3

2K 214 34
                                    

Ujian saya selesai!
Mohon doa restu biar saya lulus ... jadi gak ikut ujian macam ini lagi dan bisa fokus nulis *membungkuk dalam-dalam*
Jujur saja tadinya saya akan membuat bagian ini lebih panjang, tapi saya rasa saya harus menyimpan cerita untuk bagian berikutnya.

Thanks buat siapa aja yang udah nyempatin waktu buat baca, vote dan komen di cerita ini. Jangan sungkan buat nunjukin dimana letak kesalahan saya, karena cerita ini hanya saya tulis kurang lebih dalam satu hari, jadi jika ada salah ketik, salah eja, salah eyd ato salah apapun tolong jangan sungkan untuk nunjukkin letak kesalahan saya ke saya! Thanks

Well, Enjoy.

***

Darien menyeka keringat di dahinya sambil memandang "Luau," kedai merangkap penginapan milik Nyonya Kalea, wanita setengah baya yang tepat hari ini, telah satu minggu penuh menjadi orang yang memastikan perut Darien penuh. Tubuhnya berbalur lumpur hampir dari puncak kepala sampai ke ujung kaki, dan aroma yang dikeluarkannya jelas tak jauh dari bau kotoran ternak, tapi Darien kelaparan. Dia tahu Kalea tak akan membiarkannya pulang dengan perut kosong, sekalipun ia kini lebih mirip patung lumpur berjalan, ketimbang seorang tabib.

Jika harus berkata jujur, Darien sendiri pun tak merasa kalau dirinya, selama satu minggu terakhir ini, adalah seorang tabib. Penduduk desa Morbos sama sekali tak ada satu pun yang mencarinya untuk berobat, dan sekalipun Darien telah menawarkan jasanya untuk menolong setiap orang yang ditemuinya, sedikit orang yang mau ditolongnya itu pun hanya meminta bantuan dalam kegiatan bercocok tanam atau berternak. Bisa dikatakan, satu-satunya kegiatan yang mungkin dapat dihubungkan dengan dunia pertabiban yang dilakukannya di desa ini hanyalah saat salah satu penduduk desa memintanya membantu persalinan bayi ternak pagi ini. Hal yang juga menjadi alasan mengapa sekujur tubuhnya kini berbalur lumpur.

"Kau pasti bercanda!" desis Kalea begitu melihat Darien memasuki kedainya. Wanita setengah baya itu langsung dengan sigap meraih lap basah dari dekat ember air cucian piringnya dan melemparkan kain itu ke wajah Darien.

"Lepaskan sepatumu dan bersihkan tangan dan wajahmu!" seru wanita itu seraya mendorong Darien keluar beberapa langkah dari kedainya. Nyonya Kalea memiliki sebuah basin berisikan air untuk memberi minum kuda di luar kedainya, dan ke sanalah wanita setengah baya itu mendorong Darien.

"Kau pasti gila jika kau berharap aku akan menyediakan makanan untukmu dengan penampilan seperti ini! Lagipula pekerjaan apa lagi yang kau lakukan kali ini sampai seluruh tubuhmu ditutupi kotoran seperti ini?" tanya wanita itu seraya mengisi gayung air di dekatnya dan menyiramkan isinya ke badan Darien.

Seperti biasa Darien hanya membalas omelan dan perlakuan sedikit kasar dari Nyonya Kalea dengan senyuman. Berada di desa ini selama satu minggu mungkin tak cukup untuk membuatnya belajar banyak mengenai desa Morbos, tapi menghabiskan setiap waktu makan siang di Luau membuat Darien tahu kalau dibalik sifat kasar dan nada tinggi Nyonya Kalea, tersimpan wanita penuh perhatian dan kasih sayang. Bagi Darien, perlakuan yang didapatnya dari Nyonya Kalea ini mungkin adalah pengalaman pertama yang baginya paling dekat dengan perlakuan dari seorang ibu terhadap anaknya.

"Aku membantu Akamai. Salah satu lembunya mengalami persalinan yang sulit!" ujar Darien seraya menggunakan kain lap yang tadi dilemparkan Nyonya Kalea ke wajahnya untuk menyeka sisa-sisa air dan kotoran dari wajah dan tangannya. Sebagian besar tubuhnya masih tertutup lumpur, tapi ia tak lagi menyerupai patung lumpur berjalan sekarang. Wanita setengah baya di hadapannya itu hanya menghela napas panjang sebelum menggeleng-gelengkan kepalanya dan berjalan masuk ke kedainya sambil menggerutu. Darien baru akan mengikuti langkah wanita itu saat, tak sampai semenit kemudian, Kalea keluar dengan senampan penuh makanan dan segelas besar minuman hangat.

"Tak ada tempat untuk penyihir kuyup sepertimu di kedaiku hari ini! Aku tak mau seluruh lantaiku basah dan penuh lumpur karena ulahmu!" seru wanita itu seraya menyodorkan nampan makanannya ke dada Darien, yang langsung disambut pria itu dengan cengiran lebar.

The Healer [Canceled Series]Where stories live. Discover now