20. Tidak ada Kebetulan di Dunia ini

129K 10K 239
                                    

"Tidak ada suatu kebetulan, yang ada adalah takdir. Karena Allah sudah merencanakan semua dengan indah."

~****~

****

"Bu Sekar, terima kasih banyak, sudah beberapa hari ini, menemani Rere."  Bu Rani  berbicara sambil memberikan sekotak kue bronies keju.

"Ibu tidak perlu sungkan seperti itu.  Sudah menjadi tugas saya. Dan ini...."  Sekar menunjuk kue bronies yang baru saja diberikan oleh Bu Rani.

"Sebelumnya saya minta maaf. Tapi, mungkin saya tidak bisa lagi untuk menemani Rere." Bu Rani nampak sedih.

"Tidak apa-apa, Bu. Saya bisa menemani Rere."

"Sejak kejadian anak saya sakit. Suami melarang saya untuk pulang telat. Jadi...." Bu Rani tidak melanjutkan kalimatnya karena sedikit canggung.

"Tidak apa-apa. Ibu tidak perlu cemas. Ada saya." Sekar tersenyum sopan.

"Terima kasih, Bu. Saya tidak tahu minta tolong pada siapa lagi, karena hanya tiga orang pengajar di sini, dan Bu Sinta, beliau sedang hamil."

"Jangan terlalu khawatir, Bu. Tapi terima kasih kuenya."  Sekar tersenyum manis.

"Saya juga berterima kasih."

*****

Seperti biasa Sekar sedang duduk bersama Rere untuk menunggu Bima, untuk datang menjemput. Sekar baru tahu kalau Bima itu adalah seorang dokter. Jadi, dia maklum kalau laki-laki itu sering telat untuk menjemput Rere. Tebakannya ternyata melesat. Dia mengira Bima adalah seorang pengusaha ternyata bukan.

Setelah setengah jam mengobrol asik dengan Rere akhirnya mobil Bima masuk ke area parkir. Mereka pun bangkit dari bangku. Sekar menggandeng jemari mungil Rere.

"Maaf, saya terlambat," ucap Bima setelah keluar dari mobil dan menghampiri mereka.

"Tidak apa-apa, Pak."

Sekar tersenyum kemudian melepaskan genggaman tangannya pada Rere, tapi gadis itu menolak untuk melepasnya.

"Kenapa?" tanya Sekar heran.

"Ibu pulang bareng Rere, ya?" rengek bocah kecil tersebut.

Sekar ragu, dia kemudian menatap Bima yang sedang tersenyum. Sebenarnya sudah beberapa kali Rere merengek seperti ini, tapi Sekar selalu saja bisa memberikan alasan untuk gadis kecil tersebut.

"Jangan menolak lagi, Bu. Demi Rere. Kasihan dia setiap hari ngambek, gara-gara Ibu tidak mau pulang bareng bersama dengan kami."

"Maaf, Pak. Tapi saya tidak ingin merepotkan Pak Bima." Sekar merasa sungkan sekaligus tidak enak.

"Saya tidak merasa repot, justru saya akan senang jika Ibu mau ikut bersama kami dan juga Rere pastinya." Bima merespon sambil tersenyum.

"Ayolah, Bu." Rere masih saja merengek membuat Sekar menjadi kasihan. Namun, Sekar juga harus menjaga diri, walaupun Bima terlihat sebagai laki-laki baik, tapi dia juga perlu waspada. Apalagi kalau sampai ada berita tidak baik tentang dirinya di sekolah, karena kedekatannya dengan salah seorang wali murid.

R E T A K  (TAMAT-SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang