Epilogue

946 81 11
                                    


Ayahku selalu mengatakan bahwa untuk menjadi seorang tabib, seseorang harus mengorbankan hidupnya. Aku selalu merasa kalau kata-kata ayahku ini tak masuk akal, tapi sebagaimana yang selalu pada akhirnya kusadari, ayahku selalu benar.

Namaku Ji Yan Plouton. Kalian mungkin lebih mengenal ayahku, Darien Otoniel Plouton, sang Pahlawan Pulau Vitum, sang pengkhianat kerajaan Dontae, Maximus I, atau kalian lebih mengenalnya sebagai sang Tangan Mujizat. Siapapun nama yang kalian pilih untuknya, bagiku ayahku tetap hanyalah seorang pria biasa yang lebih senang menghabiskan waktunya dengan para petani, ketimbang para kaum ningrat.

Kalian mungkin ingin memintaku menceritakan bagaimana ayahku dapat membebaskan diri dari seluruh segel sihirnya dan mengalahkan pasukan kerajaan Olanti di pantai Pato. Atau kalian ingin mendengarkan cerita tentang bagaimana ayahku mengambil alih gelar ayahnya sebagai Maximus I dan menggunakan kekuatannya untuk meninggalkan Dontae, dan melarikan diri ke benua Ardashir. Atau kalian ingin mendengarkan cerita tentang bagaimana ia menangani wabah penyakit menular yang menjangkiti ribuan kaum Perjaabi. Sayangnya aku tak akan menceritakan hal itu pada kalian. Bagaimanapun kisah kepahlawanannya kini telah tercatat abadi di buku-buku sejarah yang dapat kalian temukan di perpustakaan desa atau kota tempat kalian berada. Sebagai gantinya, aku akan menceritakan pada kalian kisah seorang pria sederhana, yang memilih untuk meninggalkan kehidupan mewahnya, dan memutuskan untuk menjadi seorang tabib.

Ayahku adalah putra pertama keluarga Plouton. Keluarga prajurit sihir kerajaan Dontae. Ayahnya adalah kepala petarung sihir kerajaan Dontae, dan Ibunya adalah keponakan dari raja Dontae. Cucu dari Raja Sihir Dontae. Ini membuat Ayahku dipercaya memiliki kekuatan sihir yang jauh melampaui kekuatan ayahnya.

Semua orang mengatakan bahwa ayahku adalah penyihir berbakat yang membuatnya mendapat gelar Maximus II di usianya yang ke-17. Tapi posisi ini juga adalah posisi yang memaksanya untuk turut ikut serta dalam peperangan Dontae dan Olanti. Peperangan di mana ia kehilangan sahabat terdekatnya. Kakak dari Sabine, istrinya. Alec.

Berbicara tentang Alec, mungkin aku harus juga berbicara tentang ibu kandungku, Hua Mei. Kenapa? Karena ibu kandungku adalah orang yang menjadi awal mula terjadinya perang Olanti dan Dontae.

Kerajaan Olanti dan Dontae tentu saja sudah memiliki hubungan buruk, sejak ratusan tahun yang lalu, tapi saat ibuku lahir sebagai putri dari keluarga kerajaan Olanti, hal itu membuatnya harus bersedia untuk menjalani pernikahan politik yang diatur oleh keluarganya.

Di usianya yang ke-16, Ibu kandungku, berlayar menuju Dontae untuk menikah dengan putra mahkota keluarga kerajaan Dontae. Pernikahan yang tentu saja tidak pernah terjadi, karena di tengah pelayarannya, Ibuku melarikan diri dari kapalnya, dan memilih untuk bergabung dengan kelompok perompak yang menerimanya dengan tangan terbuka.

Ibu dan ayah kandungku bertemu di tengah peperangan saat ayah kandungku, Alec ditugaskan untuk melindungi perairan Dontae dari perompak. Singkat cerita, Ibu dan Ayahku jatuh cinta. Ayah kandungku sayangnnya harus kembali ke ladang pertempuran yang terjadi akibat sikap gegabah ibuku.

