Bagian Empat

345 13 1
                                    

Inka berjalan terburuh-buruh memasuki koridor sekolah yang sudah mulai sepi. Untuk pertama kalinya Inka telat masuk sekolah; bangun kesiangan, balik lagi karena ketinggalan buku, dan sempat tidak sarapan.

"Dihukum nggak ya?" tanya Inka panik kepada dirinya sendiri. Membuat dia beberapa kali tersandung.

Ia berlari kecil dan hampir saja terpeleset kalau saja kakinya dimenahan. Inka terkejut melihat Bu Rani, selaku guru BP yang berjalan kearahnya. Dengan jantung yang berdegup kencang, Bu Rani sudah terlanjur menatapnya dengan heran.

"Kamu telat?" tanyanya seraya menghampiri.

"Kelas berapa kamu?"

"Masuk jam berapa?"

"Kenapa diam?"

Beberapa pertanyaan terlontar dari mulut Bu Rani yang menatap heran kearah Inka. Namun gadis itu berdiri kaku dengan keringat dingin yang sudah keluar dari pelipisnya.

"Kamu kenapa?"

"Ng...nggak Bu..Sa..Sa..Saya telat." jawab Inka akhirnya dengan terbata.

Bu Rani menghela napas. Ia melihat jam yang melingkar dipergelangannya. Sudah jam setengah delapan.

"Ikut saya," ucapnya sambil berjalan lebih dulu. Dengan pasrah Inka mengikuti Bu Rani menuju ruang BP.

Sesampainya Inka masuk dan terkejut saat melihat seseorang yang tak asing baginya, duduk dikursi sambil menulis diatas kertas folio.

"Duduk sini,"

Inka duduk disamping cowok itu. Cowok itu menoleh dan menatap heran kearah Inka.

"Lo..." ucapnya sambil menunjuk.

"Hm..Marchell?" tanya Inka yang dianggukan oleh Marchell.

"Lo telat juga?" tanyanya berbisik.

"Iya. Pertama kalinya, dan gue takut banget."

Marchell tertawa kecil, "Selow aja kali, gue udah kelima kalinya telat."

Inka tersenyum simpul. Dilihatnya Bu Rani yang memberi kertas folio yang sama dengan Marchell kepada Inka.

"Tulis. Saya tidak akan terlambat lagi. Satu full folio, nanti kumpulkan." perintahnya.

Inka mengangguk pasrah. Bu Rani meninggalkan ruangan khusus itu dan membiarkan keduanya menyelesaikan hukumannya.

"Gila satu folio banyak banget kan," keluhnya.

Marchell menoleh kearah Inka, "Tulis aja pelan-pelan nanti juga kelar ko. Ada gue kan,"

Inka menatap Marchell sekilas, "Iya, March. Tapi kan...bisa sampe jam istirahat kalau kaya gini caranya."

"Santai aja."

Mau tidak mau Inka mengambil pulpen dari tasnya, Ia berhenti saat melihat jaket coklat yang beberapa hari lalu belum dibalikan. Jaket milik Marchell, cowok yang sekarang ada disampingnya.

"Nih," ucap Inka tiba-tiba seraya memberi jaket itu, membuat Marchell menoleh dan mengambil jaket miliknya.

"Makasih ya, gue lupa terus buat balikin jaket lo."

"Nggak apa apa," balasnya. Marchell menunda kegiatannya sebentar dan memasukan jaket miliknya. Kemudian kembali menulis.

Mereka menyelesaikannya dengan keheningan. Tak terasa bel istirahat sudah berbunyi, dan mereka juga sudah selesai. Bu Rani melihat tulisan mereka dan mengizinkan keduanya untuk keluar.

Drrt...Drrt

Inka merogoh tas selempangnya dan mengambil ponselnya. Ada pesan line masuk. Dari Darwin.

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now