13. Hidup Masih Terus Berlanjut

143K 10.2K 203
                                    

"Jika karena suatu pengkhianatan hidupmu berakhir, itu salah. Karena Tuhan pasti telah menyiapkan rencana lain yang lebih baik untukmu."

~***~

Setelah tadi pagi acara Ijab Qabul berlangsung dengan sangat memilukan. Maka tak ada bedanya dengan resepsi yang berlangsung malam harinya. Mereka juga tak bisa membatalkan acara resepsi begitu saja. Memang suasana cukup meriah dengan banyaknya tamu undangan yang hadir tapi ada kesedihan dan rasa malu yang terpancar dari wajah Suhadi dan Maryam. Mereka berdua harus menampilkan senyum palsu seolah-olah mereka bahagia. Namun, kenyataannya mereka sedang menanggung malu atas aib yang telah diperbuat oleh putri pertamanya.

Dari sekian banyak tamu undangan. Ada yang menyadari dan ada pula yang tidak tahu bahwa pengantin perempuannya bukan Sekar. Seperti halnya teman dan sahabat Sekar. Mereka kaget ketika melihat bukan Sekar yang duduk bersanding di pelaminan bersama Dimas. Saat menyalami kedua mempelai, mereka baru sadar kalau itu bukan Sekar.
Dandanan Kasih sedikit banyak memengaruhi mata para tamu undangan.

Bisik-bisik pun tak henti terdengar. Gunjingan pedas bahkan hinaan tak luput dari pendengaran Suhadi dan Maryam. Kasih dan Dimas yang duduk bersanding hanya bisa menunduk. Apa yang telah mereka perbuat telah melukai hati banyak orang dan membuat malu keluarga besar keduanya. Nasi telah menjadi bubur. Apa yang telah terjadi harus dipertanggungjawabkan oleh mereka berdua. Bahkan bukan mereka berdua yang harus menanggung malu dan dosa. Orang tua dan sanak saudara juga harus menanggung malu dan dosa keduanya.

****

Tok... Tok... Tok....

Ayu mengetuk pintu kamarnya sendiri. Ada Sekar yang berada di dalam. Setelah kejadian tadi pagi, keluarganya membawa Sekar ke rumah Ayu yang letaknya tidak begitu jauh. Mereka tidak bisa membiarkan Sekar melihat langsung acara pernikahan Kasih. Karena akan membuat gadis ayu tersebut semakin terguncang.

Setelah beberapa saat tidak ada jawaban dari dalam, Ayu menghela napas kemudian membuka pintu kamar tersebut. Dia langsung bisa melihat kakak sepupunya yang sedang meringkuk di atas ranjang. Batinnya semakin terasa sakit.

Keadaan Sekar sungguh sangat menyedihkan. Rambutnya kusut terurai. Wajahnya pucat ditambah suara isakan yang tidak berhenti sejak tadi. Tidak ada yang menyangka takdir akan membuat hidupnya seperti ini.

"Mbak?" panggil Ayu yang sudah duduk di tepi ranjang.

Tidak ada jawaban hanya ada suara isakan. Walaupun lirih tapi Ayu masih bisa mendengarnya dengan jelas.

"Mbak Sekar bangun dan makan dulu ya?" bujuk Ayu sambil membelai rambut kusut Sekar.

"Mbak?" panggil Ayu sekali lagi dengan suara bergetar. Dia berusaha menahan air matanya agar Sekar tidak mengetahui kalau dia juga merasa sedih.

Ayu menghela napas. Dia semakin membelai rambut Sekar dengan penuh rasa sedih.

"Mbak Sekar harus tabah ya." Akhirnya Ayu menitikkan air mata. Dia tidak tega melihat Sekar seperti ini. Sekar memang masih hidup tapi entah dengan jiwanya.

"Kenapa mesti aku, Yu?" tanya Sekar dengan suara tercekak. Lirih dibarengi dengan isakan.

"Kenapa Mbak Kasih tega sama aku?" suara isak tangis Sekar semakin jelas.

R E T A K  (TAMAT-SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang