Bagian 9

19.6K 1.6K 24
                                    

Kiran menyantap bubur ayam miliknya dengan perlahan matanya melirik mangkuk bubur ayam milik Sakti yang sudah di aduk. Kiran memalingkan wajahnya dan menatap bubur ayam miliknya yang tidak di aduk. Kiran mual melihat bubur ayam yang di aduk seperti yang sedang Sakti makan, tetapi sepertinya Sakti terlihat baik-baik saja memakan buburnya itu.

Kiran meminum air dalam botolnya dan menyingkirkan mangkuk buburnya yang tersisa setengah. Setiap memakan bubur, Kiran memang selalu tidak habis dan biasanya Kiran hanya akan memesan setengah porsi tetapi tadi Sakti sudah terlanjur memesan jadi Kiran mendapatkan satu mangkuk penuh bubur ayam.

Sakti menyelesaikan makannya dan menatap mangkuk milik Kiran yang habis setengahnya saja. Kiran menaikan alisnya ketika Sakti menarik mangkuk buburnya yang bersisa itu dan langsung mengaduknya membuat mata Kiran membulat ketika Sakti memakan makanan sisa miliknya.

"Eh jorok tahu." Protes Kiran yang tidak Sakti pedulikan. Kiran melongo menatap Sakti yang dalam sekejap kembali mengabiskan buburnya.

Sakti menumpuk dua mangkuk miliknya dan Kiran lalu berjalan menuju si penjual sambil membawa mangkuk-mangkuk itu dan menaruhnya di bawah ember tepat di samping gerobak lalu mengeluarkan uang membayar dua mangkuk bubur.

Kiran menipiskan bibirnya ketika melihat Sakti yang sudah kembali berjalan ke arahnya. Laki-laki itu sangat minim sekali dalam berekspresi cibir Kiran dalam hati.

"Berapa?" Tanya Kiran.

"Apanya?" Tanya balik Sakti.

Kiran menahan matanya yang ingin berotasi. "Buburnya, punya aku berapa?"

Sakti melengos. "Tidak perlu." Lalu berlalu pergi kembali meninggalkan Kiran yang menahan pekikan kesalnya. Tak punya pilihan Kiran kembali mengekor di belakang langkah kaki Sakti yang lebar.

Kiran sedikit menggerutu ketika jalan yang dilaluinya sedikit becek mengharuskan Kiran sedikit memilah-milah jalan yang harus di pijaknya. Sakti yang tersadar seperti tidak merasakan langkah Kiran di belakangnya lalu berbalik. Kiran memang tidak ada tepat di belakangnya tetapi perempuan itu berada sedikit jauh dengan posisinya tengah menunduk sambil mencari pijakan yang tidak terlalu becek. Sakti menipiskan bibirnya melihat kelakuan perempuan itu apalagi penampilannya yang meski hanya mengenakan jaket dan jeans tetapi semua orangpun sepertinya tahu jika perempuan itu berbeda dengan orang-orang yang berlalu-lalang di tempat ini. Tempat ini sangat tidak cocok untuk perempuan seperti Kiran dan entah mengapa hal tersebut membuat dada Sakti sedikit berdebar gelisah.

"Jalan yang benar jika ingin cepat pulang." Ucap Sakti ketika Kiran baru saja sampai di depannya. Lalu kembali berbalik meninggalkan Kiran.

Kiran menahan kekesalannya. "Emangnya gue jalan di jalan yang salah apa?"

Kiran kembali melangkahkan kakinya kali ini dengan langkah lebar-lebar bahkan mendahului langkah Sakti yang terasa sedikit memperpendek langkahnya. Sakti menahan kedutan bibirnya saat Kiran melintasi dirinya dan kini berjalan di depannya.

"Ke kiri." Ucap Sakti saat langkah Kiran yang terus saja berjalan lurus. Kiran sejenak menghentikan langkahnya dan dengan sebal berbalik lalu membelokan langkahnya ke kiri sesuai arah yang Sakti sebutkan.

Sakti terkekeh pelan lalu mengekori Kiran yang menghentikan langkahnya di jajaran toko elektronik. Kiran memindai barang-barang yang berada di toko tersebut seketika membuat kedua matanya berbinar senang.

Kiran hendak melangkahkan kakinya kesana namun Sakti menahannya. "Mau kemana?"

"Mau ke sana." Tunjuk Kiran yang Sakti ikuti kemana telunjuk Kiran menunjuk.

"Bukannya mau ke sana?" Kini gantian Kiran mengikuti kemana telunjuk Sakti menunjuk. Kiran melihat sebuah ATM center di sana.

Kiran lupa dirinya memang tidak memegang uang banyak jadi sepertinya Kiran harus mengambil uangnya disana terlebih dahulu.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang