14

967 116 24
                                    

Rencananya hanya terlambat sedikit, tapi akhirnya terlambat lumayan lama.

Maafkan saya yang akhir-akhir ini sedikit sulit mememenuhi deadline tanggal 26 ya, guys!

Daripada saya mengumbar janji (yang belum tentu, dan rasanya gak bisa ditepati, karena kendala pekerjaan dunia nyata, sehingga proses menulis tidak bisa dilakukan dengan cepat), maka langsung saja kita masuk ke cerita utama kita!

===

Darien, Ho'okano dan Othniel sampai di pato tepat sebelum matahari terbenam. Farrokh dan Keahi menyambut kedatangan mereka, tapi Darien tak perlu bebicara dengan mereka untuk mengetahui kalau Pato jelas sedang dalam bahaya.

Tiga kapal besar bergerak cepat mendekati pulau mereka. Haluan kapal mereka dihiasi ukiran berbentuk naga, hewan kramat bangsa Olanti. Darien pernah menghadapi pasukan Olanti sebelumnya, dan ia tahu satu kapal besar armada Olanti, dapat menampung sekitar empat puluh tentara dan setiap kapal biasa didampingi seorang petarung sihir.

Setidaknya ada seratus dua puluh tentara yang akan melabuh di daratan Vitum. Farrokh hanya membawa lima puluh orang ke Pato, dan meninggalkan tiga puluh orang sisa pasukannya untuk melindungi Morbos. Para pria dan pemuda di desa Pato sendiri dapat menyumbang sekitar lima puluh orang untuk membantu pasukan Farrokh, tapi kebanyakan mereka hanyalah nelayan. Sekalipun mereka dapat mengimbangi jumlah lawan, mereka tak dapat mengimbangi perlawanan. Darien tahu keadaan mereka tidak baik.

"Aku tahu saat perang terjadi, pulau ini pun mungkin akan menghadapi serangan, tapi bukankah tiga kapal terlalu banyak untuk menyerang pulau kecil seperti Vitum? Bukankah mereka berniat menyerang ibu kota? Jika itu tujuan mereka tidakkah mereka lebih baik menyerang dari perbatasan utara kerajaan Arav?" tanya Ho'okano kapal besar yang tampak bergerak mendekati pelabuhan desa Pato.

Darien menggeleng. "Sama seperti Arav, kerajaan Olanti juga belum memiliki perbekalan dan perlengkapan yang cukup untuk melakukan penyerangan secara frontal. Mereka mengambil jalan yang lebih panjang, dan mencoba menyerang Arav dari Roselan. Jarak yang ditempuh mungkin lebih jauh, tapi di sekitar Roselan, sama seperti pulau kita, ada banyak pulau-pulau kecil yang kaya akan sumber daya. Mereka berniat menjajah pulau-pulau ini, dan menjadikannya posko pemasok perbekalan," jelas sang tabib yang langsung membuat Ho'okano menjambak rambutnya dengan gusar.

"Kau satu-satunya orang di pulau ini yang pernah bertempur melawan mereka. Apa yang akan kau lakukan, Kak?" tanya Othniel cepat.

Darien memperhatikan sejenak pergerakan kapal di depan mereka dalam diam. "Farrokh!" panggilnya yang langsung membuat sang Perjaabi mendekat. "Berapa lama waktu yang kau butuhkan untuk membangun barikade kayu di sepanjang pesisir pantai?" tanya Darien.

"Tak terlalu lama. Asad dan Keahi selesai membangun benteng kayu di sekeliling Pato minggu lalu. Sisa kayu dari pembangunan benteng itu telah kami gunakan untuk membangun barikade sejak beberapa hari yang lalu," jawab sang Perjaabi yang langsung membuat Darien tersenyum. Ia bersyukur Ho'okano bergerak cepat dalam membangun perlindungan pulau ini. Mereka mungkin terkepung, tapi mereka sama sekali belum kalah.

"Jika kita menangani permasalahan ini dengan baik, kita mungkin akan selamat," ucap Darien yang langsung menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

"Kau akan menyerang mereka?" tanya Othniel bingung.

Darien tersenyum. "Tidak menyerang. Bagaimanapun Vitum bukanlah tujuan utama mereka. Jika kita dapat membuktikan pada mereka bahwa usaha untuk menyerang kita tidak setimpal dengan keuntungan yang dapat mereka terima, mereka mungkin akan mundur tanpa menyebabkan kerusakan berarti."

"Kau akan bernegosiasi dengan mereka?" Ho'okano menyela yang langsung dijawab Darien dengan anggukan.

"Bagaimanapun juga, sebisa mungkin kita harus menghindari konfrontasi."

The Healer [Canceled Series]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang