17

3.1K 286 32
                                    

"Lo beli cat fosfor buat apa?" tanya Vino sambil menunjuk bubuk yang sedari tadi Beby pegang.

Beby tersenyum. "Buat...rahasia." jawab Beby. Vino memukul bahu Beby. "Hari ini yang anter Shania Anda saja ya?" tanya Beby.

Vino memberengut. "Lo bisa gak sih ngomong sama gue gak usah formal-formal gitu? Jijik gue."

Beby tertawa kecil. "Sudah biasa seperti ini. Yah, nanti saya usahakan ya." jawab Beby sambil menepuk bahu Vino pelan.

Shania keluar dari dalam rumah dengan pakaian rapi. Shania melirik Vino dan Beby yang sedang mengobrol di samping mobil. Vino langsung membukakan pintu untuk Shania. "Hari ini saya yang mengantar Nona untuk pergi ke Gereja." ucap Vino sopan.

Shania mengangguk lalu langsung saja masuk ke dalam mobil karena tidak mau telat untuk menuju gereja untuk menghadiri acara saat malam natal. Ia pergi ke gereja bersama dengan Jeje dan Gaby. Nabilah tidak karena dia Islam.

Beby menatap mobil sampai hilang di tikungan lalu masuk ke dalam rumah, melainkan masuk ke dalam kamar Shania untuk memeriksa atam kamarnya. Ia tersenyum lalu mengangguk. Ia menuju gudang untuk mengambil tangga lipat, sebelumnya ia ke tempat dimana Devil's Attack menjaga tawanannya.

"Belum ada tanda-tanda keluaga Farish bakal menyerang ya?" tanya Beby menyandarkan tangga lipatnya di tembok.

Saktia menggeleng. "Kata Gracia juga di perusahaan nggak ada gerak-gerik mencurigakan."

"Di butik Nyonya juga tidak ada teror lagi." sahut Della.

Beby mengangguk. "Apa mereka berontak? Atau gimana? Kalian sudah memastikan mereka ada di dalam kan?"

Sisil mengangguk. "Baru aja gue ngasih makan buat mereka, keadaannya...buruk."

"Maksudnya?" tanya Beby.

Sisil mengangkat bahunya. "Mario, dia selalu teriak kalo kita masuk ke dalam. Dia bilang 'Papa gue bakal balas perbuatan kalian! Liat aja! Bajingan' hmm, gitu."

Beby mengangguk lalu mengangkat kembali tangga lipatnya. "Seenggaknya, mereka aman kan di tangan kalian?" ucap Beby lalu kembali pergi ke atas menuju kamar Shania.

"Bisa bantu? Dorong kasur." tanya Beby sambil tersenyum manis kepada Saktia, Sisil dan Della.

Mereka yang mendapat senyuman dari Beby langsung mengangguk serempak. Mereka mengunci pintu tempat dimana mengurung tawanan mereka lalu segera menuju kamar Shania.

"Lo mau ngapain dorong-dorong kasurnya Nona?" tanya Della bingung.

Beby mengangkat bahunya. "Rahasia. Mm, makasih ya! Kalian nggak ada yang pergi ke Gereja?" tanya Beby hati-hati.

Della menunduk dalam. "Emang Tuan ngizinin ya?"

"Tenang saja, Tuan tidak terlalu menekan kok. Kalau Anda memang mau ke Gereja tidak apa-apa. Lagi pula, ada Saktia dan Sisil kan?" ucap Beby sambil tersenyum.

Sisil mengangguk sambil menepuk punggung Della. "Iya, lo ke Gereja aja. Kita kan ada jagain tawanan."

"Serius? Yaudah, yuk!" Della langsung menarik tangan Saktia dan Sisil untuk keluar dari kamar Shania. Sedangkan Beby langsung meletakkan tangga lipatnya di tempat dimana kasur Shania di letakkan sebelumnya.

Beby mengambil pensilnya lalu mulai melukis sesuatu di langit-langit Shania sambil tersenyum lebar.

*****

"Bokap lo serius gak bakal ngeluarin kita dari sini Mar?" tanya Adam sudah geram dengan keadaan tangan di ikat ke belakang dan akan di lepas jika sedang makan saja.

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now