25

3.5K 326 129
                                    

Beby memandangi rumah yang ada di hadapannya sambil tersenyum lebar. Rumah dimana ia bertahan hidup selama 16 tahun belakangan ini. Rumah dimana ia bisa melihat hangatnya keluarga kecil yang sama sekali belum pernah Beby rasakan. Rumah dimana ia menemukan cintanya. Yaitu, Shania.

Beby menghela nafasnya lalu duduk di atas kap mobil masih memandangi rumah besar di hadapannya. "Kenapa ya, seakan aku bakal pergi dan nggak kembali lagi kesini? Padahal kan aku cuma mau anter Ayana ke acara ulang tahun temennya." gumam Beby pelan.

Beby mendesah. Ia merasakan tubuhnya tidak enak. Seluruh tubuhnya terasa sangat dingin dan kedua telapak tangannya tidak biasanya terasa sangat dingin dan mengeluarkan keringat.

"Shania...aku bakal selalu cinta sama kamu. Sampai kapanpun. Dimanapun aku berada, dimanapun roh ini berada, aku selalu cinta sama kamu. Shania, kamu nafas aku."

Beby membuka ponselnya lalu mengetikan sesuatu di dalam notes ponselnya. Entah mengapa ia sangat ingin mengetik kata-kata itu. Ia tersenyum lalu memasukan ponsel ke dalam saku celananya. Ia menepuk pahanya lalu bangun dari atas kap mobilnya.

"Tuhan, jaga Shania selalu. Lindungi dia dan keluarganya."

Beby duduk di balik kemudi lalu mulai menyalakan mesin mobilnya. Beby memang tadi sudah berangkat, namun ia memutar balikan mobilnya lagi karena ia benar-benar ingin memandangi rumah milik majikannya. Jadi, Beby memutuskan untuk berhenti di seberang rumah Shania lalu memandanginya.

Beby memasukan persneling lalu melajukan mobilnya dalam kecepatan sedang.

Deg!

Perasaan itu lagi. Jantung Beby terasa berdetak sangat kencang dan kakinya bergetar sangat hebat. Ia mengusap keningnya yang tiba-tiba mengeluarkan keringat. "Ini kenapa sih? Nggak biasanya. Padahal AC udah nyala." gerutu Beby.

Sambil menyetir, Beby memirikan semua kejadian yang pernah ia alami. Menjaga Shania, sampai jatuh cinta pada Shania. Beby senyum-senyum sendiri saat mengingat dirinya dan Shania sedang berlibur di salah satu Villa milik majikannya yang terletak di pesisir pantai.

Memikirkan Shania saja sudah bisa membuat jantung Beby berdetak sangat kencang. Apalagi berada di sampingnya? Namun Beby langsung menghela nafasnya mengingat hubungannya dengan Shania sudah kandas.

Beby kembali tersenyum saat Shania mengkhawatirkannya tadi. Saat Shania merengkuh tubuh Beby erat seolah Beby pergi dan tidak akan pernah kembali. Beby masih ingat wajah Shania saat ia memohon untuk tidak pergi. Tapi, Beby sudah berjanji pada Ayana kalau ia akan mengantarnya ke acara ulang tahun temannya.

Sebenarnya ia ingin tetap tinggal di rumah dan ingin memperbaiki hubungannya dengan Shania, tapi entah mengapa Beby sangat ingin keluar dari rumah untuk mengantar Ayana.

Beby mengerutkan keningnya saat merasakan getaran di saku celananya. Ia merogoh saku celananya dengan sebelah tangannya.

Tanpa melihat caller ID, Beby langsung menempelkan ponsel di telinganya. "Hallo? Siapa?"

"Ayana. Kamu dimana?"

"Ini lagi di jalan. Tunggu ya."

"Lama banget? Ini udah jam 8 Beb. Kamu dateng apa nggak?"

Beby menghela nafasnya. "Iya Ayana, aku udah di jalan dan ini...Ay? Tunggu...kok aku kaya ngeliat....astaga!"

Ayana mengerutkan keningnya. "Beb? Beby? Kamu kenapa?"

Ayana melihat ponselnya. Masih tesambung. Ayana kembali menempelkan ponselnya ke telinganya. Terdengar bunyi grasak-grusuk di ujung sana. Seketika badan Ayana menjadi lemas. "Beb? Kamu baik-baik aja kan?"

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now