16

2.7K 267 9
                                    

Nona muda : ke kamar gue. Please.

Beby mengerutkan keningnya saat menerima pesan dari Nona mudanya. Ia melirik jam dinding. Pukul 2 dini hari. Ada apa Shania menyuruhnya ke kamarnya? Lapar? Tidak mungkin, tadi ia sudah membuatkan makan malam. Beby menutup laptopnya lalu keluar kamar menuju kamar Shania.

Tok...tok

"Masuk aja." Beby mengerutkan keningnya. Tumben.

Beby membuka pintu kamar Shania secara perlahan lalu menyembulkan kepalanya di balik pintu. "Ada apa Nona?"

"Dingin." jawab Shania di balik selimut.

Beby melebarkan pintu kamar Shania lalu masuk ke dalam. Ia berjalan menuju ke pinggir ranjang Shania. "Dingin? Nona tidak menyalahkan AC kok."

Shania tidak menjawab. Karena penasaran, Beby membuka sedikit selimut yang menutupi wajah Shania lalu menempelkan tangannya di kening Shania. Panas.

"Nona demam?" tanya Beby bodoh. Ia menepuk jidatnya lalu keluar kamar untuk mengambil alat-alat kompres. Demam? Tapi demam kenapa? Tadi di kolam berenang baik-baik saja? Aha! Terlalu lama main di dalam air bisa membuat masuk angin. Apa ini terjadi pada Shania? Dia sudah besar, masa cuma karena lama-lama berendam di air bisa demam? Beby menggelengkan kepalanya menepis semua pikiran itu.

Beby kembali dengan sebaskom air yang sudah di isi es batu. Ia meletakkannya di atas meja lalu duduk di samping Shania. "Nona, saya kompres ya. Supaya panasnya turun." ucap Beby, Shania tidak menjawabnya. Beby menempelkan kain basah di kening Shania lalu diam menatap Shania lekat-lekat. Cantik, lucu, seram menjadi satu di wajah Shania. Beby tersenyum lalu mengusap pipi Shania yng juga terasa hangat.

"Dingiin." lirih Shania.

"Eh?"

Blaaar!!!

"Astaga!" Beby memekik kaget saat suara petir menyambar. Hujan? Beby berjalan menuju balkon Shania lalu membukanya. Benar hujan. Hujan yang tadinya kecil menjadi sangat besar di sertai dengan angin kencang dan petir yang saling bersahutan. Beby berjalan menuju Shania dengan ketakutan. Beby takut hujan. Ia takut hujan.

Klek!

Gelap. Listrik padam. Kini hanya suara hujan saja yang terdengar di luar serta suara petir yang saling sahut-menyahut.

"Gelap!!" teriak Shania lirih.

Beby meraba saku celananya. Sial, dia tidak membawa ponsel. "Nona, dimana ponsel Nona? Mati lampu."

"Lo dimana?! Please jangan tinggalin gue!" teriak Shania di balik selimut. Shania takut gelap, pikir Shania.

"Shh, saya di sini." ucap Beby.

Shania beranjak dari tidurnya lalu memeluk lututnya. "Gelap. Mama...." Shania menangis. Ia tidak biasa gelap dalam keadaan tidak ada mamanya. Biasanya di saat gelap seperti ini Ve akan datang dan memeluk Shania hingga ia tertidur. Sekarang berbeda, tidak ada Ve atau tidak ada Devan. Shania takut.

Beby kebingungan mendengar tangisan dari Shania ia mencari sesosok Shania di tengah gelap. Ia menemukan tangan Shania lalu menariknya ke dalam pelukannya. "Nona baik-baik saja." bisik Beby sambil mengusap punggung Shania.

"Gelap...G-gue takut." lirih Shania. Beby semakin mempererat pelukannya. Beby merasakan panas dari tubuh Shania menyebar ke tubuhnya. Cukup membantu meredam hawa dingin yang di timbulkan dari hujan. Shania sudah tidak menangis lagi tetapi masih memeluk pinggang Beby erat. Diam-diam Beby tersenyum.

"Nona takut kegelapan karena apa?" tanya Beby jenuh dengan suasana hening. Shania diam tidak menjawab ucapan Beby. "Nona? Nona tidur?"

"Nggak. Gue pusing. Gak bisa ngomong." jawab Shania.

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now