Snowdrop - 8

500 71 3
                                    

Navi tertawa kecil melihat seseorang yang sedang menatapnya dari jauh. Seolah seseorang itu sedang menertawakannya sekarang. Dengan tubuh basah kuyup, Navi berjalan mengambil tasnya. Baru saja membungkuk dan mengalihkan pandangannya dari seseorang itu. Seseorang itu telah pergi dari sana.

''Siapa? Sebenarnya kau siapa? Entah kau yang sengaja ingin menghancurkan kehidupanku, atau kau hanya sedang menonton pertunjukkan ini dengan wajah memelas, atau bahkan sedang menertawakanku.'' ucap Navi

Navi berjalan menjauh dari pantai itu, tapi langkahnya terhenti setelah beberapa langkah. Ia kemudian berbalik menatap pantai yang begitu gelap itu.

''Berhenti memanggilku. Aku juga ingin berdiam diri lebih lama dalam pelukanmu. Tapi belum saatnya aku menyerah. Yang kau peluk barusan itu bukanlah Navi, tapi lukanya.'' ucap Navi kemudian mengusap air matanya.

Saat ia berbalik, ia terkejut melihat San sudah berdiri tak jauh darinya, dengan ekspresi wajah sedih. San mendekati Navi dan langsung memeluknya erat.

''Cukup. Aku bisa membantumu pergi. Jangan lakukan hal seperti ini lagi.'' bisik San

''Kak San pasti berpikir aku akan mengakhiri hidupku.'' ucap navi sembari melepas pelukannya.

San menatap Navi dengan tatapan serius. Seolah bertanya tanya maksud dari perkataan Navi barusan.

''Benar, mengakhiri hidup dengan bunuh diri adalah pilihan yang sering terpikirkan bagi orang depresi. Sama seperti kakakku yang memilih gantung diri. Tapi bukan itu penyebab kematian mereka. Penyebabnya adalah tekanan. Tekanan yang membuat mereka memilih pilihan itu. Tapi aku tak akan seperti mereka. Aku hanya ingin melarikan diri.'' ucap Navi

''Kalau begitu, biarkan aku membantumu.'' ucap San sembari menyelimuti Navi dengan jas miliknya.

Navi terdiam sejenak, lalu menatap San sembari tersenyum tipis.

''Aku sudah memutuskannya. Tak peduli akan seperti apa akhirnya, aku tak akan menyerah. Aku akan masuk ke universitas yang kakakku inginkan. Walau aku harus menjadi Navi yang dulu.'' ucap Navi

Navi yang dulu? Apa maksudnya? Pikir San

Setelah San pergi, Navi langsung menuju ke rumahnya. Baru saja sampai, sang bibi ternyata sedang menunggunya dengan cemas.

''Navi? Apa yang terjadi? Jangan bilang kau ... Navi, bibi tidak tau seberat apa kehidupan yang kau jalani, tapi tolong! Jangan berpikir pergi dengan cara seperti ini.'' ucap sang bibi dengan cemas.

Melihat kecemasan sang bibi, Navi langsung memeluk sang bibi dengan sangat erat, sampai menangis dalam pelukan sang bibi.

''Bibi, aku sangat cemas. Aku juga sangat takut. Aku takut kehilangan orang orang terdekatku, karena pilihan yang kupilih bibi.'' ucap Navi sembari menangis.

''Navi tenanglah. Kita masuk ke dalam dulu. Kau bisa saja demam nantinya.''

''Bibi!'' ucap Navi

Sang bibi mengusap air mata Navi, lalu membawa Navi masuk ke dalam rumah. Setelah mengganti pakaian, sang bibi membuat ramuan herbal untuk menghangatkan tubuh Navi.

''Minumlah!''

''Terima kasih bibi.'' balas Navi sembari mengambil gelas tersebut.

Navi meminum ramuan itu dengan tangan yang masih gemetar.

''Aku baik-baik saja bibi. Terima kasih sudah datang.'' ucap Navi

''Baiklah. Beristirahatlah, jangan pikirkan banyak hal yang membuat kepalamu sakit.'' ucap sang bibi sembari mengusap kepala Navi

CIRCLES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang