BAB 21 : Bunda.

82 7 0
                                    

"Jika penghuni neraka kebanyakan adalah wanita, maka tolonglah haramkan api neraka untuk menyentuh ibuku"

-Ayara senja lara-



***

Setelah pulang bersama Sena, ayara langsung pergi ke kamarnya setelah mengucapkan salam.

Sintia yang berada di ruang tamu sana melongo. "Tumben banget ga cium tangan" gumamnya.

Drett drett drett

Dering ponsel Sintia menandakan ada panggilan masuk, dan ketika di lihat ternyata itu Rega.

"Assalamualaikum yah" salam Sintia.

Wa'alaikumsalam Bun" jawab Rega di sambungan sana.

"Bun, maaf. ayah malam ini ga pulang dulu ya.. boleh?" izin Rega.

"Kenapa nggak pulang yah?" Tanyanya.

"Klien ayah yang dari Singapur mau datang nanti malam.. ayah juga kemungkinan ikut beliau nginap di hotel"

"Oh.. tapi cuman satu malam kan?"

"Iya satu malam aja kok Bun, besok juga pulang antara pagi atau siang"

"Tapi yah, kalau nanti anak-anak nanyain gimana?"

"Bilang aja sama tuan putri ayah, kalau nanti malam sang raja tidak pulang.. hehe" ucapnya dengan terkekeh.

"Emm.. yaudah, ayah hati-hati di sana. Jangan terlalu kecapean, ingat sakit ayah yang sering kambuh" setelah banyak pertimbangan, akhirnya Sintia memberikan izin.

Rega yang mendengar penuturan itu bernafas lega, karena mau tidak mau dia harus menyelesaikan pekerjaannya. "Alhamdulillah, terimakasih Bun selalu mengingatkan.. kalau gitu ayah tutup dulu sambungannya ya" Jawab rega yang langsung di angguki oleh Sintia, meskipun tidak di lihat oleh rega.

"Iya, assalamualaikum yah"

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh"

Tutt tutt tutt

Sambungan pun terputus. bersamaan dengan itu suara adzan berkumandang.

Ayara menaiki tangga dengan terburu-buru, karena dia harus mengingatkan anak-anaknya dengan kewajiban mereka.

Wa aqiimush shalaata wa aatuz zakaata warka'uu ma'ar raaki'iin. "Dan dirikanlah sholat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama orang-orang yang rukuk." (QS. Al-Baqarah: 43).

Tok tok tok

"Ay kita berjamaah ya sayang di bawah" beritahu Sintia.

"Iya bunda" jawabnya.

Lalu, Sintia berlari kecil ke kamar ishi. "Sayang, Ayo ambil mukenanya terus kita sholat bareng di bawah" ucap Sintia mengelus kepala aishi yang tidak memakai hijab.

Aishi yang merasa terganggu karena sedang bermain pun cemberut, mencibikan pipinya.

Sintia melihat itu, sedikit menautkan alisnya. "Heyy gaboleh gitu, mainnya nanti lagi.. sekarang sholat dulu, apalagi waktu Maghrib itu cuman sebentar" ucap sang bunda memberi pengertian.

TENTANG SENJAKde žijí příběhy. Začni objevovat