1. KEPULANGAN KASIH

254K 13.9K 313
                                    


"Cinta itu memberi bukan saling menyakiti."

Adinda Sekar Prastantri

***

Langit Kota Pacitan cukup cerah hari ini. Suasana riuh pedagang asongan menawarkan dagangan, serta suara kenek bus dan angkot yang berteriak-teriak mencari penumpang, tumpah ruah di dalam terminal kelas A Kota Pacitan. Pemandangan yang lazim terlihat setiap harinya.

Di salah satu sudut terminal terlihat seorang gadis dengan motor Mio berwarna merah sedang gelisah menunggu kedatangan seseorang. Gadis itu mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda dan celana jeans  hitam, serta sepatu kets putih. Nampak casual dengan jilbab warna biru yang membungkus kepalanya. Gadis itu masih mengenakan helm dan tengah duduk di jok motor kesayangannya. Hatinya gelisah, pasalnya sudah satu jam lebih dia berada di sana.

Dia melirik kembali alroji yang melingkari pergelangan tangannya, kemudian mendesah. Tangannya mengambil ponsel yang tersimpan di saku celana lalu mengetikkan sesuatu. Tak lama kemudian senyum mengembang dari sudut bibirnya. Matanya beralih pada beberapa bus yang berhenti di parkiran. Dia langsung berdiri seraya melambaikan tangan ketika melihat seseorang turun dari dalam bus.

Dengan berjalan cepat, dia menghampiri orang tersebut. Seorang gadis yang usianya terpaut dua tahun lebih tua darinya. Gadis itu tersenyum padanya setelah berhasil mengeluarkan koper dari bagasi dibantu oleh salah satu kenek bus.

"Mbak Kasih," panggil gadis berjilbab biru yang kemudian berhambur memeluk gadis bernama Kasih tersebut.

"Sekar." Dia balas memeluk gadis itu.

"Sudah lama nunggu, Dek?" tanya Kasih pada Sekar.

"Sudah hampir dua jam, Mbak," Sekar menjawab sambil mengamit lengan Kasih.

Kasih adalah kakak Sekar. Dia bekerja di Jakarta sebagai seorang model. Dilihat dari penampilannya, Kasih dan Sekar memang jauh berbeda. Sekar yang setiap hari membungkus rapat kepalanya dengan jilbab berbanding terbalik dengan Kasih yang malah mewarnai rambut panjangnya. Kehidupan modeling sedikit banyak memengaruhi gaya hidup Kasih.

Nampaknya kehadiran Kasih mampu membuat orang-orang di sekitar melihat ke arahnya. Maklum saja, Kasih ini tinggi dan kulitnya putih. Apalagi dengan pakaian yang dikenakan sekarang, pasti membuat mata lelaki enggan untuk tidak menatapnya. Padahal dia hanya memakai skinny jeans panjang, tank top dengan tali spaghetti berwarna putih yang dilapisi cardigan warna merah. Kontras sekali dengan kulit Kasih yang putih.

"Yuk..., Mbak!" Sekar berseru, mengajak Kasih berjalan meninggalkan terminal menuju motornya yang terparkir di samping trotoar.

"Maaf ya, harus nunggu lama," ucap Kasih sambil memasang helm.

"Gapapa kok Mbak..., Sekar udah kangen banget."

Kasih tersenyum sambil meletakkan kopernya di atas pijakan kaki Mio milik Sekar.

"Ayah dan Ibu gimana kabarnya? Sehat-sehat saja 'kan?" Kasih bertanya setelah berhasil duduk di belakang Sekar.

"Alhamdulillah..., mereka semua sehat."

Tak ada percakapan lagi karena Sekar telah menghidupkan mesin dan melajukan motornya meninggalkan terminal Pacitan yang sudah semakin ramai di tengah hari.

***

"Assalamualaikum...," ucap Kasih dan Sekar bersama-sama.

"Wa'alaikumsalam...,"  jawab seorang perempuan dari dalam.

R E T A K  (TAMAT-SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang