Snowdrop - 14

394 56 2
                                    

Ke esokan harinya, semua siswa satu persatu tiba di rumah Joe untuk mengucapkan bela sungkawa. Termasuk anggota S-Class yang terlihat biasa saja akan kematian Joe. Berbeda dengan Ariana dan ke lima temannya yang tengah menangis tersedu-sedu. Keluarga besar Joe juga terlihat sangat berduka.

"Aku mulai merasa bosan." gumam Valdan

"Diamlah, bagaimana pun dia kan anggota S-Class sama sepertimu." gumam Tara

"Bukankah akhir-akhir ini, sejak Navi masuk. Kau jarang sekali terlihat? Apa kau begitu takut jika Navi balas dendam padamu?" ucap Valdan

Tara menatap kesal ke arah Valdan, terlihat sangat tak terima dengan perkataan Valdan barusan.

"Kau lupa, kau juga sama? Apa jangan-jangan kau yang membunuh Joe?'' balas Tara

Valdan tersenyum smirk lalu menatap foto Joe, kemudian melirik ke arah Amel yang sedang menjadi penerima tamu, bersama dengan Eris dan anggota S-Class lainnya. Tak lama kemudian, Valdan melirik San yang juga menjadi penerima tamu.

"Hei, bukankah dia terlihat bahagia?'' ucap Valdan

"Apa sih, Va. Bukan hanya terlihat bahagia, tapi dia juga sedang menikmatinya. Sekarang, aku tak mau tau. Jangan libatkan aku dengan kematian Joe. Cukup dengan kematian Alyana." kesal Tara

"Heh? Di mana Tara yang dulu? Apa kau benar-benar ketakutan? Hahaha, Tara yang malang." ejek Valdan yang membuat Tara menghela nafas kesal.

Navi duduk di tempat yang cukup strategis, sehingga ia bisa lebih mudah memperhatikan semua orang. Tak lama kemudian, Ren duduk di samping Navi.

"Akhir-akhir ini, kita jarang bertemu. Kau begitu sibuk ya." ucap Ren

"Bukan aku, tapi kau. Aku butuh uang, jadi aku bekerja." balas Navi

"Sekarang kau dekat dengan Ayan ya?" ucap Ren

Navi melirik ke arah Ren, sembari memperhatikan Ren dengan teliti. Walau begitu, ia tetap pada ekspresi tenangnya.

"Hmm, aku bertemu dengannya di ruang seni. Kau tau kan, jika kakakku begitu menyukai seni. Lagi pula, Ayan sangat baik dan ramah." ucap Navi

"Ah, Ayan memang tergabung dalam grup seni. Dia juga sangat dekat dengan Nissa." ucap Ren dengan ekspresi yang sulit di mengerti oleh Navi.

"Nissa? Ah, ya. Dia juga mengatakannya." balas Navi

"Karya lukis Ayan begitu indah dan juga maknanya begitu dalam. Yana dan Ayan, twins yang sempat membuat Eris hampir mengakui ke kalahannya. Jika saja, siswa dari jalur beasiswa tidak ikut, maka Eris tak akan punya alasan untuk menang." ucap Ren

"Apa maksudmu?" tanya Navi dengan serius.

"Hal yang paling di benci oleh semua siswa di AT School adalah, ketika mereka kalah dari siswa yang hanya mengandalkan otak dan beasiswa dari sekolah. Kalah dari anak-anak kurang mampu itu sangat memalukan." jelas Ren

Navi kemudian melirik ke sekitarnya. Semua siswa yang hadir, hampir semuanya hanya sedang berpura-pura sedih. Hal itu membuat Navi sampai menggelengkan kepalanya, sembari tertawa kecil tak percaya dengan apa yang ia lihat.

Setelah cukup lama di rumah Joe, Navi pun melangkah pulang. Awalnya ia ingin menyapa Ren, tapi Ren terlihat sibuk berbincang dengan beberapa orang. Begitu pula dengan Ian, Vidor dan yang lainnya.

"Hari ini libur. Sebaiknya aku bekerja saja. Ah, aku merasa lapar, tapi uangku tinggal recehan saja. Makan roti? Bagaimana otakku akan berfungsi dengan baik? RIP otak yang kurang gizi." gumam Navi sembari keluar dari kediaman rumah Joe.

Saat ia melangkah menuruni beberapa anak tangga. Beberapa mobil berhenti dan menampakan beberapa orang berpakaian rapi. Mereka juga di kawal banyak pengawal. Awalnya Navi biasa saja, dan hanya sedikit takjub melihat hal itu. Namun saat kembali melangkah turun, Navi terhenti sejenak saat berpapasan dengan seorang wanita. Seketika Navi berbalik, melirik wanita yang baru saja berpapasan dengannya.

CIRCLES (END)Where stories live. Discover now