Apa yang terjadi selanjutnya? Olanti melepaskan ratusan ribu tentaranya untuk menghabiskan kerajaan Dontae, tapi Ayahku, yang merupakan bagian dari ke-10 Maximus, menggabungkan kekutannya dengan para Maximus lain dan melenyapkan seluruh pasukan Olanti dengan kekuatannya. Kekuatan yang sayangnya di saat bersamaan juga menerjang ayah kandungku.

Ayah dan Ibuku tak pernah menikah. Mereka dipertemukan dan dipisahkan oleh peperangan, tapi kematian ayah kandungku membuat aku terlahir di lautan. Aku tak pernah tahu keluarga lain selain ibu dan keluarga perompakku. Suatu hari, keberadaan Ibuku diketahui oleh keluarga kerjaaan Olanti, dan mereka mengejar Ibuku sampai ke pantai Vitum. Dengan kekuatan terakhirnya Ibuku pun menggunakan esensi tubuhnya untuk melindungi diriku dalam kristal. Kristal yang dihancurkan oleh Ayahku lima tahun setelahnya.

Ayahku tak pernah ingin menjadi seorang petarung, dan saat kekuatannya menjadi penyebab kematian sahabat terbaiknya, ia sadar kalau ia tak dapat lagi hidup sebagai seorang tentara. Saat ayahku pulang dari tugasnya di medan perang, ia menyatakan niatnya untuk berhenti menjadi seorang tentara pada Sabine yang saat itu adalah tunangannya. Ayahku pulang untuk memutuskan tali pertunangannya dengan Sabine, tapi Sabine menolak untuk meninggalkan ayahku, dan keduanya menikah. Ayahku saat itu masih berusia 18 tahun dan Sabine 16 tahun. Mereka meninggalkan kehidupan mereka sebagai penerus keluarga bangsawan, dan hidup sebagai rakyat jelata. Ayahku mengambil pendidikan untuk menjadi seorang tabib, dan Sabine hidup sebagai ibu rumah tangga. Untuk menjadi seorang tabib, Ayahku mengorbankan seluruh hidupnya.

Aku tak punya cerita sedramatis ayahku, tentu saja. Bagaimanapun aku tak perlu mengorbankan banyak hal untuk masuk ke dalam akademi pertabiban. Tapi untuk kembali ke wilayah Dontae, meninggalkan ayahku di Ardashir untuk melayani pulau Vitum. Kurasa hal itu adalah keputusan tersulit yang harus kuhadapi dalam hidupku.

Namaku Ji Yan Plouton, dan aku adalah tabib utama pulau Vitum.

The End

===

And so we come to this ...

Mengakhiri kisah The Healer bukanalah keputusan yang mudah, tapi pada akhirnya, setelah berusaha menyampaikan kisah Darien selama lebih dari 2 tahun, saya tahu kalau saya tidak bisa terus-terusan menggantung cerita ini dan berharap kalau suatu saat saya akan menyelesaikannya.

Kenapa saya mengakhirinya? Well, karena secara keseluruhan saya tidak memiliki waktu dan energi untuk melanjutkan cerita Darien, dan di satu sisi menuliskan kisah yang berhubungan erat dengan profesi utama saya di dunia nyata cukup menjadi tantangan menyebalkan yang sebisa mungkin ingin saya hindari, mengingat saya menulis sebagai bentuk penenangan diri dari pekerjaan utama saya.

Tentu saja saya tahu kalau cerita Darien ini menimbulkan banyak sekali pertanyaan, dan sekalipun saya tidak bisa menceritakan seluruh ceritanya, tapi saya tidak keberatan menjawab pertanyaan berkenaan cerita The Healer di kolom komentar. Jadi, kalau kalian memiliki pertanyaan yang ingin kalian tanyakan, jangan sungkan untuk menuliskan pertanyaan itu di kolom komentar.

Pada akhirnya, saya ingin mengucapkan terima kasih pada seluruh pembaca yang dengan setia terus menunggu cerita The Healer, dan tentu saja saya juga ingin meminta maaf karena saya tidak bisa menyampaikan cerita ini secara penuh kepada kalian.

Atas kesabaran dan perhatian yang telah kalian berikan pada cerita ini selama dua tahun terakhir, saya ucapkan banyak terima kasih.

Penulis lamban kalian,

Irene Faye

The Healer [Canceled Series]Where stories live. Discover now