiran rumah sakit. Asya berdiri tidak jauh darinya, gadis itu melangkah mendekat dengan takut-takut. Saat ia akan menggapai lengan Alga, laki-laki itu kembali menghindar.

ALGASYA ; STEP BROTHER Where stories live. Discover now