10

1.1K 131 18
                                    

Jir, telat banget apdet the healer ahaha, tapi tetep masih bulan April kok ini apdetnya, belom sampe bulan Mei :P

Sorry ya,  matadewa ahahaha apdet kok ini apdet, ntar Mei janji gak lewat kok. Langsung aja.

===

"Denyut nadinya kuat dan posisinya sesuai dengan usia kehamilan. Putramu akan baik-baik saja," simpul Darien seraya melepaskan kedua tangannya dari perut Lani, istri Keahi yang akhirnya mendatangi mereka tiga hari lalu.

"Aku bilang juga apa!" seru Lani lantang, seraya meninju pelan lengan Keahi yang duduk di sampingnya dengan ekspresi cemas. "Si bongsor ini memang merupakan orang yang panikan. Aku hanya sedikit kelelahan dan butuh istirahat, tapi besoknya dia sudah mengepak barangnya dan pergi ke Hutan Samsara! Dia benar-benar tidak memikirkan diriku dan calon anaknya ..." Lani menghentikan kata-katanya dan tertegun. Keahi yang berada di sampingnya ikut menatap Darien dengan tatapan heran.

"Kau bilang putra?" tanya wanita itu bingung.

Darien menatap pasangan itu sambil menggaruk kepalanya, "Kalian tidak tahu?" tanyanya yang langsung dijawab kedua pasangan itu dengan anggukan.

Darien telah berada di desa ini selama hampir sebulan penuh, tapi tetap saja hal-hal kecil seperti ini masih memberinya kejutan. Di Roselan hampir tak ada lagi keluarga yang tidak mengetahui jenis kelamin calon anak mereka selama berada di kandungan, sementara di Vitum, orang-orang harus menunggu sampai setelah anak mereka lahir.

"Ah, ya, kalian akan memiliki anak laki-laki. Di usia kehamilan saat ini, jenis kelamin anak kalian sudah dapat dipastikan dengan jelas," jelas Darien akhirnya yang langsung membuat pasangan suami istri di depannya itu pun saling pandang dengan takjub.

"Darien!" Ji Yan menyerbu masuk ke ruang periksanya sambil berseru lantang. Akamai tampak mengekor di belakangnya. Keduanya tampak seolah mereka telah berlari dari desa sampai ke pondoknya. Suatu pemandangan yang jelas membuat Darien naik pitam mengingat, Akamai telah berjanji bahwa sampai Darien memberinya izin, anak itu seharusnya tidak boleh dulu berlarian.

"Akamai! Kau janji—"

"Darien! Ho'okano pulang!" seruan Ji Yan seketika memotong omelan yang hampir terlontar dari mulutnya. Ho'okano telah pergi selama hampir tiga minggu penuh, dan tak ada seorang pun di desa yang mendengar kabar darinya.

"Tidak hanya itu, Tuan Darien," Akamai menyambung dengan cepat, "Ho'okano membawa serombongan besar orang dengannya. Mereka semua membawa senjata. Apa kita akan berperang?"

Tanpa perlu diberi aba-aba, Darien langsung menoleh ke arah Keahi, dan begitu pula sebaliknya. Ada yang aneh dengan apa yang mereka dengar, dan mereka tahu kalau mereka harus memeriksa hal tersebut.

"Tetap di sini, Ji Yan!" perintah Darien cepat seraya meraih jubahnya, "Dan kau, Akamai! Kalian berdua temani Lani di sini! Aku harus berbicara dengan Ho'okano!"

Akamai sama sekali tidak berbohong. Benteng Ho'okano kini dipenuhi orang bersenjata. Jika Darien tidak salah melihatnya, maka ia dapat bertaruh, ada sekitar lebih dari enam puluh orang bersenjata di pelataran depan rumah tuan tanah tersebut, dan ia yakin ia masih akan menemukan lebih banyak lagi di dalam rumah.

Orang-orang itu tampak sangat berbeda. Darien memang tidak memiliki tubuh yang terlalu tinggi, tapi ia sama sekali tidak dapat disebut pendek. Keahi lebih tinggi satu kepala darinya, tapi para serdadu yang berkeliaran di sekitar mereka ini tampak memiliki tubuh yang lebih tinggi satu atau dua kepala dari Keahi, yang membuat mereka menjulang tinggi di hadapan Darien. Tak hanya tinggi badan mereka, warna kulit mereka pun tampak sangat berbeda dengan Darien yang berkulit putih, dan Keahi yang berkulit coklat. Warna kulit mereka terang, tapi kulit mereka lebih memiliki nuansa hijau kecoklatan ketimbang warna kulit Darien yang sedikit kemerahan, dan Keahi yang berwarna coklat pekat.

The Healer [Canceled Series]Where stories live. Discover now