06:00 Zayn Malik

1.5K 140 5
                                    

Woodstocks, New York, United States
11 September 2001
06:00 AM

**

"Selamat pagi, Sayang."

Bisikkan lembut nan ringan itu menggelitik di telinganya, mengiringkan kehangatan yang menjalar ke seluruh tubuh perlahan namun pasti. Kedua kelopak mata lelaki keturunan timur tengah itu perlahan terbuka. Samar-samar dia melihat sosok perempuan di hadapannya dalam jarak yang dekat. Penglihatannya mulai jelas dan ia mulai menyadari senyuman lebar yang selalu dipujinya itu menyapanya.

Pagi yang indah.

Kini seluruh harinya terasa begitu menyenangkan saat yang pertama kali dilihatnya adalah tunangannya, Chelsea. Perempuan riang yang selalu membuat Zayn tenang dan bahagia jika dia ada di dekatnya. Dari sekian banyak perempuan yang keluar masuk dalam kehidupan Zayn, hanya Chelsea yang mampu bertahan. Selama ini perempuan yang pernah ada dalam hidupnya hanya tertarik pada parasnya saja dan tidak pernah kuat ketika berhadap langsung dengan sifat asli Zayn yang dingin dan keras kepala. Hanya Chelsea yang berhasil merubah sifat buruknya itu dengan cepat.

Zayn bersyukur dia tidak menolak ajakkan kawannya untuk mendatangi sebuah pameran seni di balai kota, karena di sanalah dia pertama kali bertemu dengan Chesea yang tengah menghabiskan waktu liburannya dengan menjadi seorang pemandu di pameran tersebut. Entah bagaimana caranya, Zayn terpikat pada Chelsea. Bagaimana perempuan itu menjelaskan dengan penuh gairah dan diikuti dengan wawasan yang dimiliki sehingga membuat Zayn terkagum-kagum. Zayn sudah yakin pada saat itu jika Chelsea bukan perempuan yang biasa.

Zayn menghubunginya lewat nomor telepon Chelsea yang tertera di kartu nama. Dan semua berjalan begitu saja hingga kini Zayn berhasil menyematkan cincin pertunangan di jemari perempuan itu.

Namun Chelsea juga bukanlah manusia yang sempurna, dia memiliki kekurangan; pemarah. Emosinya akan cepat menguap jika sesuatu tidak berjalan sesuai harapannya. Dan di situlah peran Zayn amat dibutuhkan. Mereka saling melengkapi satu sama lain.

"Cepat bangun!" Chelsea menarik selimut yang menutupi tubuh Zayn, "ini hari besar kita!"

Chelsea turun dari ranjang dan menyibak gorden putih yang menghalangi cahaya matahari masuk ke dalam kamar mereka. Zayn mengerang pelan dan kembali menarik selimutnya hingga kepala.

"Masih terlalu pagi, Chels," suara serah Zayn teredam di balik selimut tebalknya.

Menghala napas, Chelsea kembali menarik selimut tersebut dan mendekatkan wajahnya ke Zayn. Bibirnya mengecup cepat pipi tunangannya itu. Dia kira Zayn akan membuka matanya tetapi pria berwajah ketimuran itu tetap menutup matanya, "Morning kiss-nya sudah kuberikan. Bukankah seharusnya kau bangun, Malik?"

Zayn memutar tubuhnya menghadap Chelsea yang hanya berjarak beberapa centi darinya. Ia mengurucutkan bibirnya dengan kedua mata yang masih tertutup rapat, "Seharusnya di sini. Baru aku akan bangun."

Rambut milik Chelsea bergoyang kecil ketika ia mentertawai tingkah Zayn. Dia menepuk bibir Zayn dan berkata, "Kamu banyak mau. Ayo cepat bersiap!"

Zayn akhirnya bangkit setelah Chelsea bergerak cepat menuju lemari, membukanya, dan memilah pakaian untuk dia kenakan.

"Yang biru atau yang putih?" tanya Chelsea sembari mengangkat dua kemeja berbeda.

"Biru lebih bagus."

Senyum lebar Chelsea tampak setelah mendengar jawaban Zayn. Dan hal itu membuat Zayn ikut tersenyum tanpa sadar. Apalagi melihat cincin perak dengan permata kecil melingkar di jari manis Chelsea.

Mereka sudah siap memasuki jenjang yang lebih serius. Dalam hitungan bulan, Chelsea akan mengubah nama belakangnya menjadi Malik. Bukankah itu sangat membahagiakan?

"Semangat sekali sih," komentar Zayn setelah Chelsea keluar dari kamar mandi dengan kemeja biru pilihannya.

"Tentu saja. Hari ini aku akan bertemu dengan keluarga Malik." Chealsea melipat selimut yang dikenakan Zayn.

"Kamu kan sudah sering bertemu dengan mereka."

Chealsea mengangkat jemarinya ke atas, menyombongkan cincin perak itu. Kedua alisnya sengaja dimainkan untuk menggoda pria yang menyematkan cincin itu ke jemarinya. "Kali ini lebih spesial karena kita akan mengumumkan sesuatu yang sangat penting."

Zayn bangkit dari kasur dan meregangkan ototnya. Ia berusaha tampak sama semangatnya dengan Chelsea meskipun dalam dirinya dia menggebu-gebu ingin cepat memberikan pengumuman membahagiakan tersebut. "Kamu benar. Kita harus semangat hari ini!"

Terkekeh pelan, Chelsea menidurkan tubuhnya di atas kasur. Sementara kali ini Zayn membuka lemarinya untuk mengambil pakaian.

"Tapi sebelumnya antar aku dulu ke kantor, ada berkas yang harus kuberikan pada bos," ucap Chelsea, memejamkan matanya yang lelah karena semalaman menyelesaikan berkas yang harus diberikannya pagi ini. Atasannya sudah mengancam memecatnya jika ia tak segera menyerahkan berkasnya. Ia tak ingin kehilangan pekerjaan yang baru ditekuninya selama 6 bulan.

"Itu alasannya kau sudah berpakaian rapih jam segini?"

Chealsea mengangguk cepat dan memainkan cincin di jarinya, "Makanya aku suruh kau cepat bangun agar aku bisa mengumpulkannya sepagi mungkin. Nanti kalau di jalan macet bagaimana? Pertemuan dengan keluargamu batal dong."

Tanpa ekspresi Zayn berjalan melewatinya, menuju kamar mandi. Chelsea teringat jika Zayn paling malas diminta untuk mengantar. Apalagi ke daerah kantornya yang super ramai dan pastinya macet. Ia pun menarik permintaannya.

"Eh, aku bisa naik bus sendiri kok."

Tiba-tiba Zayn keluar dari kamar mandi dan mengecup cepat bibir Chelsea, "Tenang saja, aku akan mengantarmu, Chels. Tunggu sebentar, aku mandi dulu."

Dengan senyum lebar yang terpaut di bibirnya, Chelsea bangkit. "Aku akan menunggumu di bawah."

Chelsea merapihkan kemejanya sebelum berlari kecil keluar dari kamar. Zayn yang menyaksikan tingkah kekanak-kanakkan tunangannya itu terkekeh pelan.

Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan.

.
A/N

Chelsea Rowland

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Chelsea Rowland

September Eleven | 1d ✔️Where stories live. Discover now