18

3.2K 289 25
                                    

Beby memincingkan matanya saat melihat seseorang berdiri di luar pagar sana sambil mengamati rumah Devan. Beby mendekat. Wanita berpostur pendek langsung berlari saat Beby mendekat ke arahnya. Beby mengejarnya dari belakang. Ia mempercepat laju larinya namun tiba-tiba langkahnya terhenti karena seorang wanita menghalangi jalan Beby. Wanita itu tersenyum sinis.

"Ini? Pengawal pribadi anaknya?" tanya wanita itu dengan suara serak.

Wanita yang di kejar Beby tadi menoleh kebelakang dan betapa terkejutnya Beby saat melihat Elaine di depan sana sedang tersenyum sinis padanya. "Iya, ma."

"Mama? Ini orang tuanya Elaine?" batin Beby.

Wanita berpostur kecil itu mendekat ke arah Beby lalu mencengkram erat tangan Beby. Dan pada saat itu Farish keluar dari mobilnya di iringi dengan beberapa anak buahnya. Farish tersenyum sinis. "Ini Melody?" batin Beby.

"Sendirian?" tanya Farish sambil tersenyum. Tidak, ini seringaian bukan senyum. Beby menahan nafasnya saat Farish berdiri di sampingnya. "Serang rumahnya sekarang. Bebasin anak-anak saya." ucap Farish dingin. Anak buah Farish yang berbadan besar dan tegap langsung menuju ke arah rumah Devan.

"Tidak, Shania." gumam Beby pelan.

Beby memelintir tangan Farish lalu menendang perutnya. Farish jatuh tersungkur ke tanah. Farish menggeram lalu mencengkram tangan Beby, satu pukulan mendarat di wajah Beby saking kerasnya, sampai keluar darah. Beby mengusap hidungnya mendekat ke arah Farish lalu melayangkan pukulan ke arah wajahnya. Tidak berhasil karena memang postur tubuh Beby lebih kecil dari Farish. Farish mencekik leher Beby.

"Mau kemana? Kamu udah gak bisa kemana-mana." bisik Farish. Beby meronta-ronta karena sulit bernapas.

Brak!

"Cari mereka. Berpencar." perintah Naomi.

Pasukan Farish menelusuri rumah Devan. Sedangkan, Naomi selaku pemimpin memeriksa ke atas. Naomi sudah siap dengan senjatanya. Naomi membuka satu kamar lalu masuk ke dalamnya. "Oh, ada di sini dia." gumam Naomi saat melihat Shania tengah tertidur sambil memeluk syal berwarna merah di balik selimut.

"Guys, kalian denger langkah kaki gak?" tanya Sisil sambil memasang telinganya tajam.

Saktia dan Della mengangguk. "Telfon Vino! Perasaan gue nggak enak. Sekarang!" perintah Sisil. Ia sudah bersiap dengan senapan yang menghadap ke arah tangga. "Siap-siap guys, gue rasa kita sedang di serang." ucap Sisil pelan.

Seusai Della menghubungi Vino, ia mengarahkan senjatanya ke arah tangga dan bertepatan muncul beberapa orang dengan pemimpin 3 wanita di depan. 3 wanita itu tersenyum sinis sambil mengarahkan pistol ke arah Devil's Attack. Sisil melirik Saktia memberi kode untuk menyerang. "Sekarang!" teriak Sisil. Saktia dan Della maju lalu mulai melayangkan pukulan-pukulan ke arah tiga wanita itu tanpa ampun.

"Hamids! Ke rumah Tuan. Sekarang! Rumah sedang di serang. Hubungi yang lain!" ucap Vino panik. Vino memutuskan panggilan lalu berlari ke arah Beby yang sedang di cekik oleh Farish. "Brengsek!" Vino memukul Farish dari belakang.

Beby jatuh tersungkur ke tanah lalu dengan cepat ia menghirup oksigen banyak-banyak. Setelah cukup, Beby berdiri lalu melirik Vino. "Panggil Jeje! Nabilah sama Gaby jangan sampai tau kalau Jeje selama ini pelatih kita." ucap Vino masih dengan ancang-ancang untuk menyerang Farish.

"Shania, Shania ada di dalam. Saya, saya harus ke sana. Anda bisa mengatasinya sendiri kan?" tanya Beby cemas. Vino mengangguk. "Pergi. Sekarang!"

Setelah mendapat perintah dari Vino, Beby langsung berlari ke arah rumah Devan tergesa-gesa. Ia masuk ke dalam rumah lalu menuju kamar Shania. Beby berjalan secara perlahan ke kamar Shania karena ia curiga, di dalam ada orang. Pintu kamarnya terbuka. Beby masuk ke dalam Shania. Beby melotot saat melihat Naomi sedang mengarahkan pistolnya ke arah kening Shania. Beby menggeram lalu mendorong tubuh Naomi sehingga ia menabrak meja.

Your Protector [Completed]Where stories live. Discover now