Bagian Enam

366 15 3
                                    


~cause talking just turns into screaming~

****

"Please, In! Tell me about him." rengek Ivanna saat kami berada ditaman.

Seperti biasa, saat istirahat aku tidak mau berada dikantin. Tapi, hari ini Ivanna rela mengikutiku ketaman hanya untuk bertanya soal, Joe.

"Eh, eh tapi dia itu masih sekolah atau udah kerja?"

"Dia kuliah."

"Kuliah dimanaaa?" tanyanya semakin histeris.

Aku menghela napas, "Di LA."

"HAH!!"

"Duh, Ivanna. Nggak usah teriak gitu juga kali. Dan dia kesini juga karena lagi libur aja. Nanti dia juga balik lagi ke LA."

"Gilaaaa! Keren banget kuliah diluar negeri." ucapnya seolah-olah sedang membayangkan bagaimana enaknya bisa kuliah di luar negeri. Aku hanya mengelengkan kepala melihat tingkah Ivanna yang sudah tergila-gila dengan Joe dalam waktu beberapa menit saja.

"Dia itu nggak sekeren yang lo kira, Vann." lanjutku lagi.

"Maksudnya gimana?" tanya Ivanna heran.

Aku menghela napas, "Dia tuh jorok orangnya," jawabku seraya terkekeh. Kulihat Ivanna tampak berpikir sejenak.

"Udahlah, nggak usah ngomongin dia."

"Tapi dia sampai kapan disini?"

Aku bergidik bahu, "Sampe bosen kali,"

"Lo kayanya nggak seneng banget sama dia. Dia kan sodara lo."

"Lah terus gue harus gimana? Dia itu emang nyebelin, tapi dia selalu lindungin gue dari kecil. Eh, pas dia pergi, gue..."

"Ngelindungin lo dari bullyan anak-anak gitu? Baik ya berarti dia."

"Iya, udah ah jangan ngomongin Joe. Gue kan mau..." Aku terdiam, aku ingin sekali membicarakan tentang Darwin.

"Mau apa?"

Aku menatap Ivanna dengan ragu, "Mau ngomong soal...Darwin,"

Ivanna membuang pandangannya kearah lain. Raut wajahnya menggambarkan kalau dia tidak mau mendengar apapun tentang Darwin. Tapi aku yakin, dihati Ivanna masih tersimpan rasa cinta walau itu sedikit.

"Vann?"

"Hmm." jawabnya yang masih menatap kearah lain.

Aku memegang pundaknya, "Kayanya lo yang harus ngomong berdua sama si Darwin,"

Ia menoleh, "Buat apa?"  dengan nada ketus.

"Ya, kan lo...."

"Darwin aja udah nggak mau ngebahas ini sama gue, kenapa lo masih aja sih bahas soal ini?"

"Biar jelas semuanya, Vann."

"Udah cukup lah. Cape hati gue. Di phpin." balasnya pelan.

Aku diam. Keputusan mereka bukan urusanku. Mungkin akan ada saatnya mereka akan berbicara secara empat mata.

"Yaudah, gue ngerti."

Ivanna hanya tersenyum tipis.

----

Jam pelajaran keempat setelah istirahat sudah dimulai. Namun, kelasku paling berisik diantara kelas yang lain. Bukan lantaran tidak ada guru, bahkan saat ini kami sedang mengerjakan tugas Matematika yang dibuat menjadi kerja kelompok.

Nerdy, I Wuf YouWhere stories live. Discover now