Day 28

2 0 0
                                    

Day 28
Kata kunci: harus.

Dahi mungil Riri berkerut. “Kenapa, Bun? Om tadi baik, kok. Kata Bunda kan, nggak apa-apa berteman dengan teman kantor Bunda.”

“Memangnya kenapa sih, Lin?” Tante Endah merangkulkan tangan gemuknya ke bahu Riri, tak tega melihat gadis cilik itu melengkungkan bibir dengan sudut-sudut ke bawah. “Betul kata Riri, Pak Bramantyo itu baik kok sama Riri. Tadi aku lihat sendiri.”

Beberapa karyawan masuk. Bunda melirik rekan-rekannya yang baru kembali dari makan siang, lantas menghela napas. “Sudahlah. Ayo kita makan dulu, Ri. Kau mau makan nasi soto atau katering?”

“Soto!” Riri berseru.

Bunda mengambil tas merah jambu dari punggung Riri, lalu mengeluarkan kotak bekal berwarna bening yang di dalamnya terdapat menu katering hari ini. Ia mengajak putrinya keluar ruangan, menuju pantri. Sementara itu, Tante Endah HARUS kembali ke ruang administrasi.

Riri duduk di kursi pantri yang memiliki bantalan bundar dengan kaki kursi yang tinggi sambil menikmati nasi soto hangat, sementara Bunda memakan jatah katering putrinya sambil melamun.

“Bunda,” panggil Riri, “Om Es Krim, eh, Om Bramantyo, hidungnya kok kayak aku, ya?”

Bunda tersedak. Ia terpaksa berhenti makan karena terbatuk-batuk.

Bersambung.

*Membuntuti salah satu tokoh novelku.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Riri - Tantangan Februari ForsenWhere stories live. Discover now