19

3.3K 285 32
                                    

"Pa, Shania kesian sama Beby setiap hari dia kena pukul terus. Boleh kan Shania jalan-jalan? Oh iya, bolehkan Shania nginep di Villa Papa yang ada di pinggir pantai itu?" tanya Shania menatap Devan penuh harap.

Shania menunjukan wajah termelasnya untuk meluluhkan hati Papanya.Devan tersenyum lalu mengangguk. "Inget, jangan nakal. Turutin apa kata dia. Gak usah macem-macem." ucap Devan.

Shania mengangguk patuh. "Makasih Pa!"

*****

"Bebyy!! Bangun!!!" Shania menggoyangkan bahu Beby.

Namun tidak ada artinya. Beby masih saja bergulung di bawah selimut.Shania yang melihat itu geram sendiri. "Bangun gak! Gue tibanin nih ya!" ancam Shania, Beby tetap tidak bergerak.

Namun di balik selimut ia tersenyum kecil. Shania tidak macam-macam denganucapannya. Shania berdiri di atas kasur Beby hendak melempar tubuhnya, namun Beby langsung duduk bersila dan akibatnya Shania jatuh menindih Beby.

"Ad-" Shania menghentikan ucapannya saat menatap dua bola mata hitam pekat milik Beby. Mendadak Shania sulit bernapas. Bukan, tentu Beby yang sulit bernapas.

"Nona...mau sampai kapan?" tanya Beby sambil tersenyum.

Shania tersentak kaget lalu buru-buru menyingkir dari atas tubuh Beby. "Astaga...lo sih! Bukan salah gue ya!" ucap Shania sambil berkacak pinggang.

Beby menguap malas lalu melipat selimutnya. "Hmm, ada apa Nona kesini? Tumben? Bukannya masih libur ya?"

"Bawel lu bawel. Hari ini gue mau ngajak lo jalan-jalan. By the way, hidung lo udah nggak apa-apa kan?" tanya Shania sambil menunjuk hidung Beby.

Beby menunjuk hidungnya lalu mengangguk. "Sudah baikan. Apalagi kalau di cium Nona, semakin cepat sembuh sepertinya." jawab Beby sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Yee, dasar lu. Jijik. Udah sana mandi buruan. Gue mau jalan-jalan! Gue mau nginep di Villa Papa yang ada dipinggir pantai itu. Gak pake lama ya!" ucap Shania sambil melotot.

Beby mengangguk malas. "Buruan sana masuk kamar mandi!" Shania mendorong tubuh Beby untuk masuk ke kamar mandi.

Sesampainya di depan kamar mandi Beby langsung berbalik menatap Shania. "Masih diam saja Nona? Nona mau mandiin saya?"

Shania langsung melotot. Dengan entengnya Shania menyentil jidat Beby. "Dasar lo. Kurang ajar sama majikan. Mandi sana, atau lo mau di mandiin sama Vino?" ucap Shania sambil tersenyum jahil. "Oh, mau...." sambung Shania.

"Eh, nggak! Gak mau! Enak aja. Iya saya mandi." Beby langsung buru-buru masuk ke kamar mandi.

Shania kembali ke kamarnya dengan senyum merekah. Ia memasukan beberapa pasang baju santainya ke dalam tas ransel. Ia mengganti bajunya dengan kemeja kotak-kotak serta celana hotpants. Tidak lupa membawa snapback. Ia menatap dirinya ke cermin lalu manyun.

"Emang muka gue keliatan tua ya?" Shania mengusap wajahnya lalu menggeleng. "Gak ah, mata Nabilah aja yang rabun. Dia kan minus."

Shania mengambil ponselnya dari atas nakas lalu keluar kamar bersamaan dengan Beby juga yang baru saja keluar dari kamar. Shania langsung menghentikan langkahnya lalu menatap Beby dari atas sampai bawah. Mereka memakai baju yang sama. Kemeja kotak-kotak. Warna yang sama. Hitam merah.

"Wah...bajunya samaan Nona." gumam Beby lalu mengambil alih tas ransel milik Shania. "Nona ngintip ya?" ucap Beby yang langsung dapat toyoran dari Shania.

"Nyebelin ya lu lama-lama. Udah sana turun! Gue mau ganti baju." Shania hendak masuk ke kamarnya, namun Beby langsung menarik tangan Shania untuk turun ke bawah.

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now