Bagian Limabelas

442 8 5
                                    

Sebulan kemudian...

         "Eh si Ratu cs nggak keliatan ya beberapa minggu ini? Kemana mereka?" tanya seorang gadis berambut pendek.

Gadi disampingnya hanya bergidik bahu, "Mungkin mereka out dari sekolah ini. Atau pindah sekolah."

"Masa sih? Emang mereka kenapa?"

"Gue juga nggak tau, mungkin mereka bosen bully Inka terus? Dan mungkin mereka cari korban baru."

Mendengar jawaban temannya, gadis berambut pendek hanya tertawa.

                      ***

           "Sepi yaa nggak ada Ratu cs?" tanya seorang murid laki-laki yang bersandar pada dinding lorong sekolah.

"Iya, tapi lumayan tenang kalau mereka nggak ada juga." balas murid laki-laki lainnya.

"Kerjaannya cuma bully orang terus. Terutama Inka."

"Mungkin mereka udah cari sekolahan baru."

"Mungkin, karena kelamaan di skors jadinya mereka cari sekolah baru."

                     ***

          Aku tahu, kurang lebih sudah sebulan ini Ratu cs tidak lagi terlihat batang hidung mereka. Semenjak kejadian ditaman, aku mendengar kabar kalau mereka bertiga di skors karena ulahnya sendiri. Aku kasian, aku tidak senang dengan ini. Tapi disisi lain mungkin ini balasan untuk mereka karena suka membully anak-anak sekolah.

Sudah sebulan ini juga aku merasa tenang. Murid lain tidak ada yang memandangku sebelah mata. Tidak ada lagi pengumuman tentang diriku di dinding.

Aku memasuki kelasku seraya tersenyum kepada Ivanna yang ternyata sudah datang lebih dulu.
Aku duduk dan menghela napas seraya tersenyum.

"Kenapa lo senyum-senyum?" tanya Ivanna yang membuatku langsung menoleh.

"Gue ngerasa lebih bahagai aja, Vann." jawabku.

"Nggak ada mereka semua tuh aman! Liat tuh si Fay," ucap Ivanna seraya mengarahkanku kearah belakang kursi.

"Fay sekarang jadi pendiem semenjak tau kalau Marchell benar-benar suka sama lo." lanjutnya.

Ivanna menoleh lagi kearahku. Dan melanjutkan ucapannya, "Lo pantes kan dapetin cintanya Marchell?"

Aku mengangguk seraya tersenyum. "Lo juga pantes dapetin cinta sodara tengil gue, Joe."

Ivanna mendengus, namun bisa kulihat kalau kedua pipinya bersemu merah. "Nggak usah sok malu gitu ah," ledekku.

"Bodoamat."

          Aku hanya tertawa mendengarnya.

                            ***

          "Inka..." panggil seseorang dari belakang.

Aku menoleh dan mendapati Marchell yang tersenyum kearahku. Cowok itu menghampiriku, membuat jantungku berdegup secara tiba-tiba. Ya, semenjak kejadian itu, aku sama sekali belum bisa mengutarakan isi perasaanku terhadapnya. Aku belum bisa berkata jujur kepada Marchell.

"Kenapa?" tanyanya yang membuatku tersadar dari lamunanku sendiri.

Aku mengerjap, "Eh... En...Enggak..." jawabku terbata.

Marchell tersenyum. Kemudian bertanya, "Ngomong-ngomong Joe jemput lo nggak hari ini?"

Aku menggeleng, "Joe udah berangkat ke LA tadi pagi. Masa liburannya udah mau abis katanya."

Nerdy, I Wuf YouWo Geschichten leben. Entdecke jetzt