(1) Dia, Arkana

17 0 0
                                    

27 April 2010

"Nanti pas pulang tungguin gue di warung depan ya, nih dosen lama banget gak keluar keluar dari tadi."

"Iya"

Kata temanku yang menjawab sambil melengos pandangannya kearah kanan dan kiri.
Sepertinya dia mengacuhkan apa kataku barusan.

Keringatku masih saja mengucur deras disela-sela pelipis dan dahi pertanda hari ini sungguh melelahkan.

Sedari pagi, aku sudah duduk menanti pak Hilman keluar ruangan untuk mengumpulkan tugas, namun entah sudah 4 jam berlalu, batang hidungnya belum keliatan.
Katanya, beliau sedang membimbing mahasiswa yang sebulan lagi ikut skripsi.
Jadi, aku dan beberapa teman lainnya juga ikut menunggu pak Hilman diluar ruangan.

"Dia lupa apa sekarang udah jam berapa? Dikata gue gak capek kali ya nungguin gak jelas!" Kataku. Sambil sedikit ada rasa kesal dihati dengan badan sebelah kanan kusandarkan ditepian pintu ruangan dosen dimana tangan kananku menggengam sebuah kumpulan kertas yang tidak terlalu banyak halamannya, hanya sekitar 20 lembar yang ku jilid rapi berwarna kuning.

"Duh! Woy!"

Tiba-tiba, ada seorang laki-laki yang menubruk badanku sebelah kiri hingga membuatku agak tersungkur.

"Sorry ya, gue gak sengaja."

Sambil aku membetulkan tubuhku yang hampir jatuh, di dalam hati ada sedikit ada rasa amarah yang jika diledakkan lumayan menghancurkan gedung kampus dan mataku yang sedikit terbelalak. Agak berlebihan, sepertinya.

Sorry? Kalo gue jatoh gimana? Mata lo gak digunain apa? Jalan segede gini juga!

Tapi yang gue lakuin?
Gue cuma diam dan menatap sinis si anak laki-laki yang menabrakku hampir tersungkur, tadi.

"Arka, Arkana! Pak Hilman udah keluar tuh! Buru!"

Saut seorang cowok yang kulihat dia juga memegang seonggok kertas yang di jilid rapi dan berwarna kuning. Ia berdiri disamping anak laki-laki itu sambil masuk ke ruangan pak Hilman. Iya, tepat didepanku mereka berdiri. Mereka juga menunggu dosen yang kutunggu juga.

"Kumpulkan ayo cepat!
Kan sudah saya bilang titip saja diruang admin!" Kata pak Hilman yang baru saja keluar sudah dijejali setumpuk tugas dari anak didiknya.

Pak Hilman tidak lupa memberikan secarik kertas untuk menulis nama dan nomor induk mahasiswa untuk mahasiswa yang mengumpulkan tugasnya tadi.

"Tulis nama kalian dikertas beserta NIM kalian. Nanti titip admin. Jangan lupa!"

Lalu, Pak Hilman masuk ruangan sambil menoleh ke belakang meminta bantuan kepada salah satu anak laki-laki yang menabrakku tadi.

"Arka, bantu bapak ya. Taro dimeja sebelah kanan pojok sana." Saut lembut Pak Hilman sambil menunjuk ke sudut meja yang adalah meja si pak dosen yang rambutnya sudah mulai memutih itu dimana tangan kanannya sambil menepuk pundak anak laki-laki yang membuatku kesal hari ini.

Arkana.

Cinta Ini Untuk Siapa?Where stories live. Discover now