(2) Pertemuan Singkat

11 0 0
                                    

5 Januari 2013

Sore ini aku dan sahabatku berencana untuk berenang bersama yang kebetulan dekat kampus ada wahana air. Sepulang ngampus, kami ingin melepaskan rasa penat setelah seminggu kami selalu disesaki dengan tugas kuis dikelas.

"Kita jalan jam 4 sore ya? Kita jadi berenang kan?"

Tanya Naya sambil merengek kearahku. Naya adalah salah satu sahabatku yang sedikit agak lemot.
Belum satu jam kita membahas ini, dia bertanya lagi dengan hal yang sama.

"Gue udah berapa kali sih kasih tau lu, Nay? Iyaaa.."

Jawab Villy dengan tegas dengan mulutnya yang masih mengunyah permen karet pemutih gigi. Villy juga sahabatku yang bisa dikatakan hampir sempurna. Villy memiliki rambut panjang yang terurai, bola mata coklat, tinggi semampai dan bertubuh agak berisi. Tapi sayang, Villy sedikit agak jutek.

Bukan sembarang jutek, tapi memang matanya yang besar. Seakan-akan dia terlihat ingin memangsa seseorang yang ada didepannya.

"Lu ikut berenang kan, La?" Tanya Tiffa sambil mengutak-atik gadgetnya, kepadaku.

Tiffa adalah salah satu sahabatku sejak masuk kuliah semester satu. Aku mengenalnya baik.
Tiffa memiliki perawakan badan yang besar. Kadang kita memanggilnya dengan sebutan endut. Kadang dia juga sering memelukku karena badanku yang kecil dan kurus, katanya.

"Ayo dong! Ngapain malu sih? Kan sama kita ini. Tar diajarin berenang sama Villy. Ayo lah, La?"

Enggak cukup sekali. Karena jawabanku selalu diam, dia menegaskan sekali lagi untuk ikut berenang bersama mereka.

"Iya. Gue ikut! Tapi gue gak berenang ya. Gue main aja disana okey!"

"Ih, mana ada begitu? Ya ikut nyelemlah. Namanya kan berenang."

"Liat ntar deh ya. Kalo sepi, gue turun. Tapi kalo rame, gue enggak turun."

***

"Tiketnya empat ya, Mba."

Pinta Naya kepada petugas tiket disana. Dengan ramah, Mba Putri melayani kami.
Nama itu tertera di pin di baju seragam biru Mba Putri yang juga dihiasi hijab biru tua cantik menutupi kepalanya.

"Semuanya Rp 100.000 ya, satu tiket Rp 25.000."

Tegasnya sambil memberikan 4 tiket kertas berwarna merah muda bercap tinta biru pertanda kami sudah boleh masuk dan ikut bermain wahana air disana.

Aku dan Naya mencari tempat yang kosong untuk meletakkan tas untuk bersantai sembari melihat yang lain berenang.

Tapi, tidak ada satupun tempat yang kosong yang bisa kami tempati.
Ramainya pengunjung seperti anak-anak dengan orang tuanya yang sepertinya mereka sedang berlibur melepaskan rasa penat yag ada. Terlihat juga ada dua kolam tak berwarna, bening dan bersih disana yang tersedia untuk dewasa dan anak-anak.

"Hei, disana ada yang kosong. Kesana yuk?"

Akhirnya! Kataku. Tiffa menemukan tempat yang bisa kami tempati. Kami pun menghampiri tempat yang sedikit agak berantakan itu.
Mungkin pengunjung sebelum kami membawa semua keluarganya. Jadi, banyak sisa-sia bungkus makanan yang tergeletak dimana-mana.

"Hih, jorok banget sih!" Kataku sambil membersihkan sampah yang ada, lalu membuangnya ketempat pembuangan sampah.

"Yaudah, kalian ganti baju sana. Gue yang jaga disini,"

Cara itu aku lakukan agar mereka tidak memaksaku untuk berganti pakaian renang. Terang saja, aku sama sekali tidak membawa pakaian renang. Tau sendiri, aku tidak suka dan tidak bisa berenang.

Setiba mereka dari berganti pakaian, Tiffa ternyata menyadari kalau aku tidak membawa baju renang. Dia melihat tasku yang hanya ada peralatan menulis, tidak ada baju renang atau perlengkapan mandi.

"Jangan bilang lu gak ikut nyebur?"

Ah, sial! Akhirnya mereka tau niatku untuk tidak berenang. Aku berusaha menenangkan pikiranku dan mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

"Udah sana berenang. Jangan pada berisik! Hus.. hus.."

Satu persatu sahabatku menyelam ke dasar kolam. Mereka menari dalam beningnya air kolam yang sedikit berbau kaporit sebagai penjernihnya.

Kadang aku suka baunya. Tapi kadang, aku sedikit mual. Entahlah. Mungkin karena bercampur dengan sinar matahari yang mengeluarkan bau panas dan nyelekitnya bau kaporit.

Dari kejauhan, aku melihat dua orang laki-laki yang menurutku sangat tidak asing berjalan mencari tempat kosong. Sambil membawa tas gemblok penuh dan anak laki-laki yang satu, mengalungkan handuk biru kecil didadanya.
Dua orang itu berjalan dengan sendal coklat yang mirip, berpakaian santai namun necis.

Ah, itu kan Mas Bayu. Tapi siapa satu lagi? Kaya pernah liat, tapi siapa?

Tiba-tiba mulutku celoteh tak karuan melihat siapa yang datang. Tapi, pikiranku susah sekali diajak bekerja sama. Semakin mengingat, semakin hilang wajahnya. Tinggi bersih, tampan, lengkap dengan bingkai kacamata tipis yang membulati matanya. Sebentar, rasa-rasanya aku pernah melihatnya! Tapi siapa? Pikirku sekali lagi sambil mengerunyutkan dahi agar aku bisa mengingatnya.

"Mas Bayu!
Berenang juga? Eh, bareng Arkana juga?"

Teriak Naya lantang sambil menaikan badannya dibibir kolam untuk menyapa seniorku itu.

Dia melihat Mas Bayu yang datang dari kejauhan. Herannya, dia menyebut nama, Arkana. Iya, Arkana.

"Mas, tuh ada Shahla. Taro aja disitu tasnya. Hai, Arka!"

Saut Naya melanjutkan untuk menawarkan tempat kepada Mas Bayu. Terlihat anak laki-laki itu menjawab sapa Naya hanya dengan melambaikan tangan kanannya dan tersenyum. Hih!

"Iya. Thanks Nay. Eh, lo gak turun La?" Mas Bayu menyapaku sambil meletakkan tasnya tepat didepan kursiku.

Didepanku kebetulan ada dua kursi yang kosong dan bisa digunakan untuk meletakkan tas mereka.

"Enggak Mas. Lagi gak enak badan. Hehehe.." Jawabku terpaksa kusingkat, tanganku memijat kepala, seakan-akan kepalaku sakit.

Mas Bayu terlihat sedang memasang kacamata renangnya yang berwarna hijau. Dilemparnya kaos birunya ke kursi dimana ia meletakkan tas. Sesekali ia melakukan pemanasan. Lalu melompat ke kolam renang.

Byuur!

Aku melihat disudut mataku, anak laki-laki itu berada disampingku.
Aku masih menatapnya sinis.
Kami saling diam, tidak menyapa. Karena kupikir aku tidak kenal siapa dia. Yang aku ingat, dia anak laki-laki yang menabrakku sewaktu diruangan pak Hilman hingga hampir tersungkur.

"Engga berenang?"

Dia menyapaku dengan senyuman simpel yang tersungging di bibir kanannya. Dia membuka baju tipisnya dan menaruhnya dikursi dimana tasnya ia letakkan. Oh jadi dia tau cara berbicara dengan perempuan yang baik dan benar! Baguslah.

Aku hanya tersenyum sinis melihat dia memandang kearahku. Akupun melihat matanya yang lumayan hangat dengan senyuman ramahnya tembus kearah mataku.

"Enggak!"

Balasku dengan jawaban sedikit sambil melengos melihat kearah kolam dimana aku sudah tidak melihat Mas Bayu lagi.

Dia berjalan ke arah kolam sambil tersenyum. Lalu melompat tanpa aba-aba.

Byuur!

Kulihat gerakan berenangnya tidak buruk. Pandai dan lentur badannya dalam mengayunkan air didalam kolam.
Pelan-pelan ia menjauh, menggerakan badannya sampai tidak terlihat lagi.

Arkana!

Cinta Ini Untuk Siapa?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang