Pertemuan,

944 26 0
                                    

"Inkaaaaaaaa..." teriak cewek dari belakangku. Aku berbalik dan mengernyitkan dahiku saat melihat Ivanna, teman sebangku ku berlari kearahku.

"Inka..."

"Kenapa Vann?" tanyaku saat melihat Ivanna yang ngos-ngossan saat berdiri didepanku.

"Gini loh," ucapnya sambil mengatur napas.

"Atur dulu napas lo Vann,"

"Jadi gini," lanjutnya saat napasnya mulai teratur. "Ada yang nulis macem-macem lagi di mading sekolah."

"Menulis tentang apa?"

"Tentang lo lah,"

Aku terdiam. Menghela napas mendengar jawaban dari Ivanna. Aku tidak tahu apa yang mereka tidak suka dariku. Aku sudah menjauh dari mereka, Aku juga tidak pernah ikut campur dengan hal-hal yang tidak penting. Tapi kenapa mereka senang membullyku? Apa salahku?

Aku baru bersekolah selama delapan bulan disini. Tapi aku sudah mendapat bullyan sejak Aku tak sengaja menjatuhkan minuman kesepatu Ratu, cewek angkuh dan cantik yang suka mencibir orang. Sejak itupun Ratu semakin benci denganku, dia selalu mencari cara agar Aku menjadi tersangka, agar Aku mendapat bullyan setelahnya.

Dan darisitu pun Aku lebih milih untuk sendiri, meskipun Ivanna selalu mengajakku makan bareng saat istirahat. Tapi aku menolak dan lebih memilih makan ditaman belakang sekolah. Ivanna memang baik, tapi Aku belum bisa menganggapnya sebagai sahabat. Dia cewek rajin, ramah, meski terkadang suka egois dan ceroboh. Tapi Ivanna tidak pernah membullyku. Ia selalu berusaha membelaku didepan semua orang. Tapi Aku selalu menghindar dan pergi setelah itu.

"Heh, kenapa diam?" suara Ivanna menyadarkanku.

"Sudahlah Vann, gue capek ngadepin mereka. Biarin aja mereka menulis sesuka hati mereka. Mengejek gue sesuka mereka. Gue nggak mau cari masalah."

"Lo bukannya nggak mau cari masalah, tapi lo takut kan sama mereka?" tanya Ivanna kesal sambil bertolak pinggang.

Aku hanya menunduk.

Aku bukannya takut Ivanna, Aku hanya ingin mereka bisa sadar sendiri tanpa harus membuatku lelah untuk memberitahu mereka. Mereka sudah dewasa, mereka pasti sudah tahu hal yang baik dan buruk seperti apa. Biarkan Aku diposisi bawah sekarang.

"Tuh, kan diam lagi."

Aku mendunga, "Gue mau ke kelas duluan ya Vann." ucapku mengalihkan pembicaraan.

Ivanna menghela napas, kemudian menggandengku menuju kelas.

---
Saat ini pelajar begitu cepat. Aku memasukan buku Biologiku kedalam tas, pelajaran terakhir.

"Gue duluan ya In, Nggak apa apa kan?" tanya Ivanna dan Aku menjawab dengan anggukan.

Setelah Aku merasa semua sudah masuk dalam tas, Aku terdiam. Menunggu semua murid keluar dari kelas, dan membiarkanku menjadi orang terakhir untuk keluar.

"Ehh kuy, pulang kalii. Ngapain lo disini?" tanya salah satu seorang siswi berambut panjang yang diam didepan kelas.

"Nanti aja, belum mau keluar."

"Ihh," ucapnya sambil mendengus. "Dasar lo cewek aneh, gue perhatiin lo selalu keluar belakangan. Emang apaan sih yang lo tunggu?"

"Nggak ada,"

"Dasar lo aneh," setelahnya cewek itu langsung pergi dengan mulut yang masih berbicara tidak jelas.

Tak usah kau perdulikan, Inka.

Aku memang suka pulang belakangan. Semenjak dibully hampir satu sekolah, Aku jadi tidak suka keramaian. Aku merasa risih saat berjalan dikerumunan orang banyak. Entak kenapa Akupun juga bingung dengan keanehanku ini. Aku seperti Phobia dengan orang-orang banyak.

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now