Snowdrop - 9

367 63 0
                                    

Ditengah gelapnya malam, Valdan tengah mengisap sepuntung rokok di teras ruang VIP S-Class, lantai 23. Tak lama kemudian, Ian datang dan segera menghampirinya. Kedatangan Ian pun menjadi perhatian bagi anggota S-Class yang sedang bersantai di gedung itu.

''Aku tak punya banyak waktu. Katakan!'' ucap Ian

Valdan mematikan rokok itu, dan membuangnya ke tempat sampah. Berbalik menatap Ian yang tiba dengan pakaian kasual.

''Sudah cukup lama kau tak mendatangi tempat ini. Cukup mengejutkan dengan apa yang terjadi siang tadi.'' ucap Valdan

''Hah, sepertinya hanya omong kosong.'' ucap Ian hendak pergi.

Namun, saat Ian berbalik, sebuah pistol langsung di todongkan tepat di dahinya. Ian menanggapi hal itu dengan tenang, tanpa rasa takut sama sekali.

''Tembak! Ayo tembak! Aku ingin lihat, siapa diantara kalian yang berani melakukannya. Sayang sekali, Vidor yang memberi hukuman, bukan aku. Lagi pula, kalian terlalu banyak bersantai. Dari pada menodongkan pistol, lebih baik menantangku hal lain.'' tegas Ian

Valdan tersenyum melihat anggota S-Class yang langsung mundur, membiarkan Ian berlalu pergi begitu saja. Akan tetapi, satu tembakan hampir mengenai Ian dan hanya menyerempet mengenai daun telinga sebelah kanan Ian.

''Oops! Aku hanya memberi contoh.'' ucap Valdan sembari mengangkat ke dua tangannya.

Ian berbalik dan hanya membalas Valdan dengan senyum manis, yang malah terlihat menakutkan.

''Wah, manisnya.'' ucap Valdan

Ian berlalu pergi, dan meninggalkan ruang itu. Setelah Ian pergi, Valdan melempar pistol itu ke sofa.

''Jangan main-main dengan Ian. Kalian selamat karena Eris dan Taqi masih berpihak pada kalian. Masalah Navi dan Larissa, lupakan itu. Aku yakin, Navi tak tau apa pun soal itu.'' jelas Valdan

''Bagaimana jika rekaman itu masih ada?''

''Hmm, kita akan menghancurkannya.''

''Jangan gegabah. Kita tidak tau, Navi itu anaknya seperti apa? Terlebih lagi, Ian sepertinya mengenalnya. Begitu pula dengan Eris. Semua orang bisa jadi musuh dan kawan di situasi tertentu. Navi itu, dia sangat menarik. Apa lagi, kasus lamanya membuatku begitu tertarik untuk segera bertemu dengan Navi yang asli.'' ucap Valdan

********

Setelah kedatangan Ian, ke tujuh siswa tadi terlihat kesal. Itu karena Ian seolah membela Navi dibandingkan mereka.

''Bukankah itu sudah berlebihan?'' ucap Joe

''Aku juga berpikir seperti itu. Tapi dia Ian, siapa yang akan berani menentangnya?'' ucap Dea

''Eris juga tak membantu kita. Memangnya Navi itu seperti apa? Sampai sampai Valdan tertarik dengannya.'' ucap Pika

''Kita lihat saja nanti. Lagi pula, hasil ujiannya tak begitu memuaskan. Kita tak perlu cemas.'' ucap Aldo

''Guys! Aku duluan ya, jemputanku sudah tiba. Sampai jumpa besok.'' ucap Ariana

Saat Ariana masuk ke dalam mobil, dari jauh seseorang yang sedang memantaunya juga berlalu dari sana. Ariana mencoba membaca beberapa soal latihan dan mengerjakannya lewat tablet. Sesekali dia melirik handphonenya jika ada pesan yang masuk.

''Ariana?
Apa kau sudah lihat?
Dior mengeluarkan tas
edisi terbatas.
Apa kau sudah
membelinya?''

''Wah, sial! Aku sampai lupa. Awas saja jika desainer magang itu melupakannya.'' gumam Ariana

Tiba tiba saja mobil Ariana berhenti di tengah jalan. Jalan itu jug terlihat sepi dan sangat mencekam.

CIRCLES (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang