September Eleven | 1d ✔️

12:40 Zayn Malik

"Permisi."

Zayn menyelinap di antara kerumunan orang setelah perawan bertubuh tambun menempelkan daftar korban yang tengah ditangani rumah sakit. Dia hanya mampu berdiri baris kedua. Matanya dengan cepat menyisir tiap nama yang tertera di kertas tersebut.

Keringat bercucuran di keningnya. Ia tak punya waktu untuk sekedar mengelapnya. Yang hanya ada dipikirannya hanya Chelsea. Bahkan ia tak ingat lagi dengan mobilnya yang bisa dia gunakan, dia mengerahkan sepenuh tenaganya untuk berlari dari blok ke blok untuk menemukan Chelsea.

Tulisan perawat tersebut agak sulit dibaca namun Zayn bisa mengatasinya. Harapan mulai pupus saat dia membaca beberapa nama terakhir.

Chelsea R. Kamar 346

Zayn membaca nama itu berulang-ulang, menahan rasa lega. Apakah itu dia?

Ia langsung mundur dari kerumunan dan menahan salah satu perawat yang tengah melintas dan menanyakan keberadaan kamar 'Chelsea'.

Tidak sedikitpun ia merasa pegal meski kakinya sudah ia bawa lari bermil-mil jauhnya. Malah langkahnya lebih enteng dari sebelumnya, menyadari jika ia akan kembali dipertemukan dengan tunangannya.

Zayn langsung mendorong pintu kamar itu dan menemukan enam ranjang yang saling berhadapan. Semua ranjangnya terisi penuh. Zayn memastikan satu persatu pasien di sana. Pakaian formal mereka rata-rata masih berdebu, yang membuat Zayn mengambil kesimpulan jika mereka juga korban dari kejadian naas hari ini.

Tubuhnya membeku melihat ranjang paling ujung. Seorang wanita bersurai cokelat meringkuk membelakanginya. Kemeja putihnya juga berdebu. Sesekali wanita itu terbatuk. Perlahan  Zayn mendekati wanita itu.

"Chelsea?" panggilnya pelan.

Wanita itu berhenti terbatuk, terdiam sesaat, dan pada akhirnya membalikan tubuhnya. Kedua alis wanita itu langsung bertemu saat melihat Zayn berdiri di samping ranjangnya. "Ya?"

Zayn menggeleng lemah. Sadar jika ia telah terjatuh dari harapan tingginya. Dia bukan tunangannya, Chelsea Rowland.

Di mana kau sebenarnya, Sayang?