6. Ketika Harus Memilih

165K 9.5K 1K
                                    

"Jika kamu dihadapkan dengan dua pilihan, mana yang akan kamu pilih, cinta atau saudara?"

***

Bunga-bunga mulai bermekaran di awal musim semi. Kebekuan musim dingin telah berganti dengan hangatnya matahari musim semi. Angin musim semi bertiup menerbangkan kelopak-kelopak bunga hingga jatuh di atas tanah. Kumbang-kumbang pun mulai datang untuk meneguk rasa manis pada kelopak bunga yang telah mekar.

Seperti juga benih-benih yang mulai tumbuh dari dalam tanah. Menampakkan warna hijau yang begitu indah walaupun hanya sebesar biji labu. Namun, jika benih yang tumbuh terus dipupuk dan disiram tentu dapat tumbuh dengan cepat.

Begitu pun dengan cinta. Cinta hadir seperti bunga yang mekar di musim semi. Atau seperti benih yang tumbuh perlahan. Dan Kasih sedang merasakan hatinya berbunga-bunga. Dia jatuh cinta. Namun ada yang salah. Bukan pada cintanya, tapi dengan siapa cinta itu berlabuh.

Setiap orang pasti berkata tidak ada yang salah dengan cinta. Karena cinta tumbuh dari dalam hati. Tapi jika itu akan menyakiti orang lain, apakah masih boleh tumbuh dan bersemi  layaknya bunga yang mekar setelah musim berganti?

Apakah cintanya suatu kejahatan? Tapi dia juga tidak bisa menghentikan rasa yang semakin hari semakin tumbuh bersemi. Bahkan tengah mekar menunggu kumbang untuk mengecap rasa manis yang dihadirkan. Ah, dia terlalu berlebihan mungkin menggambarkan rasa cintanya.

Kasih menghela napas. Matanya menatap sebuah foto yang tersimpan rapi di galeri ponselnya. Tidak ada yang tahu tentang foto tersebut kecuali dirinya tentu saja. Dia menatap wajah seseorang di dalam foto tersebut. Seseorang yang beberapa minggu terakhir menduduki singgasana hatinya.

Beberapa saat dia memandang foto itu, hingga jarinya menutup layar ponsel tersebut. Menggeletakkan begitu saja benda berbentuk persegi panjang di atas ranjangnya. Dia menerawang kembali ulasan kejadian beberapa minggu terakhir. Perasaan bahagia bercokol indah dalam singgasana tertinggi hatinya. Sehingga dia tidak mengindahkan luka yang mungkin  ditorehkan pada sang pemilik sesungguhnya.

Apakah jahat jika dia ingin memiliki cintanya? Apakah jahat jika ingin menjadikan cintanya itu nyata?

Mungkin orang akan mencaci dirinya. Mengatakan bahwa dirinya jahat. Tapi mereka tak mengerti bahwa cinta yang menghilangkan akal sehatnya. Menyecap sesuatu yang bukan miliknya. Mencicipi setiap rasa yang disuguhkan oleh sang pemilik cinta. Lalu apakah dia bersalah?

Getaran dari ponselnya membuyarkan semua argumennya tentang cinta. Ada sebuah pesan masuk. Kasih menggeser tombol kunci kemudian membaca pesan tersebut.

Dimas Aditya

Aku merindukanmu


Hanya dua kata, tapi mampu meruntuhkan segala bentuk argumen tentang pelabuhan cintanya yang salah. Dia tidak bersalah. Laki-laki itu juga menginginkannya. Mendambanya. Memujanya sepenuh hati. Mereka tidak pernah salah. Lalu siapa yang pantas untuk disalahkan?

Takdir. Takdir yang telah salah. Takdir yang mempertemukan mereka ketika cinta itu sudah ada yang memiliki. Apakah dia merebut cinta orang lain? Tidak. Dia tidak pernah merebut cinta siapa pun. Ini cintanya.

Kasih tersentak ketika suara ketukan dari luar pintu kamar membuyarkan lamunannya.

"Siapa?" tanya Kasih.

R E T A K  (TAMAT-SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang