24

3K 296 40
                                    

Keadaan benar-benar berubah 180 derajat. Ya, Beby kembali ke sifat aslinya. Dingin, cuek dan kembali menggunakan bahasa formal. Merasa sedikit canggung kalau berada di dekatnya, tetapi ia bisa apa? Semuanya sudah usai. Dan Beby tidak mau mengungkit-ngungkit kejadian yang terjadi beberapa minggu yang lalu.

Shania juga berubah seperti dulu, sebelum dekat dengan Beby. Shania sama sekali tidak pernah senyum, menyapa dan yang lainnya pada Beby. Setiap berangkat ke sekolah juga Shania duduk di kursi belakang.

Sebenarnya Beby tidak tahan dengan keadaan hening seperti ini, tetapi ia tidak mau mengungkit-ngungkit luka lama lagi. Beby terlalu sakit. Sakit mencintai seseorang yang sama sekali tidak pernah membalasnya.

Sesampainya di parkiran, bisa terlihat jelas Ayana berdiri di samping mobilnya. Beby menoleh ke belakang. "Saya duluan, Nona mau langsung ke kelas atau gimana?"

Shania tidak menjawabnya melainkan langsung turun dari mobil dan berjala menuju ke kelas tanpa menoleh ke belakang. Beby menghela nafasnya lalu menggendong tas ranselnya.

"Hai, pagi." sapa Ayana sambil tersenyum.

Beby tersenyum tipis. "Pagi."

"Beb, kamu hari ini ada acara nggak?" tanya Ayana berjalan di samping Beby.

"Mm, nggak. Kenapa emangnya?"

"Hari ini aku mau dateng ke ulang tahun temen aku. Kamu mau kan temenin aku? Ya Beb?" ucap Ayana dengan mata berbinar.

Mata itu....

Beby tersenyum tipis. Seandainya Shania seperti ini. Mungkin... "Ah, nggak. Move on!" batin Beby.

Beby mengangguk. "Oke, nanti ketemuan dimana?"

"Aku ke rumah kamu? Atau kamu yang ke rumah aku?"

"Aku ke rumah kamu." ucap Beby saat sudah berada di depan pintu kelasnya. "Aku masuk ya?"

"Oke! Sampai ketemu nanti!" ucap Ayana lalu melambai pada Beby.

Nabilah melirik Shania yang sedari tadi wajahnya terus di tekuk. "Lo kenapa sih Shan? Tekuk aja muka lo ampe patah."

Shania mendengus. "Ck, Bil diem ya. Gue itu lagi gelisah. Nggak tau kenapa. Gelisah aja gitu." Shania menghela nafasnya lalu menopang dagunya. "Lemes saja gitu, kaya ada mau yang ninggalin gue."

"Shan...jangan-jangan...." ucapan Nabilah terpotong kaena guru sudah masuk ke kelas. Mau tidak mau Nabilah menghentikan ucapannya melainkan hanya mengelus bahu Shania.

Beby terus-terusan melirik Shania yang terus menghembuskan nafasnya. Sesekali Shania menopang dagunya. Meletakan kepalanya di lipatan tangannya. Atau memarahi Jeje kalau ia mengganggunya.

"Shania bad mood kenapa ya?" gumam Beby pelan.

Jam istirahat tiba. Jeje, Nabilah dan Gaby terlihat mengajak Shania untuk ke kantin. Namun Shania menolaknya. Ingin duduk di sampingnya, tetapi Beby terlalu takut.

"Eh, kamu Anin kan?" tanya Beby pada salah satu teman sekelasnya yang tidak terlalu ia kenal.

Gadis yang bernama Anin itu mengangguk. "Nih, tolong kasih ke Shania ya? Nah, yang satunya buat kamu." ucap Beby sambil memberikan 2 botol mineral serta 2 bungkus roti.

Anin mengangguk. "Tapi...jangan kasih tau dari aku. Oke? Makasih ya."

"Shan, buat kamu." ucap Anin sambil meletakan satu botol air mineral dan satu bungkus roti ke atas meja Shania.

Shania mengangkat kepalanya. "Buat gue? Oh, makasih ya Nin." ucap Shania lesu.

Shania melirik dua benda itu lalu menepikannya. Shania lagi tidak bersemangat melakukan apa-apa. Makan saja ia malas. Bukan, ini bukan karena hubungan dia dan Beby berakhir. Entah kenapa Shania merasa gelisah. Ia selalu khawatir dengan keadaan rumah. Ingin cepat-cepat pulang dan melihat keadaan rumahnya.

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now