BAB 16 : Pembicaraan malam

71 10 0
                                    

Cinta memang kadang lucu, kita menyukai orang yang tidak menyukai kita, lalu kita menjauh dari orang yang mengejar kita susah payah. Dan anehnya, kita kembali mendekat di saat orang itu sudah menyerah.

-Ayara senja lara-












*****

Setelah makan sore tadi di rumah ayara, Alden terlihat sangat berseri-seri mulai dari senyumnya yang belum luntur juga baju yang belum di ganti.

Cinta itu sembarangan adanya. Dan kita tidak bisa memastikan untuk siapa cinta itu ada, entah pada seseorang yang sudah punya orang lain atau pada seseorang yang masih menginginkan orang lain?.

"Bener kata Arthur, kita tidak tau cinta itu dimana dan akan kepada siapa akan singgah" monolognya sangat pelan.

"ALDENN!!! KAMU BELUM MANDI???" tanya umi Jihan yang masuk kedalam kamar Alden, melihat Alden masih memakai baju sekolah.

"kan baru pulang umi" jawabnya nyeleneh mengambil handuk yang menjuntai di dinding.

"Cepetan mandi terus makan" suruh Jihan masih di tempat yang sama dengan berkacak pinggang.

"Udah makan tad-barusan di rumah temen" jawab Alden berbalik menatap uminya.

"jangan keseringan kaya gitu Al.. Ga baik" jelasnya.

"iya umi.. Kan di tawarin sama tuan rumahnya.." ringis Alden menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"makan dimana?" tanya umi Jihan terus mengintrogasi.

"Kapan alden mandinya kalau umi nanya terus" gerutu Alden lalu masuk ke kamar mandi untuk mengalihkan pembicaraan.

Karena ada saatnya kita diam hanya untuk menjaga sesuatu yang bersifat pribadi, meskipun itu dari orang tua kita sendiri. Sebab, tidak semual hal harus kita ceritakan tentang apa yang terjadi.

*****

Di lain tempat, wanita penyuka senja saat ini akan keluar untuk melihat  semua deretan bintang juga bulan.

Tapi sayangnya, malam ini bulan juga bintang tidak ikut serta hadir sampai akhirnya ayara mendefinisikan bahwa..

"Malam tanpa bulan.. Seperti senja tanpa jingga, langkah tanpa jejak dan cinta tidak di anggap.." monolognya memandang langit kosong itu.

"Jika malam yang selalu cantik di hadiri bulan, lalu apa gunanya bintang Ra?" tanya seseorang yang ikut duduk di sebelahnya.

"Bintang hanya pelengkap dan jika seseorang sudah menyukai bulan maka beribu bintang yang hadir tidak akan pernah terlihat" jawabnya.

"Anjayy kata-kata Lo kece juga Ra hahaha" ucap seseorang itu dengan tawanya yang menggelegar.

"eh Lo ngapain ke rumah gue sen?" tanya ayara yang menengok ke arah Sena.

"Gaboleh gue kerumah Tante sama om gue?" tanya balik Sena.

"Bukan tidak bol-"

"Memang begitu, tidak aneh jika seseorang bertanya kenapa dan bagaimana. Karena terkadang, manusia menyuruh pergi dengan sebuah pertanyaan yang tidak masuk akal" potong Sena menyela ucapan ayara.

"Sena.. Semua orang berhak bertanya, termasuk pertanyaan itu soal rasa.." jelas ayara.

"lalu bagaimana jika pertanyaan itu di jawab dengan kebohongan?" tanya nya lagi.

"Jelas, sama saja dia berbohong untuk perasaanya sendiri. Karena.. Sebetulnya manusia terlalu abstrak untuk bisa di fahami sen" jelas ayara yang terus memandang langit kosong tanpa berniat menoleh.

Sena yang tidak suka dengan pembicaraan sendiri pun berinisiatif mengganti topik "Udah lah, gue kesini ngambil buku Lo yang tadi di kasih Alden" finalnya lalu ikut berdiri melihat ayara berdiri.

"gue ambil dulu" jawab ayara lalu masuk kerumah tanpa menoleh lagi kebelakang, dan Sena yang di tinggal seperti itu jadi uring-uringan sendiri lalu ikut masuk kedalam untuk menyusul ayara.

Orang lain bisa saja jujur dengan hati juga pikirannya. Tapi dia tidak akan sembarangan untuk menyampaikan sesuatu hal apalagi menyangkut perasaan. Seperti.. Takut bahwa seseorang itu juga akan menyukainya.

*****

Haii apa kabar.. semoga baik ya💐

Jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak, mau komen ataupun sekedar vote ya..

*****

Follow Instagram
@sdtl_jijah
@ayarasnjalara
@aldnfhri

See you Next chapter....

TENTANG SENJANơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