Bagian 21

23.3K 1.6K 16
                                    

Kiran memegang dadanya yang jantungnya kini berdebar kencang. Kiran mencoba menarik napasnya lalu mengeluarkannya secara berulang-ulang. "Ayo Kirani semangat!" Kiran menyemangati dirinya sendiri sambil mengacungkan sebelah tangannya ke atas.

Suara derum mobil terdengar lalu tak lama suara gerbang yang terbuka juga terdengar Kiran buru-buru melompat dari kasur sedikit berlari kecil pada cermin panjang di lemari. Kiran berdiri sambil mematut diri pada cermin di hadapannya. Kiran meneguk ludahnya gugup, apalagi melihat tampilannya kini dari ujung kepala hingga ujung kaki yang sedikit banyak membuat Kiran meragu.

Dress satin bertali spaghetti berwarna merah muda yang sedang di kenakannya hanya mampu menutupi setengah paha tak lupa belahan dadanya yang sangat rendah cukup membuat payu dara Kiran sedikit terlihat apalagi Kiran tidak mengenakan apa-apa lagi di dalamnya kecuali celana dalam yang kini sedikit tercetak dari luar dress-nya.

Terkutuklah bibirnya yang suka asal nyeplos hingga mengatakan jika Kiran dan Sakti belum melakukan apapun dalam artian melakukan hal yang seharusnya di lakukan sepasang suami istri pada Erin. Dan sontak saja Erin memberinya banyak petuah hingga pada akhirnya Kiran mencoba salah satu yang di sarankan Erin padanya. Bukan tanpa alasan, Kiran dan Sakti setelah menikah masih di sibukkan dengan banyak hal apalagi Kiran juga sempat sakit.

Tapi kini, Kiran dan Sakti sudah selesai dengan urusan pindah rumah, Sakti juga berangsur-angsur menyelesaikan pekerjaannya yang menumpuk, dan yang paling penting adalah Kiran yang sudah merasa sehat. Terhitung sudah satu bulan mereka menikah, pasangan tersebut hanya akan melakukan kegiatan intim yang lebih ringan yaitu berpelukan dan berciuman. Itu pun Sakti dan Kiran harus bisa menahan dan mengontrol diri karena mereka masih di kediaman Abah dan Ambu.

Tetapi kini di rumah baru mereka hanya ada mereka berdua. Iya, jika malam seperti ini memang tidak ada pekerja Sakti yang mengirim hasil panen atau Bi Wati yang bertugas membantu Kiran soal membersihkan rumah. Kesempatan ini sudah Kiran persiapkan tapi ketika hendak melakukannya Kiran merasa ragu dan malu tak lupa juga debaran jantungnya yang tidak bisa di kondisikan sejak suara mobil yang Sakti gunakan terdengar di halaman.

Suara kunci berasal dari pintu depan menyentak kesadaran Kiran yang masih berdiri di depan cermin. Dengan cepat Kiran meraih botol parfumnya dan menyemprotkannya beberapa kali hingga mengeluarkan harum khas Kiran.

Kiran berdeham beberapa kali mengatur raut wajahnya meskipun hawa dingin cukup menusuk tubuh Kiran yang terbuka. Kiran bersiap di belakang pintu kamar ketika suara salam terdengar dari Sakti yang kini kembali mengunci pintu depan.

Sakti melangkahkan kakinya melewati ruang tamu lalu ruang keluarga dan kini saat hendak melangkah menuju pintu kamarnya dengan Kiran, pintu tersebut justru terbuka dari dalam dan menampakkan Kiran di sana sedang berdiri dengan senyum lebarnya dan jangan lupakan apa yang sedang Kiran pakai membuat langkah Sakti terhenti dengan raut wajah terkejut.

Kiran diam-diam meringis ketika melihat Sakti yang tampak mematung di tempatnya dengan raut terkejut, tetapi Kiran memilih pura-pura abai dengan menjawab salam Sakti dan berjalan dengan riang pada suaminya itu. Kiran meraih tangan Sakti yang tampak kaku untuk ia kecup punggung tangannya. "Sudah makan?"

Pertanyaan Kiran di jawab keheningan, Kiran tampak sedikit salah tingkah dengan tatapan Sakti yang menatapnya dengan raut tanpa ekspresi. Kiran merutuk, apa mungkin Sakti tidak suka dengan penampilannya ini?

"Aa, sudah makan?" Tanya Kiran lagi kali ini tatapan Sakti tampak berubah sedikit melembut.

"Sudah, tadi bareng-bareng pekerja yang lain." Sakti memang baru pulang dari kebun yang sedang panen hingga malam hari.

Kiran mengangguk kecil bingung ingin melakukan apa lagi. "Langsung mandi ya, aku siapin dulu." Kiran hendak berbalik namun cekalan di tangannya menghentikan gerakannya.

Bertemu Denganmu [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang