6

1.3K 170 22
                                    

Happy Holidays, folk. Tak terasa seminggu lagi tahun 2016 akan berakhir, dan karena itu rasanya aku harus menutup tahun ini dengan paling tidak satu chapter lagi, sebelum kalender kita berganti tahun.

Beberapa minggu terakhir ini mau tak mau saya dibuat terharu karena meningkatnya jumlah pembaca The Healer. Thank You guys! Thank You so much!

Chapter ini memang pendek, tapi saya harap tetap akan menghibur kalian di akhir tahun ini. 

Well, enjoy.

---

Matahari bahkan belum menunjukkan wujudnya saat Ho'okano menggiring dua kudanya ke pinggir Samsara. Dua orang pemuda yang berjaga di pinggir hutan menyadari kedatangannya. Dengan sigap keduanya menyilangkan tongkat penjaga mereka sebagai penghalang jalan. Ho'okano mau tak mau menghela napas panjang.

"Masa pengasingannya sudah berakhir, bodoh!" geramnya sebal yang sama sekali tak dihiraukan oleh kedua penghalang jalannya. Kedua pemuda itu tetap berdiri di tempatnya, masih dengan saling menyilangkan tongkat mereka sebagai penghalang. Ho'okano memutar bola matanya dengan jengah sebelum dengan luwes naik ke atas salah satu kudanya. Ia memegang tali kekangnya dengan satu tangan sementara tali kekang kuda keduanya ia pegang dengan tangan yang lain.

"Minggir!" desisnya seraya menendang rusuk tunggangannya dengan kedua tumit. Sekejap saja kuda itu meringkik dan mengangkat kedua kaki depannya ke udara, memaksa kedua pemuda tadi melompat ke arah berlawanan untuk menghindari tendangannya. Mereka cukup pintar untuk tahu kalau binatang itu mampu meremukkan tengkorak mereka. Dengan seringai dingin di wajah, Ho'okano memacu kuda-kudanya masuk ke dalam hutan.

Pemuda-pemuda penjaga itu seharusnya tahu makna kedatangannya dan tahu lebih baik untuk tidak menghentikannya. Mereka seharusnya sudah pulang ke rumah dan beristirahat. Masa hukuman sudah berakhir. Keberadaan mereka di sana hanya untuk mengawasi kalau-kalau Darien keluar dari hutan lebih cepat dari seharusnya. Sesuatu yang tentu saja tidak terjadi.

Tiga hari sudah berlalu sejak ia meninggalkan Darien sendirian dalam hutan itu. Ia mungkin baru mengenal pria itu lebih sedikit dari satu minggu, tapi sesuatu dari pria itu jelas menarik rasa ingin tahunya dan membuatnya peduli. Sesingkat apapun persahabatan yang mereka bangun, meninggalkan Darien sendirian di dalam hutan Samsara jelas meninggalkan rasa pahit di mulutnya, terutama karena ialah salah satu alasan yang membawa pria itu masuk ke Samsara.

Darien tak akan masuk ke hutan itu kalau saja ia berhasil menghentikan Keahi dalam misi bunuh dirinya. Tiga hari terakhir ini, ia harus memaksa dirinya memalingkan muka dari kenyataan bahwa ia telah menelantarkan orang tak bersalah ke Samsara. Hutan yang menjadi tempat pengasingan terberat di pulaunya.

Besar di desa Morbos, Ho'okano tahu bahwa, sepanjang sejarahnya, hanya ada kurang dari sepuluh orang yang pernah keluar dari Samsara setelah menjalani pengasingan. Rata-rata dari mereka selalu memberi cerita yang sama, hutan Samsara hidup, dan mereka tidak hilang karena tak satu pun dari mereka cukup nekat untuk berjalan jauh dari air terjun.

Penduduk Vitum percaya kalau air terjun itu adalah bentuk tangan penguasa hutan karena lokasinya yang tak pernah berubah. Hutan Samsara berubah setiap harinya, namun lokasi sungai dari air terjun tak pernah berubah. Seluruh penduduk pulau tahu kenyataan ini, tapi bagai tersihir, hampir seluruh penduduk pulau yang diasingkan selalu berjalan jauh dari air terjun dan menghilang. Ho'okano hanya bisa berharap kalau Darien tidak akan melakukan hal yang sama. Ia benar-benar berharap tabib aneh itu menuruti nasihat Kalea dan tetap berada dekat dengan air terjun.

Ia tiba di air terjun saat matahari telah berada cukup tinggi di atas kepala. Matanya dengan cepat menyusuri setiap sudut air terjun itu dengan cermat, hanya untuk merasa kecewa. Darien tidak ada di sana, dan kenyataan itu sayangnya sama sekali tak mengejutkannya.

The Healer [Canceled Series]Where stories live. Discover now